728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
KERINCI

Kabupaten Kerinci dikenal sebagai Kabupaten yang memiliki panorama yang terindah di Provinsi Jambi yang keindahannya menjadi terkenal dengan keberadaan Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi di Sumatera, Air Terjun Telun Berasap dan Danau Gunung Tujuh di kaki Gunung Kerinci. Keberadaan Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan paru-paru dunia, dimana hidup bermacam flora dan fauna yang berguna untuk penelitian, Danau Kerinci, Danau Lingkat dan sejumlah peninggalan bersejarah serta banyaknya objek menjadi keindahan Kerinci semakin menarik.

Penduduk (masyarakat) Kerinci adalah merupakan penduduk asli, artinya masyarakat Kerinci sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial budaya masyarakat Kerinci dicirikan oleh adanya Suku Kerinci, yaitu meupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta mempunyai bahasa dan dialek spesifik (Bahasa Kerinci) dengan tulisan Rencong Srik.

Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam Kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius (Agamis dengan mayoritas beragama Islam) serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, Ninik Mamak, kaum kerabat) Alim Ulama, Cerdik Pandai, masyarakat biasa dan golongan orang-orang tua serta golongan orang muda.

Peninggalan budaya merupakan asset budaya, seperti :

- Masjid Keramat di Pulau Tengah

- Masjid Agung di Pondok Tinggi

- Masjid Keramat di Lempur Mudik

- Masjid Kuno di Lempur Tengah

- Pernik Tembikar Rawang di Sungai Penuh

- Tulisan Rencong pada Tanduk di Sungai Penuh

- Batu bersurat di Benik, Muak dan Semurup.

- Makam Pahlawan Perang Depati Parbo di Lolo Kecil.

Di samping peninggalan kebudayaan masih terdapat kegiatan budaya, yaitu pelaksanaan adat istiadat yang secara turun temurun masih berlangsung, baik sendiri-sendiri, berkelompok atau secara resmi maupun tidak resmi.

Kegiatan adat istiadat (kebiasaan) seperti acara perkawinan, khitanan, kematian, turun ke sawah, panen, mendirikan rumah, pengangkatan tokoh masyarakat (Kenduri Sko) serta sifat gotong royong masyarakat sampai saat sekarang masih banyak terdapat di kalangan masyarakat di tiap-tiap desa dan kelurahan di Kabupaten Kerinci. Keadaan ini ditunjang oleh karena daerah Kerinci sudah sejak lama terbuka hubungan dengan daerah luar seperti dari Sumatera Barat serta tingkat pendidikan yang relatif tinggi dan mobilitas antara penduduk lebih dinamis.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: KERINCI - 9756people
Info Petani -
SEKILAS BP3KP AIR HANGAT TIMUR
Kecamatan Air Hangat Timur terletak daiantara 01041- 02026 Lintang Selatan dan diantara 1010 26 – 1010Bujur Timur. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu rata-rata sekitar 22 0C yang berbatasan langsung dengan :
- Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Air Hangat
- Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Sitinjau Laut
- Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Bungo Tebo
- Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Hamparan Rawang

Kecamatan Air Hangat Timur mempunyai luas ± 15.152 Ha yang terletak disepanjang bukit barisan, diantaranya terdapat Gunung Kerinci yang tinggi mencapai 3.805 M dari permukaan laut dan merupakan Gunung yang tertinggi di Sumatera serta terdapat Danau seperti Danau Kerinci dan Gunung Tujuh, yang merupakan Danau yang tertinggi di Asia Tenggara, Sedangkan ketinggian Kecamatan Air Hangat Timur diantara 500 M - 1500 M permukaan laut

Visi dan Misi BP3P Kec. Air Hangat Timur kab. Kerinci Jambi adalah sebagai ber

ikut

a. Visi :

” Prima Dalam Mengembangkan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan serta Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Tangguh menuju masyarakat sejahtera ”

b. Misi :

1. Meningkatkan mutu penyelenggaraan penyuluhan.
2. Mengembangkan kelembagaan penyuluhan yang mandiri.
3. Meningkatkan profesi penyuluh menjadi prima.
4. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam rangka penyiapan bahan dan rumusan kebijakan ketahanan pangan.
5. Meningkatkan peran serta dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan Ketahanan Pangan.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: SEKILAS BP3KP AIR HANGAT TIMUR - 9756people
Info Petani -
ass
terima kasih informasi pertanian yang disampaikan semoga ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: ass - 9756people
Info Petani -
Manfaat Tanaman Obat Kunyit (Curcuma Demostica Val.)




Manfaat Tanaman Obat Kunyit. Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India.

Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia (Jawa), dan Filipina.

Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Manfaat Tanaman Obat Kunyit (Curcuma Demostica Val.) - 9756people
Info Petani -
BASELANG BASIANG
BASELANG BASIANG (GOTONG ROYONG MELAKUKAN PENYIANGAN) Usahatani padi sawah pada umumnya dilakukan secara bergotong royong di lahan usahatani yang diusahakan baik yang diusahakan secara perorangan atau yang diusahakan secara berkelompok. Tenaga kerja wanita di daerah kerinci merupakan tenaga kerja yang mendominasi dalam berusahatani padi sawah.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: BASELANG BASIANG - 9756people
Info Petani -
pendampingan kelompoktani pelaksana sl-ptt di kab. kerinci
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: - 9756people
Info Petani -
baselang
baselang adalah merupakan bahasa kerinci yang artinya melakukan gotong royong

yang dilakukan oleh masyarakat kerinci di dalam berusahatani padi sawah maupun usahatani lainnya. Kebiasaan ini telah dilakukan turun temurun pada masyarakat kerinci.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: baselang - 9756people
Info Petani -
DODOL KENTANG
I. Proses Pembuatan Dodol Kentang

1. Sumber Bahan Baku
Tanaman Kentang (Solanum ) mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya, disebabkan karena kentang selain mengandung karbohidrat juga banyak mengandung vitamin B, C dan sedikit vitamin A. Yang tidak kalah pentingnya bagi bangsa Indonesia adalah kentang termasuk tanaman perdagangan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi karena banyak di butuhkan oleh restoran maupun hotel bertaraf nasional maupun inter nasional.
Tanaman Kentang (Solanum) bentuk tanaman sesungguhnya adalah menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50 – 120 cm dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat). Batang dan daun berwarna hijau kemerah – merahan atau keungua-unguan. Bunganya berwarna kuning keputih-putihan atau ungu, tumbuh diketiak daun teratas dan berkelamin dua. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar berwarna keputhi-putihan. Kedalaman daya tembusnya bisa mencapai 45 cm, namun biasanya akar ini banyak yang mengumpul di kedalaman 20 cm.
Selain mempunyai organ tersebut, kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan dan umbi inilah yang di gunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan dodol kentang.

2. Pembuatan Dodol Kentang
Pembuatan dodol kentang pada daerah sentra industri dodol kentang yaitu di Desa Lubuk Nagodang Kec. Siulak Kab. Kerinci Jambi umumnya dilakukan secara berkelompok oleh kaum ibu-ibu dan gadis remaja. Pembuatan dodol kentang menggunakan berbagai peralatan seperti kuali besi, sendok besi, tungku, pisau, cetakan, saringan, baskom dan talenan serta rak penjemuran.
Adapun proses pembuatan dodol kentang yaitu kentang yang akan digunakan terlebih dahulu dikupas lalu dicuci dan kemudian kentang tersebut direbus hingga matang. Setelah perebusan dianggap selesai kentang diangkat lalu didinginkan dan kemudian kentang tersebut digiling sampai halus.
Kelapa yang akan digunakan dikupas dan diparut. Kelapa yang telah diparut tambahkan air bersih kemudian diperas untuk mendapatkan santannya. Bahan-bahan pelengkap untuk pembuatan dodol seperti tepung ketan putih, vanili, garam secukupya, gula dicampur bersama – sama dengan kentang yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam santan dan diaduk sehingga bahan adonan tercampur rata.
Campuran bahan adonan dimasak dengan menggunakan api yang tidak terlalu besar. Selama proses pemasakan adonan terus di aduk agar proses pemasakan adonan merata.
Adonan yang sudah mengental diangkat dari tungku dan dituangkan kedalam cetakan dan diratakan lalu didinginkan. Setelah dingin lalu dipotong-
potong setelah itu baru dijemur dirak penjemuran. Penjemuran ini dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Lamanya proses penjemuran selama 2 – 3 hari tergantung dari keadaan cuaca.
Tahap akhir dari proses pembuatan dodol kentang ini adalah pengemasan. Pengemasan yang digunakan kertas minyak berwarna putih transparan. Lalu bungkusan – bungkusan kecil diatur dan disusun lagi dalam bungkusan plastik dan kemudian baru dipasarkan.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: DODOL KENTANG - 9756people
Info Petani -
tips memilih bunga potong
Untuk menentukan kesegaran setangkai bunga,dapat diketahui dengan memperhatikan beberapa ciri sebagai berikut:


