Rating: 5
Reviewer: Info Petani -
ItemReviewed: SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H - 9756people
Info Petani -
Gempa yang terjadi di barat laut Tasikmalaya dengan kekuatan 7,3 SR pada Rabu 2 September 2009 memang tidak menimbulkan tsunami. Namun daya rusaknya cukup besar dan luas. Tidak terkecuali di wilayah kabupaten Cilacap terutama bagian barat juga mengalami kerusakan. Musibah memang tidak mengenal siapa, dimana dan kapan. Gempa Jawa Tasikmalaya juga telah merobohkan sebagian besar rumah kawan kita Susanti, THL TBPP termuda kabupaten Cilacap yang tinggal di Kedungreja, Cilacap.
Musibah yang menimpa kawan kita inipun sampai ke Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan kehutanan (BP4K) Kabupaten Cilacap, Kepala BP4K bapak Ir. Sujito, MSi beserta rombongan dan perwakilan FK THL TBPP Cilacap langsung meninjau lokasi rumah Susanti. Suasana haru menyelimuti kunjungan tersebut. Hasil kunjungan tersebut kemudian ditinjaklanjuti dengan usaha penggalangan dana peduli gempa.
Penggalangan dana peduli gempa yang dimotori oleh FK THL TBPP Cilacap mengajak seluruh THL TBPP dan PPL dilingkup BP4K Cilacap untuk berbagi. Alhamdulillah dari sumbangan kepedulian FK THL TBPP Cilacap dan keluarga besar BP4K kabupaten Cilacap terkumpul dana Rp. 3.000.000,- yang telah disampaikan kepada kwan kita, Susanti. Mungkin tidak seberapa nilai bantuan ini. Namun rasa kepedulian dan kebersamaan yang terjalin dalam FK THL TBPP dan keluarga besar BP4K kabupaten Cilacap semoga dapat meringankan beban dari kawan kita Susanti.
Penggalangan dana peduli gempa yang dimotori oleh FK THL TBPP Cilacap mengajak seluruh THL TBPP dan PPL dilingkup BP4K Cilacap untuk berbagi. Alhamdulillah dari sumbangan kepedulian FK THL TBPP Cilacap dan keluarga besar BP4K kabupaten Cilacap terkumpul dana Rp. 3.000.000,- yang telah disampaikan kepada kwan kita, Susanti. Mungkin tidak seberapa nilai bantuan ini. Namun rasa kepedulian dan kebersamaan yang terjalin dalam FK THL TBPP dan keluarga besar BP4K kabupaten Cilacap semoga dapat meringankan beban dari kawan kita Susanti.
Info Petani -
TEKNOLOGI KEBERSAMAAN THL TBPP INDONESIA
TEMU TEKNOLOGI NASIONAL 1 THL TBPP INDONESIA
Dan harus di pahami siapa dirimu?
Supaya kamu tahu bangkit sebagai apa dan bagaimana dan sampai seberapa jauh atau seberapa tinggi!
Kalau kau tahunya kamu adalah kodok maka kebangkitanmu adalah kebangkitan kodok!
Kalau kau tahunya kamu adalah “emprit” maka kebangkitanmu adalah kebangkitan “emprit”!
Tapi kalau kamu tahu kamu adalah Balkadaba maka kebangkitanmu bukan hanya kebangkitan kadal kadal kecil tetapi kebangkitan kadal Raksasa.
Tapi kalau kamu tahu kamu adalah “Garuda” maka kebangkitanmu bukan hanya kebangkitan “emprit-emprit” kecil tetapi kebangkitan “Garuda” Raksasa.(Transkip musik puisi Presiden Balkadaba-emha-kiai kanjeng. balkadaba hewan menyerupai komodo atau mungkin Dinosaurus)
Mohon maaf saya kutipkan puisi di atas sebagai ungkapan apresiasi dan penghargaan kepada kawan kawan di FK THL TBPP Nasional dan THL TBPP se Indonesia.
Temu Teknologi Nasional adalah lompatan dan energi semangat di kesadaran menjejakkan langkah di lapangan kenyataan perjuangan. Di beberapa waktu kita semua “capek dan letih”oleh ketidak menentuan diantara kita sendiri. Penyuluhan adalah energi menyampaikan “cahaya” karena suluh adalah cahaya. Maka peran pencerahan bagi seorang penyuluh di persyaratkan oleh pribadi pribadi yang sudah tercerahkan. Sedangkan pengetahuan dan teknologi adalah piranti alat untuk menuju ketercerahan.
Mungkin dan seharusnya sudah bukan lagi waktunya energi yang kita punya kita habis habiskan untuk bersilang pendapat diantara kita sendiri. Kerelaan untuk menomorsekiankan (bukan nomor satu) kepentingan sendiri menuju kesanggupan kita untuk saling berbagi ilmu dan semangat energi akan lebih bermanfaat nyata bagi kita sendiri (THL TBPP)dan petani menyangkut peran(penyuluh) yang kita jalankan. Maka kalau ada yang harus sungguh sungguh kita perjuangkan dan kerjakan adalah TEKNOLOGI KEBERSAMAAN itu sendiri. Kata “kebersamaan” betapa sangat mudah di ucapkan, di ungkapkan dan di paparkan. Kata “kebersamaan” banyak pula yang sudah mempraktekkan untuk satu dua hal berdasarkan semangat kepentingan kepentingan.Maka kebersamaan sejati juga merupakan sesuatu yang harus di “ilmui” sebagaimana teknologi teknologi yang lain, tidak sekedar baik tapi harus benar. Tidak cukup hanya baik dan benar tetapi harus indah. Bahkan kebersamaan yang baik, benar dan indah hanyalah kalimat dan ungkapan kosong kecuali dia nyata. Silakan kawan kawan menafsirkan seperti apa, paling tidak kebersamaan di antara THL TBPP se Indonesia harus segera di rebut dari awang-awang untuk kita pijakkan di bumi kenyataan. Kebersamaan yang hendak kita jalankan bukanlah kebersamaan berlandaskan kepentingan tapi berlandaskan cinta untuk kemaslahatan semua.
