Analisis kuantitatif kompetisi telah banyak dilakukan (Aspinall dan Milthhrope, 1959; de Wit,1960; Aspinall,1960; Milthrope,1961; Donald,1963). Tetapi kuantifikasi gaya kompetisi yang dilancarkan oleh suatu tanaman untuk mendapatkan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan belum banyak mendapat perhatian. Individu tanaman yang mempunyai gaya kompetisi yang lebih besar akan memperoleh kuantitas pertumbuhan yang lebih besar. Gaya tersebut dipertimbangkan proporsional dengan ukuran tanaman, karena kemampuan tanaman mendapatkan faktor lingkungan, yang kebanyakan dievaluasi dari hasil akhirnya, ditentukan oleh ukuran organ-organ tanaman yang berfungsi untuk itu, disamping ditentukan kebutuhan tanaman. Pemilihan lokasi sampel didasarkan pada tujuan penelitian yaitu mencari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman yang sangat pesat terjadi di awal-awal masa hidupnya. Oleh sebab itu, maka pencarian informasi awal yaitu pada tanaman yang masih muda. Untuk penyederhanaan penelitian ini hanya menitikberatkan pada pengukuran obyek pohon di dalam plot ukur. Pencarian data sekunder dari pihak-pihak yang terkait hanya untuk melengkapi data primer.
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan utama dalam penelitian ini adalah tegakan Jati KU I dalam Petak Ukur di petak 49a. RPH Sidowayah, BKPH Kedunggalar, KPH Ngawi yang mulai diukur pada tanggal 7 Desember 2004 yang dipilih berdasarkan masih sempurnanya tegakan seumur dan sejenis serta kondisi tegakan relatif stabil dengan menegasikan faktor lain. Obyek yang akan diambil adalah gambaran kuantitatif tentang tinggi pohon, diameter setinggi dada, diameter tajuk maksimal, koordinat pohon.
Pengumpulan data dimulai dengan pembuatan plot. Plot yang dibutuhkan sebanyak 2 (dua) buah. Desain plot adalah plot majemuk konsentris yang terdiri dari 3 (tiga) buah bujur sangkar dengan ukuran yang berbeda. Bujur sangkar terluar dengan ukuran 100x100 m (luas 1 ha) digunakan untuk mendapatkan data peninggi. Bujur sangkar yang tengah berukuran 40x40 m merupakan unit penelitian/pengukuran Fungsi dari plot ukur adalah sebagai buffer atau bagian penyangga dari plot hitung apabila pohon terluar dari plot hitung membutuhkan data dari pohon tetangganya yang berada di luar plot hitung, sehingga data pohon dalam plot hitung dapat digunakan dengan sempurna. Bujursangkar terdalam merupakan unit pengukuran berukuran 20x20 m (lihat Lampiran 1).
Metode inventore dalam penelitian ini mengadobsi metode inventore yang dipakai untuk survei potensi permudaan hutan alam tropika basah yang akan ditebang, yaitu dibuat pada setiap jarak 100 meter pada jalur coba untuk mengetahui volume tegakan dengan bentuk petak ukur bujur sangkar (Simon, Hasanu. 1996). Tetapi, dalam penelitian ini dilakukan inventore dengan metode yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
3.2. Pengumpulan Data dan Sumber Data
Data yang diambil untuk bahan analisis terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung dari lapangan. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan melihat gambaran secara lengkap tentang tegakan dalam satuan pengelolaan kawasan hutan. Parameter yang diukur yaitu tentang tinggi pohon, diameter setinggi dada, diameter tajuk maksimal, dan koordinat pohon.
3.2.1. Pengukuran Tinggi Pohon
Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan hagameter yang menggunakan prinsip trigonometri. Pengukuran dimulai dari pangkal pohon yang berbatasan langsung dengan tanah sampai pada tajuk paling tinggi.