  •     Apakah batang paling bawah sudah membusuk/lembek
  •     Apakah batang bunga sudah pendek karena dipotong dengan sengaja
  •     Kelopak bunga rontok ketika di goyangkan
  •     Kelopak bunga merunduk ke bawah
- Pilihlah bunga yang batangnya masih panjang
- Batang bawahnya masih keras,karena belum lama direndam di air
- Pilihlah yang masih kuncup,bila ingin tahan lama digunakan
- Tanyalah ke pedagang kapan bunga yang mereka jual,datang dari kebun/dipotongnya
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: tips memilih bunga potong - 9756people
Info Petani -
Masa Depan dan Produk Bisnis Pertanian Indonesia
A. Pengertian Revitalisasi Pertanian
Revitalisasi pertanian mengandung arti sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual dalam arti menyegarkan kembali vitalitas memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain.
Revitalisasi bukan dimaksudkan membangun pertanian at all cost dengan cara-cara yang top-dwon sentralistik; bukan pula orientasi proyek untuk menggalang dana; tetapi revitalisasi adalah menggalang komitmen dan kerja sama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola pikir masyarakat melihat pertanian tidak hanya urusan bercocok tanam yang hanya sekedar menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Pertanian mempunyai multi-fungsi yang belum mendapat apresiasi yang memadai dari masyarakat. Pertanian merupakan way of life dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Pertanian merupakan pemasok sandang, pangan, dan pakan untuk kehidupan penduduk desa dan kota; juga sebagai pemelihara atau konservasi alam yang berkelanjutan dan keindahan lingkungan untuk dinikmati (wisata-agro), sebagai penghasil biofarmaka dan penghasil energi seperti bio-diesel.
B. Arah Masa Depan Kondisi Petani Indonesia
Sampai saat ini petani masih menghadapi masalah dan kendala yang berkaitan dengan: (a) Akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) Perlindungan usahatani; (c) Keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; dan (d) Rendahnya tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender.
Dalam tahun 1993-2003 jumlah petani gurem (dengan luas garapan kurang dari 0,5 ha) meningkat dari 10,8 juta KK menjadi 13,7 juta KK (meningkat 2,6% per tahun). Sementara itu, luas lahan semakin berkurang dan perkembangan kesempatan kerja di luar pertanian terbatas. Jumlah rumah tangga petani (RTP) menurut Sensus Pertanian (SP) 2003 mencapai 25,58 juta RTP, dan sekitar 40 persen RTP tergolong tidak mampu.
Kualitas SDM pertanian masih rendah. Menurut data BPS tahun 2002, tingkat pendidikan tenaga kerja pertanian yang tidak sekolah dan tidak tamat SD masih sekitar 35 persen, tamat SD 46 persen, dan tamat SLTP 13 persen. Dibandingkan dengan sektor non pertanian pada tahun yang sama, tingkat pendidikan tenaga kerja yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD 31 persen, tamat SLTP sekitar 20 persen, dan tamat SLTA 27 persen.
Status gizi penduduk Indonesia yang sebagian besar petani masih rendah, walaupun ada perbaikan dari waktu ke waktu. Kualitas konsumsi pada tahun 2002 baru mencapai skor 68,4 PPH (Pola Pangan Harapan). Namun demikian konsumsi energi sudah mencapai 90,3 persen dari AKG (Angka Kecukupan Gizi). Diskriminasi upah bagi wanita dan pria masih ditemui di sektor pertanian yang merugikan peran wanita dalam pembangunan pertanian.
Perlindungan usahatani juga rendah. Belum ada jaminan yang cukup memadai atas perlindungan usahatani mereka, keculai usahatani padi melalui pemberlakuan jamainan Harga Pembelian Pemerintah dan pengenaan tarif beras serta pemberian subsidi dan pengembangan teknologi.
Oleh karena itu, ke depan kondisi petani yang diharapkan adalah : (a) petani memilik akses sepenuhnya terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) petani mendapat perlindungan usahatani; (c) petani memiliki keberdayaan dalam mengembangkan kegiatan yang dilakukan; dan (d) petani mempunyai tingkat pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan serta kesetaraan gender yang cukup memadai sesuai dengan norma yang berlaku.
C. Arah Masa Depan Produk dan Bisnis Pertanian
Menyadari nilai tambah yang diperoleh dari pengembangan produk olahan (hilir) jauh lebih tinggi dari produk primer, maka pendekatan pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada pengembangan produk (product development), dan tidak lagi difokuskan pada pengembangan komoditas. Pengembangan nilai tambah produk dilakukan melalui pengembangan industri yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara (intermediate product), produk semi akhir (semi finished product) dan yang utama produk akhir (final product) yang berdayasaing.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan untuk: (a) Mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya, (b) Mengembangkan industri pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah dan besar, dan (c) Mengembangkan industri pengolahan yang punya dayasaing tinggi untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Agenda utama pengembangan agroindustri perdesaan adalah penumbuhan agroindustri untuk membuka lapangan kerja di perdesaan, dengan kegiatan utama: (a) Fasilitasi penerapan teknologi dan sarana pengolahan hasil pertanian di sentra-sentra produksi; (b) Pengembangan infrastruktur penunjang di perdesaan, seperti listrik, jalan, dan komunikasi; (c) Pengembangan akses terhadap permodalan; dan (d) Peningkatan mutu, efisiensi produksi dan pemasaran.
Dengan demikian masa depan produk dan bisnis pertanian adalah berupa produk berbasis agroindustri yang memiliki daya saing dan agroservice dengan kandungan teknologi tinggi.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Masa Depan dan Produk Bisnis Pertanian Indonesia - 9756people
Info Petani -
Aglaonema
Aglaonema disebut juga ‘Sri Rejeki’ atau ‘Chinese Evergreen’ merupakan tanaman dari family Araceae. Genus Aglaonema terdiri dari sekitar 30 spesies. Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembaban tinggi. Kini berbagai macam aglaonema hybrida telah dikembangkan, memiliki penampilan tanaman yang sangat menarik. Hybrida dari bermacam warna, bentuk, ukuran daun sehingga jauh berbeda dari spesies alami.

Klasifikasi

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Subkelas : Base monocots

Ordo : Alismatales

Famili : Araceae

Subfamili : Aroideae

Suku/Genus : Aglaonemateae

Sifat Tanaman Dan Syarat Tumbuh

Sifat dari tanaman aglaonema beragam, ada yang dapat terkena sinar matahari dan ada juga yang harus ternaungi, sebagian aglaonema dapat hidup di tempat lembab dan sebagian lagi di tempat sedikit kering, tanaman aglaonema tergolong bandel, mudah dirawat dan cocok dijadikan tanaman indoor, apalagi aglaonema terkenal dengan motif daunnya yang indah. Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pertumbuhan aglaonema yang optimal adalah lokasi, cahaya, kelembaban dan suhu

Lokasi yang ideal untuk merawat aglaonema adalah daerah yang berketinggian 300 – 400 m diatas permukaan laut,namun tidak menutup kemungkinan juga dapat tumbuh baik di dataran rendah, sesuai habitatnya aglaonema menyukai lokasi yang teduh dengan pencahayaan terbatas, intensitas sinar matahari berkisar antara 10 – 30%, kelembaban yang cocok untuk merawat aglaonema adalah 50 – 70%, di kisaran itu tanaman tumbuh baik, lebih dari 75% dapat menyebabkan tumbuhnya cendawan pada media tanam, selain itu juga suhu menunjang pertumbuhan, lokasi sebaiknya bersuhu 28 – 30?C pada siang hari dan 20 – 22?C malam hari dan dibantu juga dengan sirkulasi udara yang baik

