Kalau pada suatu saat saya pengen baju , celana pakaian yang nyaman bagi saya untuk di pakai dan di kenakan, maka saya akan datang ke tukang jahit untuk minta di bikinkan pakaian yang pas dengan badan saya. Tentu saja celana pakaian saya hanya nyaman dan enak di pakai untuk badan saya karena di ukur dan di buat memang untuk badan saya. Bagi anda celana saya mungkin kekecilan, bisa juga terlalu longgar. Sehingga umpama suatu saat anda bersilaturahmi ke rumahku, dan saya berniat menghadiahkan baju baru kepadamu maka saya tidak bisa mengatakan ‘baju ini bagus dan sangat nyaman untukmu” karena baju-celana itu di jahit berdasarkan ukuran tubuhku. Sangat pas hanya untuk ukuran tubuhku, nyaman dan enak untuk situasi di sekitar rumahku.
Potret potret permasalahan, di dalam tubuh THL TBPP Indonesia juga sangat beragam, jumlahnya mungkin sebanyak jumlah THL TBPP itu sendiri. Mengapa sampai tahun ketiga ini belum mengkristal umpamanya solid dan kompaknya THL TBPP Indonesia bisa jadi karena setiap THL TBPP lebih mengedepankan “baju-celana” yang pas dan nyaman bagi diri dan daerahnya. Ada temen2 THL TBPP yang mendapat respone sangat bagus di daerahnya sehingga oleh “pemda”nya di berikan kenyamanan kenyamanan. Tapi banyak juga temen temen THL yang ketlingsut, di”acuhkan” keberadaannya walaupun sudah menjalankan amanah tanggung jawabnya umpamanya.
Potret potret permasalahan, di dalam tubuh THL TBPP Indonesia juga sangat beragam, jumlahnya mungkin sebanyak jumlah THL TBPP itu sendiri. Mengapa sampai tahun ketiga ini belum mengkristal umpamanya solid dan kompaknya THL TBPP Indonesia bisa jadi karena setiap THL TBPP lebih mengedepankan “baju-celana” yang pas dan nyaman bagi diri dan daerahnya. Ada temen2 THL TBPP yang mendapat respone sangat bagus di daerahnya sehingga oleh “pemda”nya di berikan kenyamanan kenyamanan. Tapi banyak juga temen temen THL yang ketlingsut, di”acuhkan” keberadaannya walaupun sudah menjalankan amanah tanggung jawabnya umpamanya.
Potret potret permasalahan, di dalam tubuh THL TBPP Indonesia juga sangat beragam, jumlahnya mungkin sebanyak jumlah THL TBPP itu sendiri. Mengapa sampai tahun ketiga ini belum mengkristal umpamanya solid dan kompaknya THL TBPP Indonesia bisa jadi karena setiap THL TBPP lebih mengedepankan “baju-celana” yang pas dan nyaman bagi diri dan daerahnya. Ada temen2 THL TBPP yang mendapat respone sangat bagus di daerahnya sehingga oleh “pemda”nya di berikan kenyamanan kenyamanan. Tapi banyak juga temen temen THL yang ketlingsut, di”acuhkan” keberadaannya walaupun sudah menjalankan amanah tanggung jawabnya umpamanya.
Di dalam potret keinginan dan cita cita THL TBPP juga sangat beragam keinginannya, mungkin saja ada yang menganggap peran pekerjaan THL TBPP hanya sebagai “batu loncatan” karir pribadinya, ada juga yang bertahun tahun melamar pekerjaan dan “ndilalahnya” di terima di rekrutmen THL TBPP. Tapi adapula dan banyak yang sebenarnya sudah punya pekerjaan mapan sebelumnya namun karena panggilan jiwa atau apapun untuk bisa berbuat di bidang pertanian dengan terpaksa atau kesadaran melepas pekerjaan sebelumnya untuk ikut bergabung menyumbang tenaganya di bidang pertanian menjadi “tenaga bantu”di THL TBPP. Di dalam potret kesejahteraan financial dari honor yang di terima THL TBPP juga beragam dinamikanya. Ada yang honornya menjadi THL TBPP merupakan sumber nafkah utama bagi diri dan keluarganya, tidak sedikit pula yang honor sebagai THL TBPP hanya merupakan “uang jajan”bagi anaknya atau sekedar anggaran “pulsa”. Karena tidak sedikit temen2 THL TBPP juga menjadi pelaku bisnis yang sukses dan tangguh, entah di bidang pertanian atau yang lainnya. Dan masih banyak lagi potret keragaman diantara THL TBPP,
Mengapa sampai tahun ketiga ini belum ada kesolidan THL TBPP Indonesia yang maaf semua personelnya mengenyam pendidikan(menengah-tinggi) bahkan berada di dalam atmosfer pengetahuan keilmuan yang sama(pertanian). Mungkin salah satunya karena setiap gerakan aktifitas THL TBPP titik pandang kesadaranya hanya berlaku dan di semangati untuk “baju-celana’ yang nyaman bagi diri dan daerahnya kalau sedikit meluas. Belum muncul kesadaran dan pergerakan yang signifikan yang berupaya mewujudkan ‘pakaian kebersamaan”. Jambi berbeda dengan Riau. Gorontalo-Sumsel-NTB-Banten-Jabar-Papua masing masing berbeda atmosfer permasalahannya. Maka “celana-baju” THL TBPP Gorontalo dan Riau tidak muat di kenakan THL TBPP Banten walaupun temen temen pengen punya “celana’seperti itu.
Silaturahmi Nasional, Saresehan Nasinal, Temu Nasional oleh THL TBPP Indonesia atau apapun namanya hendaknya bukan di semangati keinginan mendapatkan “baju-celana” yang pas dan nyaman untuk diri dan daerahnya. Tetapi adalah semangat untuk menjahit “pakaian kebersamaan’yang siapa saja (THL TBPP) nyaman mengenakannya. Mungkin saja tidak bisa di sebut baju dan celana wujud pakaian itu.
Temu Nasional THL TBPP Indonesia semoga mampu mempertemukan sesobek dan secuil kain-kain dari THL TBPP Aceh hingga Papua untuk kemudian bersama sama di jahit menjadi lembaran kain Selimut THL TBPP Indonesia yang mampu menghangatkan kebersamaan dan persaudaraan THL TBPP Indonesia…. Semoga.. Tapi tunggu dulu jangan jangan kita belum bisa menyumbang sesobek kain, karena 3 tahun ini bisa jadi THL TBPP masih berupa “benang-benang” sehingga butuh energi yang lebih besar. Ayo bersama sama ”memintal dan menjahit pakaian kebersamaan” THL TBPP Indonesia.(AA/TGR/BTN)
Info Petani -