Gambar 3.1. Sketsa Cara Pengukuran Dengan Hagameter
Pengukuran tinggi pohon dengan hagameter dihitung dengan rumus:
Keterangan:
tinggi pohon diukur mulai dari tinggi mata pengamat
tinggi total pohon mulai pangkal sampai pucuk pohon
sudut yang tertera pada hagameter
jarak antara pohon dengan pengamat
Alasan pemilihan alat ini adalah keakuratannya tinggi dan pengukuran jarak horizontal dari pohon ke tempat pengukuran tidak mengalami kesulitan yang berarti pada hutan tanaman Jati.
3.2.2. Pengukuran Diameter Batang Pohon
Pita ukur merupakan alat yang paling sederhana dan pertama kali dipakai untuk mengukur diameter pohon. Alasan penggunaan pita ukur ini karena murah dan mudah dibawa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat atau memilih pita ukur sebagai alat pengukur diameter adalah : elastis tetapi tidak mudah terpuntir atau tertekuk, tidak berubah dimensi memanjangnya (tidak molor), tanda dan angka-angka yang tertulis padanya tidak mudah hilang. Kesalahan pengukuran diameter pohon dengan pita ukur yang sering terjadi adalah :
1. Posisi pita ukur bergelombang ke atas dan ke bawah, tidak terletak pada satu bidang dasar horizontal
2. Pita ukur dalam posisi terpuntir
3. Pita ukur tidak merapat melingkar mengikuti permukaan batang (terpatah-patah) karena terbuat dari bahan yang kurang elastis
4. Bentuk batang tidak silindris sehingga bentuk penampang lintang pohon merupakan elips, bukan lingkaran
Pengukuran diawali dengan mengukur keliling batang setinggi dada (1,3 m), dilanjutkan dengan menghitung diameter batang pohon dengan menggunakan rumus :
Dimana:
diameter pohon (m)
3.14
3.2.3. Pengukuran Diameter Tajuk
Pengukuran diameter tajuk ini akan mengalami kesulitan kalau kita mengukurnya secara langsung. Cara yang paling mudah dengan mengukur bayangannya di atas tanah dengan meteran. Kelemahannya ketika suaca mendung, bayangan itu tidak akan nampak. Kita juga dapat mengukurnya dengan menjulurkan galah pada tajuk terluar dan mengukur jaraknya dari pohon.
3.3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data yang dikumpulkan baik data sekunder maupun data primer terkumpul. Pengolahan data meliputi pengelompokan data menurut klasifikasi dan kebutuhannya, kompilasi data dan tabulasi data. Pengolahan data ini mempunyai tujuan untuk mempermudah dalam kegiatan analisis data.
Tujuan dari hasil penelitian ini adalah menentukan indeks kompetisi tajuk pohon pada hutan tanaman monokultur sama umur. Study kasus ini dapat digunakan untuk mencari metode penentuan indeks kompetisi ruang tumbuh tiap individu pohon yang dapat dipakai untuk menerangkan pertumbuhannya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu beberapa langkah analisis yang ditempuh, antara lain sebagai berikut:
1. Perhitungan Proyeksi Luas Tajuk Aktual
2. Perhitungan Proyeksi Irisan Tajuk
3. Perhitungan Proyeksi Luas Tajuk Referensi Sudut Buka
3.3.1. Perhitungan Proyeksi Luas Tajuk Aktual
Dalam penelitian ini luas tajuk aktual diperoleh dari proyeksi lebar maksimal tajuk hasil pengukuran di lapangan yang dirumuskan dengan :
Luas tajuk
dimana :
= 3,14
d = diameter maksimal tajuk = lebar maksimal tajuk
dari rumus di atas dapat digunakan sebagai dasar untuk perhitungan irisan tajuk pohon.