Media Tanam

Untuk memiliki tanaman aglaonema yang tumbuh sehat dan baik diantaranya adalah dengan menggunakan media dengan komposisi yang pas, media dengan tingkat keasaman/pH dan porositas (Porous) yang ideal sangat baik untuk pertumbuhan aglaonema, media tanam aglaonema juga harus steril, yaitu bebas dari penyakit, tidak mudah lapuk dan hancur karena air, mudah diperoleh dan harganya terjangkau, aglaonema dapat tumbuh dengan baik pada media dengan pH 7 atau disebut juga pH netral yang kaya akan zat hara, angka pH dengan selisih 0,5 – 1 masih dianggap pH ideal. Porous artinya mudah mengeluarkan kelebihan air, tingkat porositas yang dibutuhkan pada media tanam sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu ketinggian dan kelembaban, pada dataran rendah yang panas dan bercurah hujan rendah, media tanam sebaiknya harus bisa menahan air sehingga media tidak kekeringan, sebaliknya di dataran tinggi yang umumnya sering hujan sebaiknya gunakan media dengan porositas tinggi agar kelebihan air mudah dikeluarkan. Berikut macam jenis unsur yang digunakan untuk media tanam aglaonema, yang tentunya dengan tingkat porositas yang berbeda dengan kekurangan kelebihan masing-masing, kombinasi beberapa unsur media dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan faktor lingkungan :

1. Pakis, sekam bakar, Pasir malang, humus (1;1;1;1)

2. Pakis, pasir malang, sekam bakar, cocopeat (2;1;1;1)

3. Pakis, sekam bakar, pasir malang, cocopeat (2;1;1;1)

4. Cocopeat, sekam bakar kompos organik (5;3;2)

5. Pakis, pasir malang, kaliandra (3;2;1)

Jenis unsur media tanam

- Pakis ; pakis dapat menyimpan air dengan baik dan memiliki drainase dan aerasi yang bagus, akar dapat menyerap air dengan mudah dan leluasa untuk berkembang, tidak mudah lapuk dan memiliki daya tahan cukup tinggi

- Sekam Bakar ; sekam bakar memiliki kelebihan unsur yang terletak pada sifatnya yang steril dan daya tahanya mencapai 1 tahun, aerasinya cukup baik namun daya serapnya terhadap air kurang baik, sehingga harus dicampur dengan unsur yang dapat menyerap air

- Pasir malang ; pasir malang unsur media yang tingkat porositasnya cukup baik, karena itu penggunaanya digunakan untuk mencegah media yang terlalu basah dan air yang menggenang

- Cocopeat ; cocopeat adalah sabut kelapa hasil olahan, unsur ini sangat cocok digunakan bila menginginkan media yang cukup lembab untuk aglaonema khususnya di daerah yang kering dan panas, cocopeat dapat menahan air cukup lama dalam jumlah yang banyak, namun sifatnya mudah lapuk

- Kaliandra – kaliandra cocok digunakan sebagai media di daerah kering dan panas, media ini cenderung cepat lembab sehingga rawan terjangkit cendewan pengganggu, sifatnya mudah lapuk dan hanya bertahan 4 – 6 bulan

Penyiraman

Aglaonema termasuk tanaman yang butuh air dalam jumlah cukup, jadi penyiraman hal penting yang mesti diperhatikan agar aglaonema tumbuh baik, tapi tidak sampai menggenangi medianya, frekuensi dan dosis penyiraman perlu diatur sesuai dengan kondisi media dan lingkungan setempat.

Pemupukan

Untuk menunjang pertumbuhan tanaman aglaonema kebutuhan nutrisi sangat penting, beragam merek pupuk majemuk/anorganik mudah diperoleh, bahkan saat ini sudah banyak beredar pupuk khusus aglaonema. Sebelum memilih, cermati dulu komposisi nutrisi dan penggunaanya, barulah cara dan dosis pemberiannya, pemberian pupuk dengan dosis rendah, tetapi sering diberikan akan menghasilkan tanaman kualitas baik dibanding dengan pemberian sesekali dengan dosis tinggi

Mengganti Media Tanam

Untuk menjaga agar kualitas aglaonema tetap baik perlu dilakukan penggantian media tanam, media tanam yang baik akan membuat aglaonema tumbuh dengan sehat, penggantian media tanam/repotting aglaonema dilakukan setiap 6-12 bulan sekali, repotting juga dibutuhkan oleh tanaman yang sudah terlalu besar sehingga tidak sebanding lagi dengan ukuran pot

Hama Dan Penyakit

Hama adalah hewan pengganggu tanaman yang secara fisik masih dapat dilihat secara kasat mata tanpa bantuan alat. Hama pada aglaonema bermacam-macam dan gejalanya berbeda-beda diantaranya ;

1) Ulat – hama ulat ada yang menyerang daun, yaitu spodoptera sp dan ada juga yang menyerang batang, yaitu Noctuidae

2) Kutu putih (kutu kebul) – kutu ini sering menyerang aglaonema di dataran rendah dibanding di dataran tinggi. Kutu putih menyerang batang dan daun bagian bawah, kutu tersebut mengisap cairan daun dan meninggalkan jelaga pada daun

3) Belalang – belalang menyerang tanaman aglaonema sama hal nya dengan ulat, yaitu menyerang daun

4) Kutu sisik – hama ini menyerang daun, pelepah, batang dan bunga, bentuknya seperti lintah dengan ukuran yang lebih kecil, kutu sisik ini dapat menyebabkan daun mengerut, kuning, layu dan akhirnya mati

5) Kutu Perisai – kutu ini menyerang bagian daun, kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun, kutu ini memiliki bentuk seperti perisai pada bagian punggungnya

6) Root mealy bugs – menyerang bagian akar tanaman, bentuknya seperti kutu putih, tanaman menjadi kurus, kerdil, daunya mengecil dan layu

Penyakit – penyakit pada tanaman khususnya aglaonema disebabkan oleh 2 patogen, yaitu cendawan dan bakteri. Jumlah cendawan yang menyebabkan penyakit pada umumnya lebih banyak dibanding bakteri, berikut penyakit yang biasanya menyerang aglaonema

1. Layu fusarium, gejala serangan ditandai dengan tulang daun yang pucat berubah warna menjadi coklat keabuan lalu tanggkainya membusuk, penyebabnya adalah media yang selalu basah sehingga media tanam ber-pH rendah, yang kondisi tersebut membuat Fusarium oxysporium leluasa berkembang.

2. Layu Bakteri, ditandai dengan daun dan batang yang melunak serta bau yang tak sedap

3. Busuk Akar, ditandai dengan daun yang menjadi pucat lalu busuk, batang yang berlubang dan layu, akarnya berwarna coklat kehitaman, yang disebabkan media terlalu lembab sehingga menyebabkan cendawan cepat berkembnag

4. Bercak daun, yang disebabkan oleh cendawan, penyakit ini ditandai dengan adanya bercak pada daun yang lama kelamaan membusuk

5. Virus, pada aglaonema ditandai dengan daun yang berubah menjadi kekuningan atau menjadi keriting, perubahan tersebut karena virus dapat menghancurkan klorofil dan jaringan lainnya pada daun, virus susah ditanggulangi, perawatan dan pengendalian lingkungan yang baik merupakan cara pencegahan yang paling efektif

Memperbanyak Aglaonema

Aglaonema bisa diperbanyak melalui 2 cara, yaitu generatif (kawin) dilakukan dengan cara menanam biji sedangkan vegetatif (tidak kawin) dilakukan melalui stek, pemisahan anakan, cangkok, dan kultur jaringan.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Aglaonema - 9756people
Info Petani -
Kabadan Litbang: Hasil Penelitian Harus Berdampak Positif Terhadap Petani
Sumber Berita : Badan Litbang

Ketika berbicara tentang pangan, langsung terlintas dalam benak kita adalah beras, walaupun ada pengganti lain seperti jagung, singkong, ubi, sagu, ataupun sukun. Hal inilah yang dibahas bersama antara Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) dengan Badan Litbang Pertanian dalam acara "Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00.

Dr. Benyamin Lakitan, Deputi bidang Kelembagaan Iptek KRT, mengatakan bahwa ketergantungan masyarakat terhadap beras karena kondisi sosiokultural dari masyarakat Indonesia. “Orang Indonesia belum puas kalau belum makan nasi, kalau makan spageti atau roti hanya untuk meningkatkan gengsi bukan bermaksud mengganti bahan pokok, padahal sama-sama karbohidrat". Untuk mendukung ketahanan pangan, KRT memberikan dukungan dalam pengembangan teknologi, bahkan menjadi salah satu fokus riset. Dalam pembuatan teknologi ini KRT bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. Benyamin mengatakan bahwa pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan KRT merupakan produk yang mudah digunakan karena ditujukan untuk petani sebagai subyek pertanian.