Temu Teknologi Nasional THL TBPP itu semoga menjadi tonggak berseminya tunas tunas baru sesudah kawan kawan menguasai dan menjalankan teknologi kebersamaan itu.
Ada 25 000 THL TBPP se Indonesia yang menyimpan energi energi itu, bahkan srikandi srikandi THL TBPP telah menawarkan jejaring net working yang apabila hal itu di jalankan secara nyata akan lebih bermanfaat nyata bagi kita, dan pastinya akan ada sangat banyak penguasaan teknologi toknologi lain yang di kuasai kawan kawan THL TBPP se Indonesia dari yang paling sederhana tentang “tlethong sapi” hingga teknologi “agroindustri”umpamanya.
Sekelebatan mimpi, semoga suatu saat entah kapan terwujud, pula PT THL TBPP Indonesia Tbk,dengan 25000 THL TBPP sebagai pemegang saham yang membangun 33 unit produksi di 33 propinsi, bangkit dan bekerja bersama dengan petani membangun kedaulatan pertanian.
PT. THL TBPP Indonesia Tbk…… Sebuah Perusahaan Agroindustri yang mengurusi Martabat dan Daulat Petani Indonesia.( AA/TNG)
Mungkin dan seharusnya sudah bukan lagi waktunya energi yang kita punya kita habis habiskan untuk bersilang pendapat diantara kita sendiri. Kerelaan untuk menomorsekiankan (bukan nomor satu) kepentingan sendiri menuju kesanggupan kita untuk saling berbagi ilmu dan semangat energi akan lebih bermanfaat nyata bagi kita sendiri (THL TBPP)dan petani menyangkut peran(penyuluh) yang kita jalankan. Maka kalau ada yang harus sungguh sungguh kita perjuangkan dan kerjakan adalah TEKNOLOGI KEBERSAMAAN itu sendiri. Kata “kebersamaan” betapa sangat mudah di ucapkan, di ungkapkan dan di paparkan. Kata “kebersamaan” banyak pula yang sudah mempraktekkan untuk satu dua hal berdasarkan semangat kepentingan kepentingan.Maka kebersamaan sejati juga merupakan sesuatu yang harus di “ilmui” sebagaimana teknologi teknologi yang lain, tidak sekedar baik tapi harus benar. Tidak cukup hanya baik dan benar tetapi harus indah. Bahkan kebersamaan yang baik, benar dan indah hanyalah kalimat dan ungkapan kosong kecuali dia nyata. Silakan kawan kawan menafsirkan seperti apa, paling tidak kebersamaan di antara THL TBPP se Indonesia harus segera di rebut dari awang-awang untuk kita pijakkan di bumi kenyataan. Kebersamaan yang hendak kita jalankan bukanlah kebersamaan berlandaskan kepentingan tapi berlandaskan cinta untuk kemaslahatan semua.
Temu Teknologi Nasional THL TBPP itu semoga menjadi tonggak berseminya tunas tunas baru sesudah kawan kawan menguasai dan menjalankan teknologi kebersamaan itu.
Ada 25 000 THL TBPP se Indonesia yang menyimpan energi energi itu, bahkan srikandi srikandi THL TBPP telah menawarkan jejaring net working yang apabila hal itu di jalankan secara nyata akan lebih bermanfaat nyata bagi kita, dan pastinya akan ada sangat banyak penguasaan teknologi toknologi lain yang di kuasai kawan kawan THL TBPP se Indonesia dari yang paling sederhana tentang “tlethong sapi” hingga teknologi “agroindustri”umpamanya.
Sekelebatan mimpi, semoga suatu saat entah kapan terwujud, pula PT THL TBPP Indonesia Tbk,dengan 25000 THL TBPP sebagai pemegang saham yang membangun 33 unit produksi di 33 propinsi, bangkit dan bekerja bersama dengan petani membangun kedaulatan pertanian.
PT. THL TBPP Indonesia Tbk…… Sebuah Perusahaan Agroindustri yang mengurusi Martabat dan Daulat Petani Indonesia.( AA/TNG)
Info Petani -
PENGUMUMAN
Forum Komunikasi THL TBPP propinsi Jawa Tengah ( FK THL TBPP JATENG) mendapat kehormatan dari Forum Komunikasi THL TBPP Nasional dipercaya sebagai Tuan rumah TEMU TEKNOLOGI NASIONAL (TTN) ke-1. TTN merupakan kegiatan pertukaran teknologi tepat guna spesifik lokasi hasil karya THL-TBPP se-Indonesia yang merupakan kaji terap dan pengembangan hasil penelitian, rekayasa teknologi, maupun hasil pengalaman dilapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan presentasi, diskusi dan pameran teknologi pertanian.
Dalam rangka mensukseskan TTN ke-1 dan mempromosikan Paket Teknologi Andalan dari propinsi Jawa Tengah, FK THL TBPP Jawa Tengah mengharapkan dengan hormat kepada setiap FK THL TBPP seluruh kabupaten di Jawa Tengah untuk segera mengirimkan ABSTRAKSI PAKET TEKNOLOGI ke FK THL TBPP Jateng yang nantinya akan diseleksi sebagai Wakil FK THL TBPP Jateng dalam ajang TTN ke-1. Abstraksi Paket Teknologi dapat dikirimkan ke dihanindra@yahoo.com dan atau ke admin.thl4all@gmail.com paling lambat diterima tanggal 25 September 2009. Atas perhatian dan dukungannya Kami ucapkan terima kasih
Ketua
FK THL TBPP Jawa tengah
ttd
M. NURUL FUAD, SP
Info Petani -
I. PENDAHULUAN
Pertemuan Special Senior Officials’ Meeting of the 30th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (Special SOM-30th AMAF) telah diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Vietnam, 11-13 Agustus 2009. Pertemuan dipimpin oleh Dr. Le Van Minh, Director-General of International Cooperation Department, Ministry of Agriculture and Rural Development of Vietnam dan dihadiri oleh seluruh negara anggota ASEAN, wakil dari Asian Development Bank (ADB) serta Sekretariat ASEAN. Delegasi RI dipimpin oleh Dr. Tachrir Fathoni, Kepala Badan Litbang Kehutanan dengan anggota delri yang terdiri dari unsur-unsur Deptan, Dephut, DKP dan Deplu.