3.3.2. Perhitungan Proyeksi Irisan Tajuk
Ruang tumbuh tiap pohon dapat dihitung dengan akurat apabila koordinat tiap pohon diketahui. Dari koordinat tersebut akan dihasilkan jarak antar pohon (C). Daerah overlap yang merupakan irisan dari dua atau lebih tajuk pohon, dalam hal ini diidentikkan berbentuk lingkaran dengan koordinat letak pohon sebagai titik pusatnya. Apabila jumlah jari-jari dua batang pohon (R + r) tersebut lebih besar dari jarak antar pohonnya maka dua pohon tersebut saling berkompetisi.
Gambar 3.2. Sketsa Dua Tajuk Yang Saling Beririsan
Pada kenyataannya di lapangan, daerah irisan ini hampir sebagian besar beririsan lebih dari dua lingkaran, sehingga menyulitkan dalam perhitungan secara matematis. Maka digunakanlah program soft ware ArcView 3.3 untuk menghitung luas irisan lingkaran yang merupakan daerah overlap dari proyeksi tajuk teoritis dengan proyeksi tajuk aktual. Pengukuran luas irisan ini dilakukan dengan terlebih dahulu membuat gambar proyeksi tajuk dengan menggunakan soft ware CorelDraw 11.
3.3.3. Perhitungan Proyeksi Luas Tajuk Teoritis
Perhitungan indeks kompetisi tajuk dalam penelitian ini menggunakan 4 referensi bukaan tajuk sebagai luas teoritis bagi tiap individu pohon. Perhitungan luas tajuk dapat dilakukan melalui 4 cara, antara lain:
a. Luas Tajuk Berdasarkan Referensi Tabel W.v.W.
Kompetisi ruang tumbuh secara sederhana dapat dinyatakan dalam jarak rata-rata mutual antar pohon (Sm) dan dinyatakan secara relatif dalam persen (%) terhadap peninggi. Dimana jarak rata-rata mutual antar pohon teoritis dapat dicari dengan bantuan tabel W.v.W yang parameter pembukanya berupa umur dan peninggi. Perhitungan jarak rata-rata mutual antar pohon teoritis dirumuskan:
Sm = (S% X Oh) : 100
Selanjutnya ruang tumbuh yang optimal untuk individu pohon selanjutnya dapat digambarkan dalam bentuk lingkaran dengan pusatnya pohon tersebut dan diameter sebesar Sm. Ruang tumbuh teoritis ini selanjutnya akan dipakai untuk menghitung indeks kompetisi tiap pohon.
b. Perhitungan Luas Tajuk Berdasarkan Referensi Sudut Buka 5,625o, 7,5o dan 11,25o
Kompetisi pohon dapat juga diturunkan dalam sudut buka tajuk dalam menangkap sinar matahari. Sementara besarnya sudut buka teoritis sangat tergantung dari umur dan kelas tapak. Dalam penelitian ini digunakan 3 alternatif sudut buka, yaitu 5,625o, 7,5o dan 11,25o. Pemilihan ketiga sudut buka ini dengan mempertimbangkan posisi koordinat pohon, lebar tajuk maksimalnya dan sudut buka dari referensi tabel W.v.W. Dari sudut buka yang ditentukan tersebut dapat diproyeksikan menjadi ruang tumbuh teoritis. Untuk mengetahui luas ruang tumbuh teoritis tersebut perlu diketahui koordinat pohon dan tinggi masing-masing pohon. Adapun tinggi masing-masing pohon ini bisa berupa tinggi total masing-masing pohon inti atau peninggi. Dengan demikian masing-masing pohon pada unit pengukuran dapat dihitung nilai indeks kompetisi ruang tumbuhnya.
(1). Perhitungan Luas Tajuk Berdasarkan Referensi Sudut Buka (5,625o, 7,5o dan 11,25o) dan Referensi Tinggi Tiap-Tiap Pohon Inti
Menurut perhitungan teoritisnya, luas tajuk pohon dapat dirumuskan sebagai berikut: Luas tajuk
dimana jari-jari (r) tajuk pohon dapat diketahui berdasarkan rumus sebagai berikut: , sehingga:
keterangan: sudut buka (5,625o, 7,5o dan 11,25o)
= jari-jari tajuk
tinggi pohon
Gambar 3.3. Sketsa Pohon Menggunakan Tinggi Masing-Masing Pohon
(2). Perhitungan Luas Tajuk Berdasarkan Referensi Sudut Buka (5,625o, 7,5o dan 11,25o) dan Referensi Peninggi Pohon
Menurut perhitungan teoritisnya, luas tajuk pohon dapat dirumuskan sebagai berikut: Luas tajuk
dimana jari-jari (r) tajuk pohon dapat diketahui berdasarkan rumus sebagai berikut: ,sehingga:
keterangan:
sudut buka (5,625o, 7,5o dan 11,25o)
= jari-jari tajuk
peninggi
Gambar 3.4. Sketsa Pohon Menggunakan Peninggi Pohon
3.4. Analisis Data
Analisis kuantitatif pertumbuhan adalah gambaran pertumbuhan tanaman secara kuantitatif dan peristiwa-peristiwa yang mendukung proses pertumbuhan tersebut dan dapat diketahui lebih jelas. Pemahaman akan pertumbuhan tanaman yang lebih baik akan menjadi modal penting dalam upaya penanganan tanaman dan lingkungannya untuk mendapatkan suatu hasil yang lebih tinggi.
Data peninggi (Oh) dan umur dipakai untuk mendapatkan nilai indeks kualitas tapak atau bonita menurut tabel W.V.W. Selanjutnya data peninggi dan S% digunakan sebagai referensi untuk mendapatkan jarak mutual antar pohon (Sm) dengan persamaan:
Sm = (S% x Oh):100
Dimana: Sm : Jarak antar pohon berdasarkan referensi Tabel W.v.W.
S% : Jarak ruangan relatif, yaitu jarak rata-rata antara pohon-pohon, dinyatakan dalam % an dari peninggi/Opperhoogte
Oh = Opperhoogte = peninggi : yaitu rata-rata aritmetik dari tinggi 100 pohon tertinggi per Ha, yang harus tersebar rata pada luas yang bersangkutan
Sm adalah jarak antar pohon teoritis atau ruang tumbuh teoritis yang dibutuhkan sebatang pohon untuk tumbuh dan berkembang secara optimal menurut kaidah yang dipergunakan pada Tabel W.v.W. Nilai Sm selanjutnya dipakai untuk menilai jarak relatif antar pohon observasi yang diperoleh dengan memanfaatkan data letak pohon.
Data letak pohon dan tinggi pohon juga dapat dipergunakan untuk menghitung sudut buka pohon di dalam menangkap sinar matahari. Besarnya sudut buka teoritis sangat tergantung dari umur dan kualitas tapak. Untuk daerah tertentu sudut buka telah ditentukan sebesar 30o. Dalam penelitian ini akan dicoba digunakan tiga alternatif sudut buka, yaitu 5,625o, 7,5o dan 11,25o. Dari sudut buka yang ditentukan tersebut dapat diproyeksikan menjadi ruang tumbuh teoritis. Dengan demikian masing-masing pohon pada unit pengukuran akan dapat dihitung nilai indeks kompetisi ruang tumbuhnya. Nilai indeks ini diperoleh dari luas area overlap dibagi dengan luas area ruang tumbuh teoritis.
Dirumuskan:
Nilai indeks = luas area overlap : luas area ruang tumbuh teoritis
Kemudian nilai indeks kompetisi tajuk yang dihasilkan, secara sederhana dapat dikelompokkan dalam 3 kelas, yaitu: kelas ringan, kelas sedang, dan kelas berat. Nilai indeks kompetisi tajuk 0 – 0,33 termasuk kelas ringan, nilai indeks kompetisi tajuk 0,34 – 0,67 termasuk kelas sedang, dan nilai indeks kompetisi tajuk 0,68 – 1 termasuk kelas berat.
Rating:
5
Reviewer:
Info Petani -
ItemReviewed:
METODE PENELITIAN index kompetisi tajuk jati - 9756people
Info Petani -