"Apa Kabar Indonesia Pagi", dengan kemasan “Mengejar Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”. Acara ini disiarkan secara langsung oleh TV One pada 9 Desember 2010 jam 10.00 (Sumber: TV One)

Lebih lanjut disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono bahwa dukungan Badan Litbang Pertanian untuk mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan petani tidak terlepas dari 4 Target Sukses Kementerian Pertanian, yaitu, 1) Swasembada berkelanjutan (padi dan jagung), swasembada kedelai, tebu dan daging; 2) Diversifikasi pangan; 3) Peningkatan nilai tambah ekspor dan daya saing produk pertanian, dan 4) Kesejahteraan petani. Sedangkan peranan Badan Litbang Pertanian dalam mewujudkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani adalah peningkatan produktivitas melalui penciptaan varietas baru. Sejak tahun 2005 s.d. 2010 telah ditemukan 31 varietas unggul baru padi lahan sawah (irigasi), lahan kering, maupun lahan rawa. Khusus untuk lahan sawah sampai saat ini telah ditemukan varietas unggul baru padi INPARI 1 s.d. 13 yang tahan wereng.

Selain itu, dalam upaya menyesuaikan diri dengan perubahan iklim global, telah ditemukan varietas padi yang tahan cekaman, seperti padi yang tahan kekeringan maupun padi yang tahan rendaman. Hal ini sangat penting untuk menunjang ketahanan pangan, dengan memanfaatkan sumberdaya lokal secara maksimal seperti pemanfaatan plasma nutfah yang sangat besar, di luar padi, jagung dan ubi-ubian, dan sebagainya.

Namun Kabadan pun mengakui bahwa untuk mewujudkan Ketahanan Pangan dibutuhkan kerjasama dari semua pihak terutama di daerah. Menurutnya pemerintah daerah merupakan motor utama pembangunan, karena dapat memberikan pemahaman dan gerakan nyata. “Daerah lebih proaktif mencari teknologi, Badan Litbang Pertanian sudah menyiapkan infrastruktur penyediaan benih/bibit yang cukup untuk 2011-2014 ini” jelas Haryono.
Di akhir diskusi Kabadan menegaskan bahwa sebagai lembaga penelitian dalam bidang pertanian, selain dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hasil penelitian harus dapat dimanfaatkan oleh petani dan mempunyai dampak positif yang luas di masyarakat.
Sumber Berita: Badan Litbang
Gambar: ilustrasi
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Kabadan Litbang: Hasil Penelitian Harus Berdampak Positif Terhadap Petani - 9756people
Info Petani -
Reorientasi Kebijakan Pupuk

Mufid A. Busyairi
  • Anggota DPR RI dari Fraksi PKB Musim tanam rendeng tiba. Lagu lama pun berulang: pupuk langka, dan harganya selangit. Harga pupuk bersubsidi di pasar, khususnya urea, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) pemerintah. Petani tidak berdaya. Ketidakberdayaan petani dituangkan dengan beragam cara: mendatangi wakil rakyat untuk menyampaikan aspirasi, melakukan sweeping ke toko-toko pengecer dan distributor, atau menurunkan paksa pupuk dari truk pengangkut pupuk. Terjadilah disharmoni petani-penjual, bahkan di antara para petani.
    Atas desakan Dewan Perwakilan Rakyat, pemerintah memutuskan melakukan operasi pasar di wilayah-wilayah langka pupuk (Koran Tempo, 27 November 2008). Operasi pasar difokuskan di dua provinsi lumbung beras: Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sayang, operasi pasar tidak bisa segera dilakukan. Dinas Pertanian yang wilayahnya mengalami kelangkaan pupuk belum mengajukan permintaan ke produsen pupuk. Produsen tak bisa disalahkan. Sebab, pupuk bersubsidi merupakan barang dalam pengawasan yang penyalurannya harus jelas dan tepat sasaran.
    Guna mengevaluasi operasi pasar, Komisi IV DPR melakukan dengar pendapat dengan organisasi petani, Gapoktan, dan pengecer pupuk, 1 Desember 2008. Hasilnya, masalah pupuk ada di hulu hingga hilir: dari produsen, distributor, pengecer, hingga petani. Dari sisi jumlah, kuota pupuk bersubsidi memang jauh dari cukup. Kebutuhan urea 5,7 juta ton, tapi yang disubsidi 4,5 juta ton. Ini juga terjadi pada ZA, SP-36, dan KCl. Karena itu, Komisi IV DPR dan stakeholders meminta pemerintah segera menyelesaikan kelangkaan pupuk, dan melibatkan organisasi petani untuk mengawasi pupuk bersubsidi.
    Subsidi pupuk sebenarnya sudah menjadi program pemerintah lebih dari 30 tahun. Tetapi sampai sekarang kita belum juga memiliki aransemen kelembagaan yang solid dan kredibel. Salah satu kealpaan mendasar adalah kita tidak memiliki data siapa penerima subsidi? Dinas Pertanian tak bisa segera mengajukan permintaan pupuk, karena basis data petani penerima subsidi tidak ada. Ini hanya satu soal. Kelangkaan dan harga di atas HET juga belum ada solusi. Dari pengalaman, petani selalu menebus pupuk 12,38-33,5 persen di atas HET, bahkan dalam situasi normal harga selalu 6,7-18 persen di atas HET. Hasil sejumlah penelitian (Syafa'at, dkk 2006; Yusdja dkk, 2005) menunjukkan, HET tidak efektif. Ini semua mengharuskan pemerintah mengevaluasi hakikat subsidi. Evaluasi bukan hanya atas sistem distribusi, modus subsidi, dan besaran nilai subsidi, tapi yang lebih mendasar adalah pada persoalan penggunaan pupuk anorganik itu sendiri.
    Sistem distribusi pupuk selama ini bersifat pasif dan terbuka. Pasif karena siapa pun, baik pribadi atau berkelompok, bisa membeli pupuk bersubsidi pada pengecer di kecamatan-kecamatan. Bersifat terbuka karena sistem distribusi hanya memiliki delivery system (dari produsen sampai pengecer) dan tidak memiliki receiving system. Pengecer bisa menjual pupuk bersubsidi kepada siapa saja, termasuk kepada yang tidak berhak. Akibatnya, petani sasaran berpeluang tidak mendapatkan jumlah pupuk sesuai dengan alokasi.
    Ketidakpedulian produsen atas perilaku distributor dari lini III (kabupaten) ke lini IV (kecamatan) yang cenderung menaikkan harga memperparah situasi. Bahkan tak jarang distributor memperjualbelikan DO (delivery order). Di Jawa Timur, distributor bodong seperti ini mencapai 30 persen (PSE, 2006). Ujung dari semua ini, ketepatan pupuk bersubsidi amat rendah. Calo/broker mengeksploitasi kelemahan itu untuk mengeruk untung.
    Caranya, pupuk subsidi dijual ke sektor kebun dan industri (yang tidak disubsidi) atau dilego ke luar negeri. Saat ini HET urea Rp 1.200 per kilogram dan SP-36 Rp 1.550 per kg. Sementara itu, harga urea nonsubsidi Rp 3.000 per kg, bahkan di luar negeri US$ 600 per ton (Rp 5.640 per kg), siapa yang tidak ngiler? Secara teori masalah ini bisa diminimalkan dengan sistem distribusi pupuk tertutup. Dalam sistem ini, karena ada kelompok tani sebagai receiving system, anggota kelompok tani dijamin mendapat pupuk subsidi sesuai alokasi. Masalahnya, kelompok tani dan PPL sebagai ujung tombak sistem ini telah tercerai-berai.
    Seandainya kelompok tani dan PPL bukan lagi masalah, dengan distribusi tertutup selesaikah masalah? Tidak. Pada titik ini, hakikat subsidi pupuk anorganik layak disoal. Setidaknya, ada dua tujuan subsidi pupuk (anorganik): agar pendapatan petani meningkat dan mereka tetap bergairah berusaha-tani secara berkesinambungan. Masalahnya, dua tujuan subsidi kian mustahil dicapai. Karena petani selalu membeli pupuk di atas HET, pendapatan mereka pasti tergerus. Subsidi membuat petani jadi pupuk-minded. Akibatnya, banyak petani memupuk melampaui dosis rekomendasi, terutama urea (100-600 kg per hektare). Overdosis pupuk ini tak hanya menimbulkan inefisiensi, tapi juga membuat kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah menurun. Di sejumlah wilayah, gejala ini diikuti leveling off produksi padi: meskipun dosis pupuk digenjot, produksi tidak naik. Ini tak hanya membuat produksi meluruh, tapi juga membuat kesinambungan usaha-tani menjadi pertanyaan besar.
    Stagnasi produktivitas disebabkan oleh terkurasnya kandungan bahan organik (BO) tanah oleh varietas unggul rakus hara. Saat ini 80 persen dari 7,4 juta ha sawah di Indonesia kandungan BO-nya kurang dari 1 persen. Sawah dengan kandungan BO kurang dari 1 persen perlu input dua kali lebih besar ketimbang tanah sawah ber-BO 2 persen. Untuk mengembalikan produktivitas, perlu gerakan masif menggunakan pupuk organik dan pertanian organik. Tuntutan ini bukan semata-mata karena distribusi pupuk bersubsidi kacau dan tidak tepat sasaran. Tapi ada hal penting dalam pupuk organik yang tidak bisa digantikan oleh pupuk anorganik.
    Pertama, kemandirian petani. Pupuk organik bisa dibuat sendiri oleh petani dari bahan-bahan alam, sementara pupuk anorganik tidak mungkin. Kedua, produktivitas dan keberlanjutan ekologi. Secara empiris, pupuk organik tak hanya mengembalikan hara (makro + mikro), tapi juga memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Integrasi tanaman-ternak di Jawa mampu mengurangi pupuk anorganik 25-35 persen, mendongkrak produktivitas 20-29 persen, dan di Bali menaikkan pendapatan petani 41,4 persen (Susila, 2007). Ketiga, keamanan pangan. Banyak riset dan pengalaman petani yang keracunan akibat pestisida dan pupuk anorganik. Ini tidak terjadi pada praktek pertanian organik.
    Pemerintah mematok program “Go Organic 2010”. Sayangnya, program ini tidak didukung aksi dan pendanaan memadai. Saat ini jumlah pupuk organik yang disubsidi cuma 345 ribu ton. Ini terlalu kecil. Dengan mengacu pada efisiensi pupuk anorganik pada praktek tanaman-ternak, 25-35 persen subsidi pupuk anorganik bisa dialihkan ke pupuk organik. Komisi IV DPR meminta pemerintah memasifkan pupuk organik yang dikelola petani (pribadi maupun kelompok) dengan teknologi sederhana. Pupuk itu bisa dibeli pemerintah kemudian disalurkan ke kelompok-kelompok tani dengan harga subsidi. Tanpa reorientasi kebijakan pupuk, ritual tahunan kelangkaan pupuk akan selalu berulang. *
    Sumber : http://www.tempo.com

  • Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Reorientasi Kebijakan Pupuk - 9756people
    Info Petani -
    Perkembangbiakan Tanaman

    Seperti layaknya mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat berkembang biak. Perkembangbiakan tanaman secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu perkembangbiakan secara alami dan juga buatan.
    Perkembangbiakan alami adalah perkembangbiakan tanaman oleh tanaman itu sendiri secara alami atau dibantu oleh alam. Sedangkan perkembangbiakan secara buatan adalah perkembangbiakan tanaman yang mendapat campur tangan manusia.
    vegetativeTanaman berkembangbiak secara alami melalui berbagai macam cara. Tanaman berkembangbiak secara alami dengan 2 cara yaitu generatif dan vegetatif. Generatif adalah bahwa tanaman tersebut berkembang biak secar kawin, yaitu bertemunya sel jantan yang terdapat pada benang sari dan sel betina yang terdapat pada putik. Bertemunya 2 sel ini nantinya akan menghasilkan buah yang berbiji 2 yaitu dikotil. Tanaman yang dikembangbiakkan melalui cara ini biasanya memiliki sifat genetis yang berbeda dari tanaman induk dan biasanya mengalami kemunduran.
    Perkembangbiakan secara vegetative dapat terbentuk dari sel jaringan nucellus, serta terbentuknya tanaman dari bagian bagian khusus yaitu umbi, rhizome, runner dan anakan. Perkembangbiakan dengan terbentuknya umbi juga terbagi menjadi beberapa cara yaitu umbi lapis seperti terbentuknya bawang dan bunga tulip, umbi sisik seperti terbentuknya bunga gladiol, umbi batang seperti terbentuknya kentang dan umbi akar seperti terbentuknya ubi jalar.
    Perkembangbiakan secara vegetative alami dengan rizhoma terlihat pada terbentuknya jahe, sedangkan akar rimpang atau runner atau batang menjalar pada permukaan tanah adalah seperti terbentuknya strawberry. Untuk perkembangbiakan dengan anakan contohnya nanas, pisang, salak, dan lidah buaya. Anakan yang telah tumbuh harus segera dipisah dari induknya dengan hati-hati supaya tidak merusak tanaman induk dan akar anakan tersebut.
    Perkembangbiakan dengan campur tangan manusia adalah rundukan, cangkok, stek, okulasi, sambung pucuk, penyusuan dan kultur jaringan. Perkembangbiakan dengan rundukan adalah cara perkembangbiakan dengan cara membengkokkan cabang dan dibenamkan ke dalam tanah dengan melukai bagian cabang yang akan dibenamkan untuk mempercepeat tumbuhnya akar. Perkembangbiakan seperti ini adalah perkembangbiakan dari tanaman melati, jambu monyet dan ketimun.
    Perkembangbiakan buatan yang banyak dikenal oleh masyarakat lainnya adalah cangkok. Tanaman berkayu hampir semuanya dapat dicangkok dan pengerjaan cangkok sebenarnya sangat mudah, hanya saja perlu memperhatikan beberapa hal saja yaitu waktu mencangkok, pemilihan batang dan pemeliharaan cangkokan. Pilihlah batang yang tidak terlalu tua, kuat, subur dan tidak mengandung penyakit. Lebih bagus lagi bila banyak buahnya. Cangkok baik dilakukan pada saat musim penghujan. Selain cangkok, stek jugatermasuk perkembangbiakan buatan yang mudah untuk dilakukan.
    Anda dapat memisahkan atau memotong beberapa bagian tanaman untuk menghasilkan bibit tanaman yang banyak dalam waktu singkat. Beberapa macam stek adalah stek akar untuk mengembangkan jambu biji, cemara, sukun, stek batang untuk kentang, ubi jalar, stek cabang untuk mangga, rambutan, jeruk, kopi, dan teh serta stek daun untuk begonia, sanseviera dan cocor bebek. Untuk anda yang menginginkan hasil perkembangbiakan yang hasilnya bagus dapat memilih okulasi untuk mengembangbiakkan tumbuhan.
    Okulasi dapat dilakukan dengan menempelkan mata tunas diambil dari tanaman induk yang unggul dan ditempel ke tumbuhan yang berakar kuat. Sayangnya okulasi membutuhkan waktu lama untuk berhasil, kira-kira 12-24 bulan. Pilihan lainnya adalah sambung pucuk yaitu cara yang menempelkan batang induk untuk disambung dengan batang bawah yang ditanam dari biji. Untuk tanaman buah atau tanaman yang sulit dikembangbiakkan dengan cara lain, penyusuan merupakan cara yang paling cocok. Penyusuan dilakukan dengan cara menyambung 2 buah batang yang sama besar yang telah disayat miring dan diikat sampai kira-kira 3 minggu setelah itu ikatannya bisa dilepas.
    Sampai saat ini perkembangbiakan tanaman berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Para peneliti di seluruh dunia menaruh perhatian khusus terhadap penelitian perkembangbiakan tanaman untuk menghasilkan tanaman baru supaya mendapatkan hasil tanaman yang terbaik. Penelitian di bidang pangan berupaya untuk menghasilkan tanaman pangan dengan kualitas nomor satu untuk mendapatkan bibit unggul.
    Bibit tanaman yang terbaik dapat menjadi komoditas ekspor yang berujung dengan bertambahnya kas negara dari devisa yang dihasilkan. Kultur jaringan merupakan hasil dari perkembangan teknologi pertanian yang dapat menghasilkan bibit unggul serta varietas baru. Kultur jaringan juga dapat dilakukan untuk pelestarian jenis tanaman tertentu yang mulai langka. Kultur jaringan memerlukan pendidikan khusus yang dilatarbelakangi dengan pendidikan kimia dan biologi. Untuk melakukan kultur jaringan diperlukan media dengan berbagai bahan campuran seperti garam mineral, asam amino, gula vitamin dan hormone tumbuhan yang dilakukan dalam keadaan suci hama.
    generatifPertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis merupakan faktor yang terdapat dalam tanaman seperti benis, varietas, hormone serta lainnya. Sedangkan faktor lingkungan adalah faktor seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, suhu, air dan udara. Seperti mahluk hidup lainnya, tanaman juga dapat beradaptasi dengan lingkungan serta perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan fisiologis, atau morfologis.
    Tanaman sebenarnya memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap perubahan iklim, hama penyakit, absorbsi tanah serta pembatasan respirasi yang ditunjukkan dengan perubahan struktur tubuh tanaman tersebut. Adaptasi tanaman dapat berlangsung dengan baik bila tanaman dipindahkan dari tempat lain ke tempat yang kondisinya hampir serupa. Walaupun telah ada rekayasa pengetahuan dan teknologi namun supaya proses pertumbuhan tanaman dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya jangan memindahkan tanaman ke tempat yang kondisinya benar-benar berbeda.
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Perkembangbiakan Tanaman - 9756people
    Info Petani -
    MENGENAL MOLLASE
    Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan.