II. JALANNYA DAN HASIL-HASIL PERTEMUAN
Roadmap of ASEAN Community
Pertemuan menggarisbawahi usulan dari ASEAN Task Force on Codex (ATCF) dan ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL) bahwa pengembangan Good Animal Husbandry Practices dan ASEAN Good Hygiene Practices sebagaimana tercantum dalam AEC Blueprint, tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dikoordinasikan dengan badan sektoral lainnya yang terkait, termasuk ASEAN Expert Group on Food Safety (AEGFS).
ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework and Strategic Plan of Action on Food Security (SPA-FS)
Sekretariat ASEAN menyampaikan perkembangan mengenai implementasi AIFS Framework and SPA. Sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan sejauh ini, antara lain: pembuatan video ASEAN and World Food Security, penyelenggaraan 2009 Roundtable Conference on East Asia Food Security Cooperation Strategy, 21-22 April 2009 di Beijing, serta ASEAN-FAO Regional Conference on Food Security, 27-28 Mei 2009 di Bangkok.
Dalam kesempatan ini, perwakilan ADB, Mr. Katsuji Matsunami, menyampaikan presentasi proposal berjudul ADB Support for ASEAN Integrated Food Security. Proposal ini memiliki 3 (tiga) fokus, yaitu mendukung pengembangan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR), mengembangkan pasar beras internasional yang stabil serta memperkuat sistem informasi ketahanan pangan.
Pertemuan pada prinsipnya dapat menyetujui proposal ADB tersebut, namun meminta agar dalam tahap finalisasinya juga dikaitkan dengan inisiatif yang telah ada sebelumnya, yaitu: East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR) dan ASEAN Food Security Information System (AFSIS). Selain itu, mengingat beras merupakan komoditas yang sensitif secara politis, maka ADB diminta untuk dapat menyampaikan beberapa alternatif opsi dukungan pengembangan ketahanan pangan agar SOM-AMAF dapat memutuskan opsi mana yang paling dapat diterima oleh seluruh negara ASEAN pada pertemuan Prep-SOM – 31st AMAF mendatang di bulan Oktober 2009.
Progress of Country Initiatives for Programmes or Projects on Food, Agriculture and Forestry By ASEAN Member States
Indonesia telah menyampaikan agar 2 (dua) inisiatif proposal yang diajukan Indonesia, yaitu: Indonesia’s Initiative on the ASEAN Networking for Agriculture Vulnerability to Climate Change (agenda item 4.1) dan Indonesia’s Initiative on ASEAN Strategy in Addressing the Impact of Climate Change on Agriculture, Fisheries and Forestry (agenda item 4.2) digabungkan menjadi satu inisiatif baru yang terfokus pada strategi adaptasi pertanian dan pengembangan sumber daya terbarukan.
Pertemuan juga menerima laporan perkembangan dari beberapa inisiatif lainnya, yaitu: i) Malaysia’s Initiative on the Establishment of a Network for Pesticide Regulatory Database dan APHCN, ii) Philippines Initiative on ASEAN IPM Network, iii) Singapore Initiative on ASEAN GMF Testing Network dan AARNET, serta iv) Thailand’s Initiative on ASEAN Food Safety Network, ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed, dan Collaboration of ASEAN R&D in Sericulture.
Consideration of the Report of the 16th Meeting of the Joint Committee (JC) on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme, 14-16 July 2009, Siem Reap, Cambodia
Pertemuan menyepakati draft MoU on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme (lampiran 1) setelah membahas beberapa perubahan. Pertama, Indonesia telah mengusulkan agar judul MoU perlu ditambahkan kata ‘fishery’, namun judul MoU yang disepakati tidak memasukkan fishery, dengan pertimbangan bahwa ‘agriculture’ sudah mencakup livestock dan fishery. Selanjutnya, Malaysia menarik kembali usulan untuk menambahkan istilah ‘secrecy’ dalam chapter IX karena dianggap cukup menggunakan ‘confidentiality’. Selain itu, pertemuan juga menyetujui rekomendasi pertemuan ASOF ke-12 untuk menghapuskan National Focal Point on Promotion of Forest Product agar tidak terjadi duplikasi, memperhatikan bahwa dalam kerangka ASOF telah dibentuk ASEAN Experts Group on Forest Product Development yang memiliki tujuan, agenda dan program kerja yang sama.
Selain itu, disepakati pula bahwa draft MOU on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme, komoditi forest products akan ditangani oleh ASEAN Forest Products Industry Club (AFPIC). Indonesia mengusulkan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK), Dephut sebagai national coordinator dan focal point untuk Forest Products. Selanjutnya, ASEAN NFPWG on Forest Products ditangani oleh AFPIC-Malaysia.
Cooperation in Food
Thailand selaku tuan rumah pertemuan ke-29 ASEAN Food Security Reserve Board (AFSRB) menginformasikan bahwa penyelenggaraannya akan dilaksanakan pada akhir tahun 2009. Sehubungan dengan hal ini, pertemuan mengimbau Thailand agar jadwal dan tempat penyelenggaraan pertemuan ke-29 ASFRB dapat disampaikan kepada seluruh negara anggota pada kesempatan pertama.
Pertemuan juga menerima laporan dan rekomendasi Brunei Darussalam (Chairman AWG on Halal Food) dan Lao PDR (Chairman ATF on Codex).
Consideration of the Report of the 16th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Crops (ASWGC), 20-22 May 2009, Manila, Philippines
Pertemuan dapat menerima laporan Philippina selaku Chairman ASWGC dan sepakat untuk merekomendasikan beberapa dokumen untuk disahkan dalam AMAF mendatang, yaitu :
List of 7 ASEAN MRLs for 5 pesticides: carbendazim (grapes and oranges), chlorpyrifos (longans and litchi), phosalone (durian), ethion (pummelo) and deltamethrin (chilli pepper)
ASEAN Standards for Young Coconut, Banana, Garlic and Shallot
The establishment of Expert Working Group on ASEAN GAP (EWG-ASEAN GAP)
Consideration of the Report of the 17th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL), 6-8 May 2009, Yogyakarta, Indonesia
Indonesia melaporkan hasil-hasil dari pertemuan tersebut, antara lain kemajuan proyek-proyek kerjasama seperti Regularization of Products and Utilization of Animal Vaccines, Promotion of International Trade in Livestock and Livestock Products, serta Strengthening of Animal Disease Control Programme among ASEAN Member States. Pertemuan menerima laporan Indonesia selaku Chairman ASWGL. Selanjutnya pertemuan sepakat untuk merekomendasikan dua dokumen untuk disahkan pada AMAF mendatang, yaitu :
Accreditation of the Veterinary Biologics Assay Division (VBAD) Pakchong, Thailand
ASEAN Criteria for Accreditation of Milk Processing Establishment (setelah dilakukan revisi terlebih dahulu oleh Malaysia).
Cooperation in Fisheries
Consideration of the 17th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGFi), 3-5 Juni 2009, Quang Nam, Vietnam
Menanggapi diberlakukannya EC Regulation No 1005/2008 to prevent, deter and eliminate illegal, unreported and uregulated (IUU) Fishing, yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2010, telah disusun ASEAN Common Position on EC Regulation on IUU Fishing Catch Certification Scheme (lampiran 2) yang meminta penerapan EC Regulation tersebut diterapkan berdasarkan phase-based approach dan ditunda masa berlakunya.
Indonesia menyampaikan posisi untuk tidak mendukung ASEAN Common Position dimaksud, sebaliknya mendukung sepenuhnya EC Regulation untuk tetap diberlakukan 1 Januari 2010. Selain itu, Kamboja juga menyatakan bahwa sektor perikanannya belum siap untuk menerapkan kebijakan EC tersebut sehingga tidak mendukung ASEAN Common Position. Di sisi lain, delapan Negara ASEAN lainnya menyatakan setuju dengan ASEAN common position tersebut, terutama mengenai phase-based approach.
Memperhatikan adanya tiga kepentingan yang berbeda, Sekretariat ASEAN menawarkan dua opsi yang perlu dipertimbangkan yaitu tetap mengadopsi ASEAN Common Position dengan skema ASEAN minus Indonesia dan Kamboja atau pendekatan bilateral masing-masing negara ASEAN dengan pihak Uni Eropa. Hal ini belum mencapai konsensus dan akan ditindaklanjuti Sekretariat ASEAN dengan focal point perikanan Negara-negara ASEAN.
Cooperation in Forestry
Pertemuan dapat menerima laporan Myanmar terhadap hasil 12th Meeting of the ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF), 25-27 Juni 2009 di Nay Pyi Taw, Myanmar dan mengusulkan agar 2 (dua) dokumen penting, yaitu: ASEAN Criteria and Indicators for Legality of Timber dan ASEAN Guidelines on Phased Approach to Forest Certification dapat disetujui oleh AMAF.
Indonesia menyampaikan bahwa ASEAN Position Paper on REDD Plus sedang dalam penyelesaian di bawah koordinasi Indonesia (ARRN-FCC) dan mengusulkan agar menjadi bahan untuk dibahas dalam pertemuan 31st AMAF mendatang.
ASEAN Plus Three Cooperation in Food Agriculture and Forestry Sector
Thailand selaku Lead Country untuk East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR) Pilot Project dan ASEAN Food Security Information System (AFSIS) menyampaikan laporannya. Terkait EAERR, dilaporkan bahwa pada 11th Project Steering Committee (PSC) yang berlangsung pada 10-11 Februari 2009 di Siem Reap, Kamboja telah diusulkan untuk mengembangkan EAERR menjadi ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) dan mengkaitkannya dengan ASEAN Integrated Food Security Policy Framework and its Strategic Action Plan of Action sebagai salah satu pilar dalam kerangka implementasinya. Hingga saat ini, draft APTERR Agreement hampir dapat disepakati, kecuali terkait pasal mengenai origin of rice, dikarenakan Thailand, Jepang dan Korsel masih memiliki keberatan.
Sementara itu, terkait dengan AFSIS, disampaikan bahwa the 1st Phase Project telah berakhir pada tahun 2007. Selanjutnya, pertemuan AMAF+3 telah menyetujui implemetasi 2nd Phase Project untuk periode 2008-2012. Elemen-elemen tambahan dari 2nd Phase ini ialah Early Warning Information, Agricultural Commodity Outlook dan Mutual Technical Cooperation.
Cooperation in Food, Agriculture and Forestry with Dialogue Partners, International Organizations and, Other Third Parties
ASEAN-India
Mengingat Indonesia telah menarik proposal Indonesia’s Initiative on ASEAN Networking for Agriculture Vulnerability to Climate Change yang sebelumnya akan dibiayai oleh ASEAN-India Fund serta menggantinya dengan proposal baru, maka perubahan ini akan disampaikan terlebih dahulu oleh Sekretariat ASEAN kepada pihak India.
ASEAN-Korea
Indonesia menyampaikan bahwa ASEAN Sekretariat telah mengirimkan surat undangan untuk Pertemuan ke-1 Ad-Hoc Working Group on the establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO). Pertemuan ini akan diselenggarakan pada 24-26 Agustus 2009 di Jakarta.
Other Matters
Terkait dengan usulan untuk pengembangan dan implementasi ASEAN Multi-Sectoral Framework on Climate Change and Food Security (AFCC-FS), delegasi Kamboja mempertanyakan judul yang menggunakan istilah ‘food security’, mengingat pada pertemuan AMAF, disepakati untuk mengkaji dampak perubahan iklim terhadap ‘agriculture’, bukan hanya ketahanan pangan. Kamboja juga menilai bahwa istilah ‘multi-sectoral’ tidak perlu dicantumkan dalam judul. Sekretariat ASEAN menanggapi bahwa usulan Kamboja akan dibahas dalam workshop mendatang. Selain itu, Indonesia telah mengusulkan agar ASEAN memiliki common position dalam pertemuan COP-15 yang akan datang di Copenhagen, Denmark.
Terkait Strategic Plan of Action (SPA) for the ASEAN Cooperation in Food, Agriculture and Forestry (2005-2010), sejumlah action lines-nya saat ini telah tercakup dalam AEC Blueprint serta ASCC Blueprint. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan untuk mengkonsolidasikan isi dari masing-masing dokumen tersebut.
Rangkaian pertemuan Thirty-First Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (31st AMAF) dan the 9th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry Plus Three (9th AMAF Plus Three) akan diselenggarakan pada 31 Oktober-5 November 2009, di Jerudong, Brunei Darussalam.
III. PENGAMATAN
Sesuai dengan harapan negara-negara anggota ASEAN, Indonesia diminta menjadi prime mover dalam rangka antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Untuk itu, pada pertemuan-pertemuan berikutnya, Indonesia harus siap memimpin dalam aktivitas ASEAN tersebut, termasuk mencari peluang pendanaannya bersama-sama dengan Sekretariat ASEAN.
Agar Indonesia turut memikirkan sikap bersama yang diambil ASEAN terhadap EC Regulation on IUU Fishing tanpa mengorbankan kepentingan Indonesia yang mendukung penerapan EC Regulation tersebut mulai tanggal 1 Januari 2010.
Pertemuan Special Senior Officials’ Meeting of the 30th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (Special SOM-30th AMAF) telah diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Vietnam, 11-13 Agustus 2009. Pertemuan dipimpin oleh Dr. Le Van Minh, Director-General of International Cooperation Department, Ministry of Agriculture and Rural Development of Vietnam dan dihadiri oleh seluruh negara anggota ASEAN, wakil dari Asian Development Bank (ADB) serta Sekretariat ASEAN. Delegasi RI dipimpin oleh Dr. Tachrir Fathoni, Kepala Badan Litbang Kehutanan dengan anggota delri yang terdiri dari unsur-unsur Deptan, Dephut, DKP dan Deplu.
II. JALANNYA DAN HASIL-HASIL PERTEMUAN
Roadmap of ASEAN Community
Pertemuan menggarisbawahi usulan dari ASEAN Task Force on Codex (ATCF) dan ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL) bahwa pengembangan Good Animal Husbandry Practices dan ASEAN Good Hygiene Practices sebagaimana tercantum dalam AEC Blueprint, tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dikoordinasikan dengan badan sektoral lainnya yang terkait, termasuk ASEAN Expert Group on Food Safety (AEGFS).
ASEAN Integrated Food Security (AIFS) Framework and Strategic Plan of Action on Food Security (SPA-FS)
Sekretariat ASEAN menyampaikan perkembangan mengenai implementasi AIFS Framework and SPA. Sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan sejauh ini, antara lain: pembuatan video ASEAN and World Food Security, penyelenggaraan 2009 Roundtable Conference on East Asia Food Security Cooperation Strategy, 21-22 April 2009 di Beijing, serta ASEAN-FAO Regional Conference on Food Security, 27-28 Mei 2009 di Bangkok.
Dalam kesempatan ini, perwakilan ADB, Mr. Katsuji Matsunami, menyampaikan presentasi proposal berjudul ADB Support for ASEAN Integrated Food Security. Proposal ini memiliki 3 (tiga) fokus, yaitu mendukung pengembangan ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR), mengembangkan pasar beras internasional yang stabil serta memperkuat sistem informasi ketahanan pangan.
Pertemuan pada prinsipnya dapat menyetujui proposal ADB tersebut, namun meminta agar dalam tahap finalisasinya juga dikaitkan dengan inisiatif yang telah ada sebelumnya, yaitu: East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR) dan ASEAN Food Security Information System (AFSIS). Selain itu, mengingat beras merupakan komoditas yang sensitif secara politis, maka ADB diminta untuk dapat menyampaikan beberapa alternatif opsi dukungan pengembangan ketahanan pangan agar SOM-AMAF dapat memutuskan opsi mana yang paling dapat diterima oleh seluruh negara ASEAN pada pertemuan Prep-SOM – 31st AMAF mendatang di bulan Oktober 2009.
Progress of Country Initiatives for Programmes or Projects on Food, Agriculture and Forestry By ASEAN Member States
Indonesia telah menyampaikan agar 2 (dua) inisiatif proposal yang diajukan Indonesia, yaitu: Indonesia’s Initiative on the ASEAN Networking for Agriculture Vulnerability to Climate Change (agenda item 4.1) dan Indonesia’s Initiative on ASEAN Strategy in Addressing the Impact of Climate Change on Agriculture, Fisheries and Forestry (agenda item 4.2) digabungkan menjadi satu inisiatif baru yang terfokus pada strategi adaptasi pertanian dan pengembangan sumber daya terbarukan.
Pertemuan juga menerima laporan perkembangan dari beberapa inisiatif lainnya, yaitu: i) Malaysia’s Initiative on the Establishment of a Network for Pesticide Regulatory Database dan APHCN, ii) Philippines Initiative on ASEAN IPM Network, iii) Singapore Initiative on ASEAN GMF Testing Network dan AARNET, serta iv) Thailand’s Initiative on ASEAN Food Safety Network, ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed, dan Collaboration of ASEAN R&D in Sericulture.
Consideration of the Report of the 16th Meeting of the Joint Committee (JC) on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme, 14-16 July 2009, Siem Reap, Cambodia
Pertemuan menyepakati draft MoU on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme (lampiran 1) setelah membahas beberapa perubahan. Pertama, Indonesia telah mengusulkan agar judul MoU perlu ditambahkan kata ‘fishery’, namun judul MoU yang disepakati tidak memasukkan fishery, dengan pertimbangan bahwa ‘agriculture’ sudah mencakup livestock dan fishery. Selanjutnya, Malaysia menarik kembali usulan untuk menambahkan istilah ‘secrecy’ dalam chapter IX karena dianggap cukup menggunakan ‘confidentiality’. Selain itu, pertemuan juga menyetujui rekomendasi pertemuan ASOF ke-12 untuk menghapuskan National Focal Point on Promotion of Forest Product agar tidak terjadi duplikasi, memperhatikan bahwa dalam kerangka ASOF telah dibentuk ASEAN Experts Group on Forest Product Development yang memiliki tujuan, agenda dan program kerja yang sama.
Selain itu, disepakati pula bahwa draft MOU on ASEAN Cooperation in Agriculture and Forest Products Promotion Scheme, komoditi forest products akan ditangani oleh ASEAN Forest Products Industry Club (AFPIC). Indonesia mengusulkan Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan (BPK), Dephut sebagai national coordinator dan focal point untuk Forest Products. Selanjutnya, ASEAN NFPWG on Forest Products ditangani oleh AFPIC-Malaysia.
Cooperation in Food
Thailand selaku tuan rumah pertemuan ke-29 ASEAN Food Security Reserve Board (AFSRB) menginformasikan bahwa penyelenggaraannya akan dilaksanakan pada akhir tahun 2009. Sehubungan dengan hal ini, pertemuan mengimbau Thailand agar jadwal dan tempat penyelenggaraan pertemuan ke-29 ASFRB dapat disampaikan kepada seluruh negara anggota pada kesempatan pertama.
Pertemuan juga menerima laporan dan rekomendasi Brunei Darussalam (Chairman AWG on Halal Food) dan Lao PDR (Chairman ATF on Codex).
Consideration of the Report of the 16th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Crops (ASWGC), 20-22 May 2009, Manila, Philippines
Pertemuan dapat menerima laporan Philippina selaku Chairman ASWGC dan sepakat untuk merekomendasikan beberapa dokumen untuk disahkan dalam AMAF mendatang, yaitu :
List of 7 ASEAN MRLs for 5 pesticides: carbendazim (grapes and oranges), chlorpyrifos (longans and litchi), phosalone (durian), ethion (pummelo) and deltamethrin (chilli pepper)
ASEAN Standards for Young Coconut, Banana, Garlic and Shallot
The establishment of Expert Working Group on ASEAN GAP (EWG-ASEAN GAP)
Consideration of the Report of the 17th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL), 6-8 May 2009, Yogyakarta, Indonesia
Indonesia melaporkan hasil-hasil dari pertemuan tersebut, antara lain kemajuan proyek-proyek kerjasama seperti Regularization of Products and Utilization of Animal Vaccines, Promotion of International Trade in Livestock and Livestock Products, serta Strengthening of Animal Disease Control Programme among ASEAN Member States. Pertemuan menerima laporan Indonesia selaku Chairman ASWGL. Selanjutnya pertemuan sepakat untuk merekomendasikan dua dokumen untuk disahkan pada AMAF mendatang, yaitu :
Accreditation of the Veterinary Biologics Assay Division (VBAD) Pakchong, Thailand
ASEAN Criteria for Accreditation of Milk Processing Establishment (setelah dilakukan revisi terlebih dahulu oleh Malaysia).
Cooperation in Fisheries
Consideration of the 17th Meeting of the ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries (ASWGFi), 3-5 Juni 2009, Quang Nam, Vietnam
Menanggapi diberlakukannya EC Regulation No 1005/2008 to prevent, deter and eliminate illegal, unreported and uregulated (IUU) Fishing, yang akan diberlakukan pada 1 Januari 2010, telah disusun ASEAN Common Position on EC Regulation on IUU Fishing Catch Certification Scheme (lampiran 2) yang meminta penerapan EC Regulation tersebut diterapkan berdasarkan phase-based approach dan ditunda masa berlakunya.
Indonesia menyampaikan posisi untuk tidak mendukung ASEAN Common Position dimaksud, sebaliknya mendukung sepenuhnya EC Regulation untuk tetap diberlakukan 1 Januari 2010. Selain itu, Kamboja juga menyatakan bahwa sektor perikanannya belum siap untuk menerapkan kebijakan EC tersebut sehingga tidak mendukung ASEAN Common Position. Di sisi lain, delapan Negara ASEAN lainnya menyatakan setuju dengan ASEAN common position tersebut, terutama mengenai phase-based approach.
Memperhatikan adanya tiga kepentingan yang berbeda, Sekretariat ASEAN menawarkan dua opsi yang perlu dipertimbangkan yaitu tetap mengadopsi ASEAN Common Position dengan skema ASEAN minus Indonesia dan Kamboja atau pendekatan bilateral masing-masing negara ASEAN dengan pihak Uni Eropa. Hal ini belum mencapai konsensus dan akan ditindaklanjuti Sekretariat ASEAN dengan focal point perikanan Negara-negara ASEAN.
Cooperation in Forestry
Pertemuan dapat menerima laporan Myanmar terhadap hasil 12th Meeting of the ASEAN Senior Officials on Forestry (ASOF), 25-27 Juni 2009 di Nay Pyi Taw, Myanmar dan mengusulkan agar 2 (dua) dokumen penting, yaitu: ASEAN Criteria and Indicators for Legality of Timber dan ASEAN Guidelines on Phased Approach to Forest Certification dapat disetujui oleh AMAF.
Indonesia menyampaikan bahwa ASEAN Position Paper on REDD Plus sedang dalam penyelesaian di bawah koordinasi Indonesia (ARRN-FCC) dan mengusulkan agar menjadi bahan untuk dibahas dalam pertemuan 31st AMAF mendatang.
ASEAN Plus Three Cooperation in Food Agriculture and Forestry Sector
Thailand selaku Lead Country untuk East Asia Emergency Rice Reserve (EAERR) Pilot Project dan ASEAN Food Security Information System (AFSIS) menyampaikan laporannya. Terkait EAERR, dilaporkan bahwa pada 11th Project Steering Committee (PSC) yang berlangsung pada 10-11 Februari 2009 di Siem Reap, Kamboja telah diusulkan untuk mengembangkan EAERR menjadi ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserve (APTERR) dan mengkaitkannya dengan ASEAN Integrated Food Security Policy Framework and its Strategic Action Plan of Action sebagai salah satu pilar dalam kerangka implementasinya. Hingga saat ini, draft APTERR Agreement hampir dapat disepakati, kecuali terkait pasal mengenai origin of rice, dikarenakan Thailand, Jepang dan Korsel masih memiliki keberatan.
Sementara itu, terkait dengan AFSIS, disampaikan bahwa the 1st Phase Project telah berakhir pada tahun 2007. Selanjutnya, pertemuan AMAF+3 telah menyetujui implemetasi 2nd Phase Project untuk periode 2008-2012. Elemen-elemen tambahan dari 2nd Phase ini ialah Early Warning Information, Agricultural Commodity Outlook dan Mutual Technical Cooperation.
Cooperation in Food, Agriculture and Forestry with Dialogue Partners, International Organizations and, Other Third Parties
ASEAN-India
Mengingat Indonesia telah menarik proposal Indonesia’s Initiative on ASEAN Networking for Agriculture Vulnerability to Climate Change yang sebelumnya akan dibiayai oleh ASEAN-India Fund serta menggantinya dengan proposal baru, maka perubahan ini akan disampaikan terlebih dahulu oleh Sekretariat ASEAN kepada pihak India.
ASEAN-Korea
Indonesia menyampaikan bahwa ASEAN Sekretariat telah mengirimkan surat undangan untuk Pertemuan ke-1 Ad-Hoc Working Group on the establishment of Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO). Pertemuan ini akan diselenggarakan pada 24-26 Agustus 2009 di Jakarta.
Other Matters
Terkait dengan usulan untuk pengembangan dan implementasi ASEAN Multi-Sectoral Framework on Climate Change and Food Security (AFCC-FS), delegasi Kamboja mempertanyakan judul yang menggunakan istilah ‘food security’, mengingat pada pertemuan AMAF, disepakati untuk mengkaji dampak perubahan iklim terhadap ‘agriculture’, bukan hanya ketahanan pangan. Kamboja juga menilai bahwa istilah ‘multi-sectoral’ tidak perlu dicantumkan dalam judul. Sekretariat ASEAN menanggapi bahwa usulan Kamboja akan dibahas dalam workshop mendatang. Selain itu, Indonesia telah mengusulkan agar ASEAN memiliki common position dalam pertemuan COP-15 yang akan datang di Copenhagen, Denmark.
Terkait Strategic Plan of Action (SPA) for the ASEAN Cooperation in Food, Agriculture and Forestry (2005-2010), sejumlah action lines-nya saat ini telah tercakup dalam AEC Blueprint serta ASCC Blueprint. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan untuk mengkonsolidasikan isi dari masing-masing dokumen tersebut.
Rangkaian pertemuan Thirty-First Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (31st AMAF) dan the 9th Meeting of the ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry Plus Three (9th AMAF Plus Three) akan diselenggarakan pada 31 Oktober-5 November 2009, di Jerudong, Brunei Darussalam.
III. PENGAMATAN
Sesuai dengan harapan negara-negara anggota ASEAN, Indonesia diminta menjadi prime mover dalam rangka antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Untuk itu, pada pertemuan-pertemuan berikutnya, Indonesia harus siap memimpin dalam aktivitas ASEAN tersebut, termasuk mencari peluang pendanaannya bersama-sama dengan Sekretariat ASEAN.
Agar Indonesia turut memikirkan sikap bersama yang diambil ASEAN terhadap EC Regulation on IUU Fishing tanpa mengorbankan kepentingan Indonesia yang mendukung penerapan EC Regulation tersebut mulai tanggal 1 Januari 2010.
Info Petani -
Bagi sebagian besar petani di Indonesia tentu sering mengalami tanaman padinya diserang oleh keong mas. Hama yang telah lama menjadi musuh bebuyutan selain tikus bagi para petani di Indonesia. Keong mas sangat menyukai areal sawah yang drainasenya buruk sehingga umumnya keong mas banyak ditemui di sawah-sawah yang sering tergenang. Karakteristik keong mas yang menyukai tanaman muda padi sering mengakibatkan petani melakukan tanam ulang karena serangan keong mas yang begitu dasyat.
Berbagai macam cara telah dilakukan para petani untuk membasmi keong mas. Baik secara kimiawi (menggunakan Pestisida) maupun mekanik (keong diambil dengan tangan). Pembasmian keong mas baik secara kimiawi maupun mekanik memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jika menggunakan Pestisida, keong di suatu petak sawah dapat cepat mati namun biasanya untuk penyemprotan dengan hasil yang maksimal dibutuhkan kondisi sawah tidak tergenang air terlalu tinggi namun hal ini susah dilakukan pada kondisi drainase sawah yang buruk. “Rumah ”(Cangkang) keong yang telah mati dan tertinggal disawah akan membahayakan petani saat tanam padi di musim berikutnya. Selain itu harga pestisida yang mahal akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi petani.
Sedang cara mekanik dengan membuang telur-telur keong mas kedalam air agar tidak menetas dan mengambil keong mas-keong mas di tempat persembunyian akan menghemat biaya serta hasil hama yang terkumpul bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak. Namun letak keong mas yang tersebar diareal sawah akan membutuhkan waktu yang relative lama untuk mengambil semua keong mas yang ada. Namun hal ini bisa diatasi seperti apa yang telah dilakukan oleh Petani di Nusawungu (Cilacap), ide ini muncul ketika bapak Margono seorang Petani dan juga Penyuluh di kecamatan Nusawungu tanaman padinya terserang hama keong mas. Beliau pada sore hari meletakkan daun pepaya/daun talas di beberapa titik di petak-petak sawahnya untuk memancing agar keong mas berkumpul dan ternyata itu berhasil, keesokan harinya keong mas berkumpul dibawah daun pepaya sehingga tinggal diambil dan dibuat pakan untuk bebek-bebek yang diternaknya. Dengan idenya tersebut, beliau bisa menghemat waktu dalam mengambil keong mas yang telah berkumpul dibawah daun pepaya tersebut disamping itu beliau juga bisa menghemat biaya dalam budidaya bebeknya.
Tidak selamanya ide kreatif membutuhkan modal yang besar, sebuah ide kreatif sederhana bisa muncul dari pikiran setiap orang baik itu petani maupun PPL. Jika kawan-kawan memiliki ide kreatif apapun yang sekiranya dapat memberikan solusi untuk peningkatan pertanian kita, kawan-kawan bisa mengirimkannya ke e-mail kami di: admin.thl4all@gmail.com
Info Petani -
Pada tanggal 28-30 Agustus 2009 admin mencoba melakukan mini survey melalui Facebook THL TBPP dengan sebuah pertanyaan: “ Selain menjadi THL, apa pekerjaan sampingan kawan-kawan?”. Dari jawaban yang masuk dapat diketahui bahwa ada yang hanya bergantung dari honor menjadi THL, ada yang sambil menyelesaikan kuliahnya, bisnis pupuk organic, kios perlengkapan rumah tangga, jadi guru privat, jualan pulsa, buka konveksi sampai ada yang ikut menanam saham. Ya apapun sampingan yang coba kita rintis selama tidak mengganggu pekerjaan utama kita saat ini yaitu THL TBPP adalah sah-sah saja.
Sebagai THL TBPP apalagi yang sudah berkeluarga tentu harus lebih jeli menangkap peluang demi menambah “uang saku” kita. Tentunya apapun bisnis sampingan yang kita pilih kita berharap itu bisa berkelanjutan tidak putus di tengah jalan. Analisa Pasar merupakan salah satu factor penting dalam berbisnis. Ada pepatah yang yang mengatakan “ Kita mungkin bisa menanamnya, namun belum tentu bisa menjualnya”. Mencoba mengestimasi berapa besar pasar yang akan kita miliki dan bagaimana membangun sebuah jejaring bisnis mungkin sebuah alternative untuk menjaga kelangsungan bisnis yang kita jalankan. Hal inilah yang coba dilakukan oleh kawan-kawan kita THL TBPP Kesugihan (Cilacap). Leni, Ridha, Candra, Dwi, Evi dan Winda yang mencoba berbisnis Jamur Tiram Putih dan beras organic.
Log-log Jamur Tiram yang mereka miliki bervariasi mulai 300 sampai 500-an log (polibag) yang kesemuanya didatangkan dari kecamatan Nusawungu (Cilacap). Sedangkan beras organic mereka datangkan dari kecamatan Binangun (Cilacap). Walaupun mereka satu Balai Penyuluhan namun domisili mereka yang menyebar menyebabkan hampir tidak ada persaingan bisnis diantaranya. Baik Leni, Ridha atau yang lain telah memiliki pasar sendiri-sendiri. Bahkan ketika salah satu dari mereka ada yang kekurangan barang dan pasar sedang tinggi, kawan-kawan lainnya akan memasok barang kepadanya, inilah jejaring mini yang coba mereka kembangkan yang menyebabkan bisnis sampingan mereka terus bertahan dan bahkan berkembang.
Log-log Jamur Tiram yang mereka miliki bervariasi mulai 300 sampai 500-an log (polibag) yang kesemuanya didatangkan dari kecamatan Nusawungu (Cilacap). Sedangkan beras organic mereka datangkan dari kecamatan Binangun (Cilacap). Walaupun mereka satu Balai Penyuluhan namun domisili mereka yang menyebar menyebabkan hampir tidak ada persaingan bisnis diantaranya. Baik Leni, Ridha atau yang lain telah memiliki pasar sendiri-sendiri. Bahkan ketika salah satu dari mereka ada yang kekurangan barang dan pasar sedang tinggi, kawan-kawan lainnya akan memasok barang kepadanya, inilah jejaring mini yang coba mereka kembangkan yang menyebabkan bisnis sampingan mereka terus bertahan dan bahkan berkembang.
Info Petani -
Langganan:
Postingan (Atom)