    Proses treatment molase sebelum difermentasi
    Molase seperti yang telah dijelaskan di awal, yakni merupakan sisa proses pengkristalan gula pasir. Sumber molase itu sendiri didapatkan dari 2 macam. Pertama dari tebu dan kedua dari bit. Dari kedua sumber tersebut akan didapatkan molase yang berbeda sifat dan pengolahannya.
    Pada umumnya molase diolah lebih lanjut menjadi etanol. Caranya melalui proses fermentasi. Namun sebelum proses fermentasi tersebut dilaksanakan diperlukan treatment terhadap molase tersebut. Berikut uraian singkatnya

    1. Molase dari Tebu



    Gambar 1. Tebu
    Molase dari tebu dapat dibedakan menjadi 3 jenis. Molase kelas 1 , kelas 2 dan black strap. Molase kelas 1 didapatkan saat pertama kali jus tebu dikristalisasi. Saat dikristalisasi terdapat sisa jus yang tidak mengristal dan berwarna bening. Maka sisa jus ini langsung diambil sebagai molase kelas 1.
    Kemudian molase kelas 2 atau biasa disebut dengan ”Dark” diperoleh saat proses kristalisasi kedua. Warnanya agak kecoklatan sehingga sering disebut juga dengan istilah ”Dark”. Dan molase kelas terakhir, Black Strap diperoleh dari kristalisasi terakhir. Warna black strap ini memang mendekati hitam (coklat tua) sehingga tidak salah jika diberi nama ”Black Strap” sesuai dengan warnanya.



    Gambar 2. molase
    Black strap ternyata memiliki kandungan zat yang berguna. Zat-zat tersebut antara lain kalsium, magnesium, potasium, dan besi. Black strap memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi, karena terdiri dari glukosa dan fruktosa. Berbagai vitamin terkandung pula di dalamnya. Berikut tabel komposisi dari black strap.
    Tabel 1. Kandungan Nutrisi Blackstrap Molasses


    Sumber : http://www.whfoods.com/genpage.php?tname=nutrientprofile&dbid=85

    Black strap digunakan untuk suplemen kesehatan, makanan ternak, dan berbagai industri lainnya.
    Sebelum dilakukan proses fermentasi untuk pembuatan etanol, molase tebu harus diberikan treatment agar proses fermentasi berlangsung dengan baik. Hal yang harus dilakukan adalah mensulfurisasi molase tersebut. Tujuannya agar molase menjadi bening. Kemudian campurkan air, ragi dan molase secara bersamaan lalu diaduk dalam sebuah tangki.

    2. Molase dari Bit


    Gambar 3. bit
    Molase dari bit berbeda dengan molase dari tebu. Yang disebut sebagai molase bit adalah sisa proses kristalisasi gula. Jadi tidak ada pengklasifikasian molase. Molase bit 50 % dari berat kering merupakan gula. Sebagian besar merupakan sukrosa dan juga mengandung glukosa dan fruktosa.
    Molase bit mengandung biotin (vitamin B7) dalam jumlah terbatas. Vitamin ini berguna untuk pertumbuhan. Molase ini juga mengandung garam-garaman yaitu kalsium, potasium, oksalat dan klorida. Hal yang menarik adalah molase ini sering digunakan sebagai aditif untuk makanan hewan.
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: MENGENAL MOLLASE - 9756people
    Info Petani -
    PRINSIP DASAR PEMBUATAN SILASE
    PENDAHULUAN
    Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak atau pada fase pertumbuhan hijauan dengan kandungan zat makanan optimum. Dibandingkan pengawetan dengan pembuatan hay, pembuatan silase lebih mempunyai keunggulan karena kuarng tergantung pada kondisi cuaca harian.
    Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi sejumlah faktor seperti spesies tanaman yang dibuat silase, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan (additive).                  
    PRINSIP PEMBUATAN SILASE
    Prinsip dasar pembuatan silase memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan pH, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
    Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase. Tanaman di lapangan mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermenatsi turun menjadi 3.6- 4.5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan pH yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri.
    1. MENGHILANGKAN OKSIGEN DARI BAHAN SILASE
    Proses ensilase terjadi dalam kondisi tanpa oksigen (anaerob), bakteri yang bekerja dalam memproduksi asam laktat adalah bakteri anaerob. Oksigen yang terdapat pada bahan silase dan silo dapat mempengaruhi proses dan hasil yang diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap berlangsung selama masih tersedia oksigen. Respirasi dapat meningkatkan kehilangan bahan kering, mengganggu proses ensilase, menurunkan nilai nutrisi dan kestabilan silase.
    Respirasi Sel Tanaman. Aktivitas sel tanaman tidak segera terhenti setelah dipanen, sel meneruskan respirasi selama masih cukup tersedia hidrat dan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk proses respirasi yang menghasilkan energi untuk fungsi sel. Karbohidrat dioksidasi oleh sel tanaman dengan adanya oksigen menjadi karbondioksida (CO2), air (H2O) dan panas.
    Gula + oksigen →Karbondioksida + air + panas
    Panas yang dihasilkan selama proses respirasi tidak dapat segera hilang, sehingga temperatur silase dapat meningkat. Peningkatan temperatur dapat mempenga-ruhi kecepatan reaksi dan merusak enzim (McDonald dkk. 1991). Enzim merupakan protein yang akan mengalami denaturasi pada temperatur tinggi. Peningkatan tempetarur juga dapat mempengaruhi struktur silase misalnya perubahan warna silase menjadi gelap (Van Soest 1994).
    Peningkatan temperatur silase dapat dibatasi dengan pemanenan tanaman dengan kadar air yang tepat dan dengan meningkatan kepadatan silase. Tabel 1 menggambarkan hubungan antara temperatur, kandungan bahan kering dan kepadatan hijauan dalam silo. Pemadatan silase terkait dengan ketersediaan oksigen di dalam silo, semakin padat silase oksigen semakin rendah sehingga proses respirasi semakin pendek.
    Beberapa jenis bahan secara alami memperangkap lebih banyak udara dalam silase. Dengan pengelolaan yang baik, oksigen dapat hilang dari silase dalam 4 sampai 6 jam (Coblentz 2003). Pembatasan respirasi dapat dilakukan dengan pemotongan langsung, pemadatan padat dan pelayuan. Untuk menjamin proses fermenatsi berjalan dengan baik, bahan harus mengandung kadar air sekitar 60-70%.
    Tabel 1.  Peningkatan Temperatur dalam Silo dengan Tingkat Kepadatan dan Kandungan Bahan Kering.
    Kepadatan (lbs/ft 3)
    Kandungan bahan kering (%)
    20
    30
    40
    50
    60
    70

     …………OF ……………
    20
    4.8
    5.3
    6.0
    6.8
    7.8
    9.0
    30
    2.5
    2.8
    3.2
    3.7
    4.3
    5.0
    40
    1.4
    1.6
    1.9
    2.2
    2.5
    3.0
    50
    0.7
    0.8
    1.0
    1.2
    1.5
    1.8
    60
    0.2
    0.3
    0.5
    0.6
    0.8
    1.0
    Sumber: Coblentz  (2003)
    Pengaruh Terhadap Fermentasi. Oksidasi gula tanaman melalui proses respirasi mempunyai pengaruhi negatif terhadap karakterisitik fermentasi. Gula tanaman berperan sebagai substrat utama bagi bakteri penghasil asam laktat yang dominan dalam fermentasi silase. Produksi asam laktat oleh BAL menurunkan pH (menurunkan keasaman) silase dan menjadi kunci stablitas dan pengawetan silase. Respirasi yang berlebihan atau dalam waktu lama dapat mengurangi ketersediaan substrat dalam produksi asam laktat, sehingga dapat menurunkan potensi proses fermentasi yang baik.
    Pengaruh Terhadap Nilai Nutrisi. Respirasi yang berlebihan dapat mempengaruhi nilai nutrisi silase. Oksidasi gula tanaman menurunkan energi dan secara tidak langsung meningkatkan komponen serat hijauan. Temperatur silase yang berlebihan menyebabkan pembentukan produk reaksi Maillard, dimana senyawa yang mengandung protein yang tidak tercerna di dalam saluran pencernaan ternak ruminansia. Kondisi anaerob yang lambat tercapai memungkinkan berkembangan bakteri aerob yang dapat mendegradasi protein menjadi amonia.
    Pengaruh Terhadap Kestabilan Silase. Silase yang difermentasi dengan baik akan menghasilkan pH yang lebih rendah. Kondisi ini dapat dimaksimalkan jika gula difermentasi menjadi asam laktat. Silase akan tetap stabil untuk waktu yang tak terbatas selama udara tidak dapat masuk ke dalam silo. Jika udara (oksigen) dapat masuk, populasi yeast dan jamur akan meningkat dan menyebabkan panas dalam silase karena proses respirasi. Akibat lain adalah kehilangan bahan kering dan mengurangi nilai nutrisi silase.Beberapa spesies jamur pada kondisi tersebut dapat menghasilkan mikotoksin dan substansi lain yang mengganggu kesehatan ternak.
    2. KADAR AIR
    Salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah kadar air hijauan. Secara umum, kadar air optimum untuk dalam pembuatan silase sekitar 65% (Coblentz 2003). Tingkat kadar ini dapat memudahkan proses fermentasi dan biasanya membantu menghilangkan oksigen selama proses pemgemasan
    Proses ensilase pada kadar air lebih dari 70% tidak dianjurkan. Hijauan dengan kadar air tinggi pada proses ensilase menyebabkan silase menjadikan silase yang dihasilkan tidak disukai. Silase ini kurang masam dan mempunyai konsentrasi asam butirat dan N-amonia yang tinggi. Hijauan yang diensilase dengan kadar air yang rendah (dibawah 50%) akan berakibat fermentasi yang terbatas, sehingga menghasilkan silase yang kurang stabil dengan konsentrasi asam laktat rendah dan pH lebih tinggi. Hijauan dengan kadar air rendah lebih sulit untuk menghilangkan oksigen dari bahan silase sewaktu pemasukan dan pengemasan.
    3. FAKTOR TANAMAN
    Silase dapat dibuat dari berbagai jenis tanaman seperti rumput, legum, sereal dan hasil ikutan tananam lainnya. Bahan yang baik dijadikan silase harus mempunyai substrat mudah terfermentasi dalam bentuk WSC yang cukup, buffering capacity yang relatif rendah dan kandungan bahan kering di atas 200 g kg-1 (McDonal dkk. 1991). WSC tanaman umumnya dipengaruhi oleh spesies, fase pertumbuhan, budidaya dan iklim.
    Rumput yang dipupuk dengan nitrogen dalam level yang tinggi umumnya tidak menghasilkan silase yang lebih baik dibandingkan dengan hijauan yang dipupuk dengan level yang biasa. Rumput yang dipupuk dengan nitrogen mempu-nyai kandungan protein kasar lebih tinggi dengan kandungan gula lebih rendah. Tanaman merubah energi dari matahari menjadi gula sehingga konsentrasi gula secara umum lebih tinggi pada sore atau malam hari. Konsentrasi gula menurun pada malam hari melalui proses respirasi dalam tanaman dan lebih rendah lagi pada pagi hari. Fase pertumbuhan tanaman juga mempengaruhi ratio batang dan daun, yang akan mempengaruhi kandungan gula tanaman.
    4. ADITIF SILASE
    Aditif silase dapat dibagi menjadi 3 kategori umum yaitu a. stimulan fermentasi, seperti inokulan bakteri dan enzim; b. inhibitor fermentasi seperti asam propionat, asam format dan asam sulfat; dan c. substrat sepertii molases, urea dan amonia
    a. Inokulan Bakteri
    Hijauan secara alami mengandung beberapa tipe bakteri baik yang menguntungkan maupun merugikan (Tabel 2). Beberapa produk akhir dapat dihasilkan dalam proses fermentasi (Tabel 3), dan beberapa diantaranya dapat menurunkan kualitas silase yang dihasilkan. Konsep penambahan inokulan bakteri adalah untuk memacu pertumbuhan BAL homofermentatif yang dapat segera menghasilkan asam laktat untuk menurunkan pH silase. Beberapa BAL yang digunakan sebagai inokulan pada silase dan alasan penggunaannya ditampilkan pada Tabel 4. Karakteristik dasar yang harus dimiliki oleh inokulan bakteri antara lain dapat beradaptasi pada bahan dengan kadar air tinggi, dapat beradaptasi dengan temperatur lingkungan, toleransi terhadap keasaman, menghasilkan bakteriosin toleransi terhadap PHAGE, dan berperan sebagai probiotik(Ohmomo dkk. 2002).
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PRINSIP DASAR PEMBUATAN SILASE - 9756people
    Info Petani -
    PENGGUNAAN BIG GUN SPRINKLER PADA IRIGASI AIR TANAH
    Penggunaan air tanah untuk memenuhi berbagai keperluan seperti rumah tangga, industri dan pertanian telah lama dilakukan di Indonesia. Pemerintah, melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum mulai tahun 1970 telah mengembangkan pemanfaatan air tanah untuk irigasi diderah cekungan Wilis – Lawu di Kabupaten Kediri-Nganjuk Propinsi Jawa Timur, hingga sampai saat ini pemanfaatan air tanah untuk irigasi telah berkembang hampir diseluruh Propinsi di Indonesia.
    Untuk dapat memanfaatkan air tanah yang keberadaannya pada lapisan pembawa air yang disebut “akifer” dimana posisinya berada dibawah permukaan tanah, menyebabkan diperlukannya fasilitas sumur serta mengoperasikan  mesin pompa untuk dapat memanfaatkannya.
    Pada sistim irigasi air tanah, setelah pembangunan sumur selesai, maka setiap kali petani membutuhkan air untuk sawahnya, petani tersebut harus mengoperasikan mesin pompa agar supaya air yang ada didalam sumur dapat mencapai sawahnya. Mengingat biaya operasi mesin pompa ini cukup besar, dibandingkan dengan irigasi permukaan yang menngunakan sistim grafitasi untuk mengalirkan air kesawah sehingga petani tidak mengeluarkan biaya sama sekali, maka perlu dicarikan sistim pengaliran air dengan efisiensi yang tinggi (tidak banyak air yang hilang sebelum mencapai sawah yang membutuhkannya), sehingga :

    1. Apabila digunakan saluran tanah, akan banyak air yang masuk kedalam tanah akibat porositas dari tanah itu sendiri, makin tinggi tingkat porositas tanah, makin banyak pula air yang dihisap oleh tanah tersebut.
    2. Apabila digunakan saluran yang dilining (misalnya dengan pasangan batu atau plat beton), memang kehilangan air akibat porositas tanah dapat direduksi secara signifikan akan tetapi kehilangan akibat evaporasi selama proses pengaliran tidak bisa dicegah. Selain itu mulai dari ujung saluran yang dililing mungkin harus tetap melewati saluran tanah beberapa puluh meter sebelum mencapai sawah petani yang membutuhkan air, disini terjadi kehilangan air lagi, beruntung petani yang sawahnya persis didepan ujung saluran yang dilining.
    3. Apabila digunakan saluran perpipaan PVC, kehilangan air akibat porositas tanah dan evaporasi dapat diatasi, tapi dari outlet perpipaan sejauh beberapa puluh meter sebelum mencapai sawah petani yang membutuhkan air juga tetap melewati saluran tanah.
    Dengan menggunakan saluran perpipaan PVC yang dikombinasikan dengan “Big gun sprinkler”, maka kehilangan air sebelum mencapai sawah petani yang membutuhnkan dapat lebih ditekan lagi.
    Big gun sprinkler adalah alat penyemprot air yang dapat memancarkan air sampai sejauh radius 100 meter atau diameter 200 meter. Secara umum alat ini mirip dengan water canon yang dipakai polisi untuk membubarkan demo atau yang digunakan oleh pasukan pemadam kebakaran. Perbedaanya adalah bahwa pada big gun sprinkler untuk irigasi ada tambahan peralatan yang berfungsi untuk mengatur agar supaya air yang jatuh ketanah didalam areal radius pancarannya uniform/seragam sehinngga kondisinya mirip hujan, sedangkan pada water canon yang diutamakan adalah jangkauannya.
    Pada waktu beroperasi, posisi big gun sprinkler ini dipindah-pindahkan sedemikian rupa sehingga seluruh areal yang dilayani dapat menerima air.
    Untuk satu mesin pompa pada umumnya memerlukan lebih dari satu big gun sprinkler sesuai dengan kasitas pompa dan kapasitas dari big gun sprinkler itu sendiri.
    Keuntungan yang didapat dari penggunaan big gun sprinkler ini adalah :
    • Dapat digunakan pada lahan dengan kondisi topografi yang tidak teratur atau bergelombang dan berbukit-bukit.
    • Dapat diterapkan pada tekstur tanah pasiran hingga tanah berpasir yang persifat porous.
    • Kehilangan air akibat penguapan dan kebocoran kecil.
    • Apabila tidak ada masalah, biaya OP untuk jaringan pipa kecil.
    • Aman dari gangguan penjebolan secara liar karena pipa ditanam di bawah tanah, sehingga tidak perlu pemeliharaan secara khusus.
    • Cara pengoperasian penyiraman dapat dilakukan secara bergiliran, sehingga big gun sprinkler yang digunakan jumlahnya tidak perlu banyak.
    • Dapat mengatur suhu lingkungan di sekitarnya.
    • Air dapat dicampur dengan pupuk organik.
    • Tidak perlu saluran pembuangan karena air akan meresap ke dalam tanah.
    Kendala pada penggunaan big gun sprinkler adalah :
    • Pemasangan awal diperlukan biaya besar karena peralatan cukup mahal.
    • Biaya eksploitasi tinggi karena menggunakan bahan bakar untuk pompa air.
    • Jika ada masalah kerusakan mekanik akan menyebabkan masalah, yang besarnya sesuai dengan tingkat kerusakan.
    • Pemberian air dipengaruhi oleh angin.
    • Pekerjaan tanah harus dalam kondisi normal supaya mudah dalam pelaksanaan.
    Penggunaan big gun sprinkler untuk irigasi air tanah pertama kali dilaksanakan di Propinsi Nusa Tengara Barat, didesa Akar-akar kecamatan Bayan kabupaten Lombok Utara pada tahun 2007 dalam rangka kerja sama antara Departemen Pekerjaan Umum cq Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dengan Universitas Mataram. Saat ini daerah-daerah lain mulai mengadopsi teknologi tersebut, diantaranya Propinsi Jawa Timur yang mulai mencoba dikabupaten Mojokerto dan kabupaten Madiun.
    Semoga penggunaan big gun sprinkler ini dapat meningkatkan kesejahteraan para petani air tanah.
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PENGGUNAAN BIG GUN SPRINKLER PADA IRIGASI AIR TANAH - 9756people
    Info Petani -
    Sistem Irigasi Tetes
    Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat.
    Jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum. Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air untuk penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin.sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram, dengan system ini kita akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman.
    Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sytemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. dengan menggunakan sytem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak.
    Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timers can be set to turn on automatically at any time of day and for as long as necessary. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.
    Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume rendah penyemprot yang ideal untuk menjaga tanaman benih basah. Penggunaannya sangat mudah. dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan untuk selama diperlukan.
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Sistem Irigasi Tetes - 9756people
    Info Petani -
    Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal)
    Bahan dan alat:
    1.Batang pisang yang sudah busuk 2 genggam.
    2.air panas/hangat 5 L.
    3.air biasa 5 L.
    4.terasi 1/4 kg.
    5.gula pasir 1/2 kg.
    6.dedak 1 genggam.
    7.ember + tutup (kapasitas 15 L).
    8.bambu pengaduk.

    cara pembuatan:
    1. rendam dan peras batang pisang ke dalam air biasa sehingga sari pati bercampur dengan air, dan sisakan sedikit serat pisang di dalam air.
    2. campurkan air panas, terasi, gula pasir, aduk merata tunggu hingga air mendingin.
    3. campurkan larutan serat pisang dan air panas (sudah dingin) ke ember, tambahkan dedak, aduk-aduk.
    4. tutup ember dengan rapat, biarkan selama 10 hari.
    5. setelah 10 hari cek kondisi MOL, jika sudah bau, dan muncul gelembung2 udara, berarti MOL sudah jadi dan dapat dipergunakan.
    6. penghilang bau dapat digunakan nanas yang telah dihancurkan sebelumnya.
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) - 9756people
    Info Petani -
    PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN PUPUK ORGANIK DI INDONESIA


    Penggunaan pupuk ini secara terus menerus dan berlebihan untuk meningkatkan produksi pertanian, tanpa diimbangi pemberian pupuk organik akan menimbulkan “levelling off, terutama pada lahan sawah". Sementara itu, penggunaan pupuk organik di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Penggunaannya di lapangan belum optimal.

    Namun peran pupuk organik ini ke depan sangat penting dan strategis, di samping dapat mendongkrak levelling off dan perbaikan tingkat kesuburan tanah, penggunaan pupuk organik ini dapat secara langsung atau tidak langsung mengurangi kebutuhan pupuk anorganik.

    Jika penggunaan pupuk organik tersebut meningkat, pada gilirannya dapat menambah kapasitas ekspor perusahaan pupuk anorganik dalam negeri sehingga dapat menambah devisa negara. Apalagi Krisis ekonomi global, penyediaan pupuk yang akhir-akhir ini semakin langka di lapangan merupakan tantangan yang perlu dicarikan solusinya

    Produksi dan produktivitas tanaman, sangat dipengaruhi oleh input utama produksi yaitu pupuk. Namun beberapa tahun terakhir ini, kebutuhan akan pupuk terus meningkat, sehingga keberadaannya semakin sulit dan harganya semakin tinggi. Kekurangan pupuk selain disebabkan produksinya yang terbatas, juga disebabkan oleh pendistribusiannya yang kurang baik dan pemakaian yang berlebihan di beberapa tempat.

    Oleh karena itu perlu upaya untuk mengembangkan dan memproduksi pupuk organik, untuk mensubstitusi pupuk an-organik yang sudah ada, serta menerapkan teknologi pupuk dan pemupukan yang lebih efisien. Pengembangan industri pupuk organik mempunyai arti yang strategis karena serasi dengan tuntutan masyarakat dunia yang menginginkan dan lebih rnenghargai produk alarni yang bebas dari bahan kimia berbahaya dan ramah lingkungan.

    Beberapa permasalahan yang muncul pada saat penggunaan pupuk organik, perlu mendapat perhatian bagi para ahli agronorni. Pupuk organik yang semula hanya berupa kompos ataupun pupuk kandang dengan produksi dan pemakaian lokal, berubah menjadi suatu komoditas yang diperlukan pada sebaran lokasi dan komoditas yang lebih luas. Permasalahan yang muncul antara lain standarisasi mutu pupuk organik, kapasitas produksi, regulasi maupun teknis distribusi dan efektifitas terhadap hasil maupun ekonomi usaha taninya (dikutip dari hasil Seminar nasional Peragi dengan tema “Permasalahan dan Kebijakan Pupuk Organik di Indonesia”. 17 Desember di Botani Square –Bogor)
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PERMASALAHAN DAN KEBIJAKAN PUPUK ORGANIK DI INDONESIA - 9756people
    Info Petani -
    KETELA POHON
    1. SEJARAH SINGKAT
    Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
    2. JENIS TANAMAN
    Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:
    Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
    Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
    Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
    Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
    Ordo : Euphorbiales
    Famili : Euphorbiaceae
    Genus : Manihot
    Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
    Varietas-varietas ketela pohon unggul yang biasa ditanam, antara lain: Valenca, Mangi, Betawi, Basiorao, Bogor, SPP, Muara, Mentega, Andira 1, Gading, Andira 2, Malang 1, Malang 2, dan Andira 4
    3. MANFAAT TANAMAN
    Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.
    4. SENTRA PENANAMAN
    Di dunia ketela pohon merupakan komoditi perdagangan yang potensial. Negara-negara sentra ketela pohon adalah Thailand dan Suriname. Sedangkan sentra utama ketela pohon di Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
    5. SYARAT PETUMBUHAN
    5.1. Iklim
    a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
    b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
    c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
    d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
    5.2. Media Tanam
    a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
    b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
    c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
    5.3. Ketinggian Tempat
    Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
    6. PEDOMAN BUDIDAYA
    6.1. Pembibitan
    1. Persyaratan Bibit
    Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
    a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
    b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
    c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
    d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
    2. Penyiapan Bibit
    Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
    a) Bibit berupa stek batang.
    b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
    c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
    d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman. Setelah direndam dengan
    ABG-Daun dengan dosis 2 cc/L selama kurang lebih 30 menit sebelum di tanam.


    6.2. Pengolahan Media Tanam
    Persiapan
    Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
    a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
    b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
    c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanamanlainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
    6.3. Teknik Penanaman
    Penentuan Pola Tanam
    Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.


    Cara Penanaman
    Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
    6.4. Pemeliharaan Tanaman
    Penyiangan
    Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
    Pembubunan
    Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.
    Perempalan/Pemangkasan
    Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.
    Pemupukan
    Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
    Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: KETELA POHON - 9756people
    Info Petani -
    728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
     
    5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit