Info Petani -
Info Petani -
Bahasa Kerinci termasuk salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang dituturkan dengan dialek Kerinci. Bagi masyarakat Sumatera bagian tengah, Bahasa Kerinci tidak begitu asing, namun menjadi agak aneh bagi orang daerah lain di Jambi yang condong ke Melayu Palembang dan Melayu Riau karena pengucapannya yang cenderung cepat.
Ada lebih dari 30 dialek bahasa yang berbeda di tiap-tiap desa di daerah Kerinci. Seperti pengucapan 'Anda', di Desa Lempur (Kec. Gunung Raya) diucapakan dengan 'Kaya' sedangkan di Kec. Sungai Penuh diucapkan dengan 'Kayo'. Perbedaan dialek ini juga ditandai dengan dengan perbedaan budaya yang ada di masing-masing desa di Kerinci. tapi itu tidak menjadikan perbedaan pada penduduknya, Kerinci yang penduduknya terdiri dari berbagai etnis menjadikan itu sebagai satu kesatuan bersama, baik dari Kayu Aro sampai Batang Merangin.
Budaya Kerinci sangat khas. Tari-tariannya adat merupakan campuran Minang dan Kerinci serta Melayu, misalnya Tari Joged Sitinjau Laut. Lagu-lagu Kerinci juga terkenal unik. Pakaian adatnya juga sangat indah. Rumah suku Kerinci disebut "Larik" karena terdiri dari beberapa deretan rumah petak yang bersambung-sambung. Di Jambi, Kerinci adalah satu-satunya wilayah yang menganut adat matrilineal. Secara budaya Kerinci sejak dahulu kala sudah mandiri. Dibidang bahas di Kerinci hampir setiap kampung punya bahas sendiri. Kabupaten Kerinci adalah daerah yang tertutup , berdasarkan catatan sejarah Kerinci baru punya hubungan dengan luar dengan teratur ialah setelah tahun 1905 saat penjajah pertama kali menginjak Kabupaten Kerinci yang awalnya melalui Mukomuko. Sebelumnya Ibukota Kabupaten Kerinci adalah Sanggaran Agung setelah ada analisa gempa secara geologist ibukota dipindahkan ke Sungai Penuh
Nama ‘Kerinci’ berasal dari bahasa Tamil “Kurinci”. Tanah Tamil dapat dibagi menjadi empat kawasan yang dinamakan menurut bunga yang khas untuk masing-masing daerah. Bunga yang khas untuk daerah pegunungan ialah bunga Kurinci (Latin Strobilanthus. Dengan demikian Kurinci juga berarti 'kawasan pegunungan'.
Di zaman dahulu Sumatera dikenal dengan istilah Swarnadwipa atau Swarnabhumi (tanah atau pulau emas). Kala itu Kerinci, Lebong dan Minangkabau menjadi wilayah penghasil emas utama di Indonesia (walaupun kebanyakan sumber emas terdapat di luar Kabupaten Kerinci di daerah Pangkalan Jambu, Kabupaten Merangin). Di daerah Kerinci banyak ditemukan batu-batuan Megalitik dari zaman Perunggu (Bronze Age) dengan pengaruh Budha termasuk keramik Tiongkok. Hal ini menunjukkan wilayah ini telah banyak berhubungan dengan dunia luar.
Awalnya ‘Kerinci’ adalah nama sebuah gunung dan danau (tasik), tetapi kemudian wilayah yang berada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama. Dengan begitu daerahnya disebut sebagai Kerinci (Kinci atau Kince atau “Kincai” dalam bahasa setempat), dan penduduknya pun disebut sebagai orang Kerinci.
Info Petani -
Workshop yang diselenggarakan oleh OIE dan FAO-APCHA bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALITVET) merupakan acara Internasional yang melibatkan 17 negara termasuk Indonesia. Tujuh belas negara peserta tersebut yaitu Indonesia, Bangladesh, Mongolia, Myanmar, Nepal, Bhutan, Cambodia, P.R. China, India, Iran, Laos PDR, Malaysia, Pakistan, Philippines, Sri Lanka, Thailand dan Vietanam.
Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 7 – 10 Maret 2011 dan bertempat di BBALITVET Bogor dibuka oleh Direktur Kesehatan Hewan, Drh. Pudjiatmoko, PhD. Dalam acara tersebut juga dihadiri oleh 11 observer dari Indonesia yaitu 8 orang dari BBVet dan BBPV, 1 orang dari Taman Safari Indonesia, 1 orang dari Badan Karantina dan 1 orang dari Pusvetma. Sebagai narasumber dihadirkan Dr. Ross Lunt dan Dr. Ian Pritchard dari CSIRO-Australian Animal Health Laboratory (AAHL) dan Drh. Indrawati Sendow, MSc. dari BBALITVET.
Adapun tujuan diselenggarakannya workshop tersebut adalah:
1. Memberikan informasi terkini tentang situasi umum Bluetongue yang dititikberatkan pada situasi epidemiologi di wilayah Asia dan Pasifik.
2. Memberikan pengetahuan dalam diagnosa, pengendalian, dan pencegahan penyakit Bluetongue, dan
3. Memberikan praktek langsung di laboratorium dalam mendiagnosa Bluetongue.
Materi yang diberikan berupa materi dalam kelas dan praktek langsung di laboratorium. Materi didalam kelas antara lain memberikan pengetahuan mengenai penyebab dan epidemiologi Bluetongue; strategi surveilans dan pemeriksaan laboratorium di Australia dan Indonesia; tes serologi, isolasi virus dan serotyping; serta deteksi molekuler (Real-Time PCR) dan genotyping. Sedangkan praktek langsung di laboratorium difokuskan pada teknik antibody ELISA, teknik Real-time ELISA, teknik inokulasi telur secara intravena, dan CPE pada kultur jaringan yang diinfeksi dengan virus Bluetongue. Sebelum melakukan praktek, semua peserta mempresentasikan country papers situasi penyakit Bluetongue dan cara pengendaliannya di masing-masing negara.
Berdasarkan hasil diskusi dibuatlah kesimpulan/konfirmasi yang berupa:
- Bluetongue (BT) merupakan penyakit non-contagious, ditularkan melalui vektor (vector-borne), penyakit viral pada ruminansia domestik dan liar termasuk kambing, sapi, kerbau, domba, rusa, dan onta (serta spesies bovine lanilla misal mithun – Bos frontalis dan yaks – Bos gruniens).
- Beratnya penyakit bervariasi di antara spesies ruminansia yang rentan dan jenisnya. Penyakit ini dianggap sebagai salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara penghasil domba. Meskipun domba yang paling parah terkena dampak, sapi dan kerbau merupakan reservoir mamalia utama BTV dan sangat penting dalam epidemiologi penyakit tersebut.
- Bahwa BT umumnya ditemukan di semua benua kecuali Antartika dan telah diamati secara serologis dan / atau virologis di Amerika, Australia, Afrika, Timur Tengah, Asia dan Eropa.Namun, karena keterbatasan data yang dapat dipercaya, maka distribusi secara global penyakit ini masih belum jelas.
- BT diketahui endemis di sebagian besar daerah tropis dan subtropis di mana vektor biologi dan hosts nya tinggal. Penyakit ini telah menyebar ke utara sejak akhir tahun 1998, mungkin karena perubahan iklim yang mungkin mempengaruhi distribusi dari vektor penyakit.
- Program surveilans telah mengkonfirmasi bahwa vektor BTV di Australia seperti Culicoides brevitarsis, C. actoni, C. wadai juga ada di Indonesia. Program menggunakan hewan sentinel dapat memberi kontribusi terhadap studi BTV dan vector-borne viruses lainnya serta memberikan gambaran musiman infeksi BTV.
- Beberapa uji diagnostik laboratorium telah tersedia guna pengujian serologis dan identifikasi BTV. Agar Gel Immuno-diffusion (AGID), c-ELISA dan RT-PCR digunakan sebagai tes untuk perdagangan internasional sebagai standar OIE (OIE codes and manuals).
- competitive enzyme-linked immunosorbent assay (c-ELISA) dapat mendeteksi antibodi terhadap BTV sero-group antigens dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi tanpa mendeteksi adanya cross-reacting antibodies dengan spesies orbiviral lainnya. Assay ini ditetapkan sebagai salah satu tes untuk perdagangan internasional dengan standar OIE.
- BTV yang menginfeksi ruminansia mungkin dapat menghasilkan neutralizing antibodies untuk serotipe BTV selain pada hewan yang terkena, terutama ketika mereka terinfeksi dengan beberapa serotipe.
- Identifikasi BTV secara tradisional memerlukan isolasi dan amplifikasi virus dengan menggunakan telur ayam berembrio, kultur jaringan atau inokulasi pada hewan, dan penerapan subsequent pada tes serogrup- dan serotipe spesifik.
- Reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) tersebut memungkinkan amplifikasi cepat BTV RNA untuk mendeteksi keberadaan BTV dalam sampel klinis dan vektor yang dicurigai. Teknik ini sekarang tersedia dan ditetapkan sebagai salah satu uji untuk perdagangan internasional dengan standar OIE.
- Bahwa real-time PCR memungkinkan bahkan lebih cepat dan uji yang sensitif untuk mendeteksi keberadaan BTV RNA dalam kasus-kasus klinis. Uji tersebut belum divalidasi sesuai standar OIE dan diharapkan menjadi tes untuk perdagangan internasional di masa depan.
- Bahwa pentingnya dan keharusan untuk (i) bertukar informasi mengenai situasi epidemiologi BT, (ii) pembentukan jejaring laboratorium, (iii) mempromosikan dan ikut melaksanakan kolaborasi pada diagnosis dan kontrol penyakit di antara negara-negara yang berpartisipasi, dan (iv) pembentukan program surveilans untuk kajian menyeluruh atas BT.
- Pentingnya untuk melanjutkan pelatihan bagi negara-negara peserta yang terpilih dalam real-time PCR, c-ELISA, isolasi virus, PCR konvensional dan analisis sequence untuk meningkatkan / memperkuat kapasitas diagnostik dan kontrol.
- Penting untuk: (i) mendirikan laboratorium rujukan regional untuk BT di wilayah tersebut untuk memahami dan meningkatkan kemampuan teknis, dan (ii) membentuk jejaring laboratorium BT di wilayah tersebut.
- Bahwa beberapa negara peserta menyatakan perlunya dukungan teknis lebih lanjut untuk memperkuat kemampuan diagnostik BT dan kontrol di tingkat nasional melalui transfer teknologi secara bilateral / multilateral dari laboratorium rujukan OIE.
- AAHL, sebagai salah satu laboratorium rujukan OIE untuk BT, bertanggung jawab untuk membantu dalam pengembangan kemampuan teknis untuk pengujian serta penyediaan referensi reagen dan saran teknis.
Di akhir acara disusun rekomendasi yang ditujukan bagi panitia dan negara –negara peserta, yaitu :
- Negara-negara peserta harus mendapatkan dan mengumpulkan data pasti untuk menggambarkan situasi epidemiologi BT sebenarnya di masing-masing negara.
- Tidak adanya kasus klinis tidak boleh dianggap sebagai indikasi tidak adanya BTV di negara di mana kompeten vektor biologi mungkin menghuni. Adanya atau bebasnya BT seharusnya hanya ditentukan oleh hasil dari strategi surveilans yang tepat sesuai dengan standar OIE (codes and manuals).
- c-ELISA dianggap sebagai pilihan pertama untuk surveilans serologi BT dalam kelompok yang rentan.
- Isolasi dan identifikasi virus dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk mengidentifikasi keberadaan BTV termasuk serotipenya sehingga diperoleh data nyata dari risiko penyakit dan prevalensi virus di suatu negara.
- Setiap peserta harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk mengadopsi dan mentransfer pengetahuan dan teknologi yang dipelajari dari workshop ini kepada staf laboratorium lain di masing-masing negara.
- Program surveilans BT secara komprehensif dilakukan, di mana dan kapan diterapkan, menggunakan kelompok sentinel dan isolasi virus didukung oleh pengujian serologis.
- Petani dan stakeholder lainnya serta pekerja lapangan dididik mengenai peneguhan BT di lapangan untuk mengaktifkan laporan cepat kepada pihak yang berwenang bidang kesehatan hewan.
- Negara-negara peserta harus secara aktif berbagi informasi mengenai situasi penyakit dan data diagnosa laboratorium diantara mereka sendiri untuk memperkuat jaringan (laboratorium) regional dan kolaborasi.
- AAHL, sebagai salah satu Laboratorium Referensi OIE untuk BT, harus memfasilitasi proses pengajuan sampel untuk AAHL serta menyediakan bantuan teknis, dukungan dan bimbingan teknis kepada negara-negara peserta.
- Negara didorong untuk mengirim isolate BTV, sampel dan / atau RNA serta vektor ke Laboratorium Referensi OIE untuk karakterisasi genetik dan antigenik.
- OIE Asia-Pasifik dan FAO-APHCA harus mendukung co-organisasi dari workshop/training ke 2 untuk meningkatkan diagnosa BT dan mengkontrol kapasitas pada tingkat regional, sesuai dengan permintaan resmi (s) dari negara-negara anggota.
- OIE Asia-Pasifik dan FAO-APHCA mempertimbangkan dukungan lebih lanjut dalam mengembangkan dan membangun laboratorium rujukan regional untuk BT di wilayah tersebut untuk memahami dan memperbaiki situasi penyakit. The OIE Twinning Programme dianggap sebagai salah satu pilihan untuk memfasilitasi perkembangan/pembentukan proses ini.
- AAHL harus mempertimbangkan kemungkinan bantuan teknis untuk negara peserta yang terpilih baik melalui jalur bilateral atau multilateral, dengan dukungan / kerjasama dari organisasi-organisasi internasional seperti OIE Asia-Pacific dan FAO-APHCA.
Sumber: Ditkeswan, Ditjen PKH, Kemtan
Info Petani -
Macam – macam Pestisida Nabati/Alami
1. Pestisida Nabati “Daun Pepaya”
Daun pepaya mengandung bahan aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
Cara Pembuatannya:
- 1 kg daun pepaya segar di rajang
- Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan minyak tanah, 30 gr detergen, diamkan semalam.
- Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
- Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman.
2. Pestisida Nabati “Biji Jarak”
Biji Jarak mengandung “Reisin dan Alkaloit” , efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ), Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing (dalam bentuk serbuk).
Cara Pembuatannya:
- Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk.
- Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter.
- Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman.
3. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak “
Daun sirsak mengandung bahan aktif “Annonain dan Resin “. Efektif untuk mengendalikan hama ” Trip “
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 50 – 100 lembar daun sirsak.
- Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam.
- Saring dengan kain halus
- Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 – 15 liter air
- Siap disemprotkan ke tanaman.
4. Pestisida Nabati ” Daun Sirsak dan Jeringau “
Rimpang jeringau mengandung ” Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol “.
Efektif untuk mengendalikan ” hama wereng coklat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih.
- Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam.
- Saring dengan kain halus.
- Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air
- siap di semprotkan ke tanaman.
5. Pestisida Nabati ” Pacar Cina “
Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tanin. Efektif untuk mengendalikan ” Hama ulat “.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gr detergen kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk agar menjadi larutan.
- saring dengan kain halus.
- siap disemprotkan ke tanaman.
6. Pestisida Nabati ” Rendaman Daun Tembakau “
Daun tembakau mengandung nikotin. Efektif untuk mengendalikan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam.
- Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring.
- Siap disemprotkan ke tanaman.
7. Pestisida Nabati ” Daun Sirih Hutan “
Daun sirih hutan mengandung ” fenol dan kavokol “. Efektif untuk hama penghisap.
Cara Pembuatan:
- Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai.
- Tambahkan air 8 – 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata.
- Saring dengan kain halus
- Siap disemprotkan ke tanaman.
8. Pestisida Nabati ” Umbi Gadung “
Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan :
- Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus.
- Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman.
9. Pestisida Nabati ” Daun Mimba “
Daun mimba mengandung Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol. Efektif mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda dll.
Cara pembuatan
a. Dengan ” Biji Mimba “
- Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba
- rendam dalam 10 liter air semalam
- Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman.
b. Dengan ” Daun Mimba “
- Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar.
- Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman.
c. Untuk mengendalikan ” nematoda puru akar ” pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.
d. Untuk mengendalikan ” Jamur Fusarium dan Sclerotium “. sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter. Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman.
10. Pestisida Nabati ” Srikaya dan Nona Seberang “
Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang
- Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.
11. Pestisida Nabati “ Daun Gamal “
Daun gamal mengandung Tanin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida. Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.
12. Pestisida Nabati ” Daun Mimba dan Umbi Gadung “.
Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap.
Cara Pembuatan
- Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.
13. Pestisida Nabati “Serbuk Bunga Piretrum “
Serbuk bunga piretrum mengandung bahan “Piretrin “. Efektif untuk mengendalikan ulat.
Cara Pembuatan
- Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air
- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman.
Nah selamat mencoba …… !!! semoga bermanfaat …….!!!
Sumber : – Sinar Tani no: 3281
Info Petani -
Bahan dan alat:
1.Batang pisang yang sudah busuk 2 genggam.
2.air panas/hangat 5 L.
3.air biasa 5 L.
4.terasi 1/4 kg.
5.gula pasir 1/2 kg.
6.dedak 1 genggam.
7.ember + tutup (kapasitas 15 L).
8.bambu pengaduk.
cara pembuatan:
1. rendam dan peras batang pisang ke dalam air biasa sehingga sari pati bercampur dengan air, dan sisakan sedikit serat pisang di dalam air.
2. campurkan air panas, terasi, gula pasir, aduk merata tunggu hingga air mendingin.
3. campurkan larutan serat pisang dan air panas (sudah dingin) ke ember, tambahkan dedak, aduk-aduk.
4. tutup ember dengan rapat, biarkan selama 10 hari.
5. setelah 10 hari cek kondisi MOL, jika sudah bau, dan muncul gelembung2 udara, berarti MOL sudah jadi dan dapat dipergunakan.
6. penghilang bau dapat digunakan nanas yang telah dihancurkan sebelumnya.
Info Petani -
A. Syarat Tumbuh Tanaman Pisang
Pisang dapat dikebunkan didataran rendah hangat bersuhu 21ºC - 32ºC dan beriklim lembab. Walaupun demikian, pisang masih dapat berkembang baik sampai pada ketinggian 1.300m dpl.
Topografi yang dikehendaki tanaman pisang berupa lahan datar dengan kemiringan 8º. Pertumbuhan optimal pisang dicapai didaerah yang bercurah hujan lebih dari 2.000 mm yang merata sepanjang tahun. Didaerah yang mempunyai musim kering lebih dari 4 – 5 bulan, pisang masih bisa tumbuh baik asalkan air tanahnya maksimal 150 cm dibawah permukaan tanah. Keasaman tanah (pH) yang dikehendaki pisang adalah 5,5 – 7,5.
B. Penyediaan Bibit
Perbanyakan tanaman pisang selalu menggunakan bibit vegetatif. Bahannya dapat berupa anakan yang tumbuh dari bonggol, belahan bonggol, dan tanaman yang berasal dari kultur jaringan.
C. Persiapan Lahan
Lahan untuk berkebun pisang perlu dipersiapkan dengan baik sebelum bibit ditanam. Tanah digemburkan lalu diratakan. Pencangkulanlahan tidak merupakan keharusan apabila tanah sudah gembur. Pada saat pengolahan tanah sekaligus dapat dibuat saluran drainase. Setiap jarak 50 m dibuat parit sedalam 1 m dengan arah keutara – selatan kalau lahannya menghadap ketumur-barat. Parit ini berfungsi untuk menampung kelebihan air hujan sehingga air itu tidak sampai mengenangi tanaman.
Lahan bergulma perlu dicangkul atau ditraktor sedalam 30 – 40 cm. Setelah itu, pada lahan dibuat lubang-lubang tanam berukuran 60 cm X 60 cm X 50 cm atau 40 cm X 40 cm X 40 cm. Lubang itu dibiarkan terbuka selama 2 – 5 minggu agar terangin – angin. Jarak antar lubang tanam dalam barisan adalah 3 m, sedangkan jarak antar barisan 3 – 4 m.
Sebelum lubang tanam ditutup, setiap lubang tanam diisi pupuk buatan sebagai pupuk dasar. Pupuk dasar berupa campuran urea,SP 36 dan KCl.
D. Penanaman
Penanaman bibit yang tepat adalah pada saat menjelang musim hujan agar terhindar dari kekeringan. Apabila lahan dapat diari maka penanaman bibit bisa dilakukan setiap saat. Setiap lubang tanam diisi satu bibit dengan posisi tegak tepat ditengah lubang tanam.
Kepadatan populasi bagi tanaman pisang bervariasi antara 1.000 – 3.000 batang perhektar, tergantung jarak tanam dan kultivar yang ditanam
E. Pengairan
Tanaman pisang membutuhkan pengairan yang cukup sepanjang hidupnya. Kebutuhan air semakin meningkat sejak masa pertumbuhan awal dan mencapai tahap tertinggi setelah jantung mulai keluar. Walaupun banyak membutuhkan air , tanaman pisang tidak menghendaki air yang tergenang terlalu lama hingga dapat merusak perakaran.
Agar sehat dan berfungsi dengan baik, perakaran pisang membutuhkan peredaran udara yang baik didalam tanah. Untuk itu, lahan pisang perlu diberi drainase.
F. Pemupukan
Untuk setiap 30 ton buah pisang unsur hara yang diambil didalam tanah adalah 50 kg N, 15 Kg P2O5 , 10 kg CaO, dan 25 kg MgO. Untuk mengembalikan sejumlah hara yang hilang itu, dosisi pemupukan setelah pisang dipanen harus lebih banyak daripada unsur hara yang telah terambil.
Pemupukan tanaman pisang dilakukan sebanyak 3 – 6 kali sejak bibit pisang ditanam hingga menjelang berbunga. Pada saat penanaman, kebanyakan petani memberikan pupuk dasar NPK 15 : 15 : 15 sebanyak 50 gr per lubang tanam. Sebulan setelah tanam, pisang dipupuk ulang dengan campuran 250 gr urea , 100 gr SP 36, dan 150 gr KCl per tanaman. Pemupukan diulang setiap tiga bulan sekali.
G. Pemberantasan Gulma
Sewaktu tanaman pisang muda, pisang harus bebas dari gangguan gulma. Pisang tidak dapat tumbuh dengan baik kalau dibiarkan bersaing dengan gulma. Dua minggu setelah tanaman pisang ditanam, gulma yang ada perlu disiangi secara manual.
Sebaiknya, penyiangan tanaman pisang dilakukan secara mekanis dengan penyiangan gulma dengan menggunakan cangkul. Tanaman pisang yang masih muda, perakarannya hanya sebatas lebar kanopinya saja. Daerah bebas gulma terbatas dibawah payung kanopinya.
Setelah umur 7 bulan, pisang tak membutuhkan penyiangan. Kanopi tanaman satu dengan kanopi tanaman lain telah menyatu sehingga sinar matahari tak menembus sampai ke tanah. Populasi gulma pun akan tertekan dengan sendirinya.
H. Pembersihan Tanaman.
Perlakuan pembersihan tanaman meliputi pembersihan daun kering, penjarangan anakan, dan pembuangan sisa tanaman bekas panen. Hal ini berlangsung 45 hari sekali.
Pada setiap rumput pada satu induk pisang hanya disisakan dua anakan terbesar yang tumbuh, sedangkan anakan lainnya ibuang.
I. Pembunggan
Bunga pisang muncul ditengah – tengah konopi tanaman. Pada saat keluar dari batang, bunga pisang belum mekar, biasanya disebut jantung. Pisang cavendish mulai berbunga setelah 9 bulan ditanam dilapangan atau setelah menghasilkan 36 lembar daun. Daun terakhir berupa daun bendera, lalu menyusul bunganya.
Setelah jantung mekar, terbentuklah sisiran buah pertama, kedua dan selanjutnya hingga akhirnya terbentuk tandan.
J. Pembungkusan Tandan Buah
Calon buah yang terbentuk rata – rata 9 – 11 sisir pertandan. Sisanya, jantung yang masih kuncup dipotong. Dua sisir buah terbawah dibuang, sisanya hanya 1 buah pada sisir terbawah untuk kontrol. Selanjutnya, tandan pisang dibungkus kantung plastik polietilen atau karung. Kantung kertas semen juga dapat digunakan untuk membungkus tandan buah pisang. Kelemahannya, kantung kertas semen dapat koyak terkena hujan atau angin.
Pembungkusan tandan buah bertujuan untuk melindungi dari gigitan serangga, menghindari terbentuknya sarang laba – laba dan burung dicelah – celah tandan buah pisang serta untuk mengurangi terjadinya luka karena gangguan burung atau kelelawar atau hewan pengganggu lainnya.
Untuk memastikan agar buah pisang tidak sampai terserang hama atau penyakit maka sebelum dibungkus sebaiknya disemprot dulu dengan pestisida. Setelah dibungkus, tandan diberi pita yang berguna untuk menentukan waktu panen yang tepat sehingga umur dan ukuran buahnya seragam.
Pada saat pembungkusan buah, sekaligus dapat juga dilakukan penopangan batang pisang dengan tongkat bambu dua batang. Tongkat itu berfungsi sebagai penahan agar batang pisang tidak patah akibat tidak kuat menahan beratnya buah dan juga untuk menahan agar pohon tidak tumbang terkena tiupan angin keras.
K. Panen
Secara visual, pisang dapat dipanen kalau bentuk buahnya tampak bulat berisi dan sudut penampangnya rata. Irisan penampang buah muda pipih dan bersudut.
Waktu panen yang dapat dilakukan pada buah pisang adalah dengan memperhitungkan umur buah. Umur buah dihitung sejak jantung mulai keluar. Oleh karena itu, pada setiap tandan digantungkan label catatan atau pita berwarna untuk menentukan tanggal panen. Untuk pisang mas dipanen pada umur 7 – 9 minggu. Waktu yang paling tepat dipanen adalah umur 7 – 7,5 minggu setelah berjantung. Pisang cavendish membutuhkan waktu 10 -12 minggu untuk dipanen. Pada waktu itu pisang belum tumbuh maksimal, tetapi sudah tua.
Info Petani -
Ikan Gurami adalah ikan peliharaan yang berasal dari rawa. Badannya pipih memanjang, warna kecoklatan dan bintik hitam pada dasar sirip dada. Sirip perut yang panjang berfungsi sebagai alat peraba. Sekarang ini ikan gurami mempunyai nilai ekonomis yang baik, sehingga permintaan pasar terhadap ikan gurami terus meningkat dan harganya pun cukup mahal. Oleh karena itu apabila kita dapat mebudidayakan sendiri, maka hasilnya akan lebih menguntungkan. Untuk keberhasilan pembudidayaan ikan gurami, pembenihan adalah merupakan faktor penentu sehingga tidak kesulitan dalam penyediaan benih.
II. Penentuan Induk
A. Penentuan Induk Yang Baik.
Untuk memperoleh benih gurami yang baik dibutuhkan induk – induk ikan yang baik dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Induk gurami mulai dapat dipijahkan pada umur 3 tahun dengan berat badan minimal 1,5 Kg dan yang terbaik pada umur 4 – 5 tahun dengan barat badan ± 2 Kg.
2. Bentuk tubuhnya baik, beisi, sisiknya mulus dan tidak cacat.
3. Pada induk betina warnanya harus bersih yang menunjukkan sifat baik n berbiaknya akan memuaskan. Sedangkan untuk induk jantan harus berdahi lengkung, tegak dan berwarna kehitam – hitaman.
B. Perbedaan Induk Jantan dan
Betina
1. Induk Gurami Jantan
a. Terdapat tonjolan diatas
kepala.
b. Dasar sirip dada agak
keputih-putihan.
c. Tutup insang ((operculum)
kekuning-kuningan
d. Ujung sirip ekor relatif rata.
2. Induk Gurami Betina
a.Kepala tidak mempunyai tonjolan.
b. Dasar sirip dada agak hitam.
c. Tutup insang ((operculum)
putih agak kecoklatan.
d. Ujung sirip ekor melengkung.
C. Ciri-ciri Induk Untuk Dipijahkan
1. Induk Jantan
a.Keduarusuk bagia perut membentuk sudut tumpul.
b.Sisiknya sedikit agak terbuka.
c. Pada sirip tampak urat-urat rambut berwarna kemerah-merahan
2. Induk Betina
a. Bagian perut menunjukkan warna terang
b. Sisik agak terbuka
c. Pada sirip menampakkan urat-urat rambut berwarna kemera-merahan
III. Persiapan Kolam
Dalam pembenihan ikan gurami, persiapan pengadaan kolam pemijahan harus memenuhi syarat antara lain :
a. Air pada kolam harus jernih dan tenang, kedalaman airnya 0,75 – 1,00 meter.
b. Buatkan kerangka sarang berbentuk kerucut dengan diameter ± 30 cm, dipasang agak berjauhan pada kedalaman ± 20 cm dibawah permukaan air.
c. Untuk tiap induk disiapkan sebuah kerangka sarang
d. Sediakan secukupnya ijuk atau sabut kelapa yang sudah bersih dan diletakkan dekat kerangka sarang sebagai bahan pembuat sarang oleh ikan.
e. Padat penebaran dilakukan untuk satu ekor induk dengan luas kolam 7 – 10 M².
f. Satu ekor induk jantan dapat dipijahkan dengan empat ekor induk betina didalam satu kolam.
IV. Pemijahan
Setelah persiapan kolam dan sarang selesai dilakukan maka langkah pemijahan daapat dilakukan sebagai berikut :
1. Induk ikan gurami jantan dan induk ikan gurami betina yang telah matang telur dimasukkan kedalam kolam pemijahan. Biasanya induk jantan akan segera membuatkan sarang dari bahan pembuat sarang yang telah dipersiapkan sampai selesai.
2. Minggu pertama induk jantan akan kawin dengan induk betina pertama dan ini dapat dilihat dengan tertutupnya mulut sarang oleh bahan pembuat sarang, berarti telur berada didalam sarang. Biasanya induk betinya selalu berjaga-jaga disekitar sarang.
3. Kemudian induk jantan membuat sarang lagi untuk induk betina yang kedua. Setelah selesai lalu memijah lagi dengan induk tersebut, dimana mulut sarangnya ditutup lagi dan seterusnya samapi semua induk betina yang berada pada kolam tersebut.
4. Untuk membuktikan adanya telur didalam sarang dapat ditusukkan lidi ketengah sarang, kalau keluar butiran seperti butiran minyak berarti sarang tersebut telah berisi telur – telur ikan.
V. Penetasan Telur
Telur ikan gurami yang terdapat dalam sarang biasanya telah menetas sepuluh hari setelah lubang sarang tertutup. Penetasan telur ikan yang terdapat dalam sarang ada 3 cara yakni :
1. Penetasan didalam kolam pemijahan
a.Kebersihan air harus tetap terjaga, karena akan mempengaruhi kondisi telur yang akan menetas.
b. Telur yang ada dalam sarang dibiarkan di kolam pemijahan.
c. Pada hari ke 11 atau 12 setelah sarang tertutup, anak ikan gurami bersama sarang diambil untuk dijual atau dipilihara pada tempat yang lain.
d. Apabila anak ikan tersebut dipilihara pada tempat pedederan, harus diberi pelindung satu tangkai daun kelapa untuk satu sarang.
2. Penetasan dalam wadah terapung
dikolam.
a. Wadah yang digunakan adalah ember atau kotak kayu yang diletakkan terapung di kolam dan bagian dasarnya diberi lobang sebesar 10 cm dan dilapisi dengan kawat kasa.
b. Anak ikan gurami yang berumur lima hari dipindahkan kewadah yang akan digunakan. Untuk satu sarang dapat menggunakan tiga wadah.
c. Gunakan pelampung agar wadah tetap pada tempatnya dan diikatkan pada sebatang patok.
d. Air dalam wadah harus diganti dua kali sehari dengan cara mengangkat wadah sampai dasarnya dan diturunkan kembali seperti posisi semula.
e. Setelah umur dua minggu anak ikan diberi makanan tambahan seperti dedak halus atau kuning telur dan diberikan dua kali sehari.
f. Seminggu kemudian sebaiknya anak ikan tersebut dipilihara dikolam pendederan.
3. Penetasan dalam paso atau ember
a. Siapkan 2 – 3 buah paso atau ember untuk tiap sarang ikan gurami.
b. Usahakan paso atau ember yang berisi 10 liter air, dan diisi hanya ¾ bagian.
c. Sarang yang baru diisi telur dipindahkan kedalam 2 – 3 paso atau ember dan ditempatkan pada tempat yang mendapat sinar matahari pagi (jam 7.30 – 8.00).
d. Air dalam paso atau ember harus di9ganti 2 kali sehari.
e. Setelah anak ikan berumur 2 minggu sebaiknya dipilihara di kolam pendederan.
(Sumber Tulisan : LIPTAN Balai Informasi Pertanian Jambi)
Info Petani -
TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN
• melakukan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan serta pengembangan penyuluhan pertanian
Fungsi Penyuluh Pertanian:
a. Memfasilitasi Proses Pembelajaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;
b. Mengupayakan Kemudahan Akses Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Ke Sumber Informasi, Teknologi, Dan Sumber Daya Lainnya Agar Mereka Dapat Mengembangkan Usahanya;c. Meningkatkan Kemampuan Kepemimpinan, Manajerial, Dan Kewirausahaan Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha;
d. Membantu Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Menumbuhkembangkan Organisasinya Menjadi Organisasi
e. Ekonomi Yang Berdaya Saing Tinggi, Produktif, Menerapkan Tata Kelola Berusaha Yang Baik, Dan Berkelanjutan; Membantu Menganalisis Dan Memecahkan Masalah Serta Merespon Peluang Dan Tantangan Yang Dihadapi Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Dalam Mengelola Usaha;
f. Menumbuhkan Kesadaran Pelaku Utama Dan Pelaku Usaha Terhadap Kelestarian Fungsi Lingkungan; Dan
g. Melembagakan Nilai -Nilai Budaya Pembangunan Pertanian Yang Maju Dan Modern Bagi Pelaku Utama Secara Berkelanjutan.
Info Petani -
Tanaman Kentang (Solanum ) mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya jika dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya, disebabkan karena kentang selain mengandung karbohidrat juga banyak mengandung vitamin B, C dan sedikit vitamin A. Yang tidak kalah pentingnya bagi bangsa Indonesia adalah kentang termasuk tanaman perdagangan yang mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi karena banyak di butuhkan oleh restoran maupun hotel bertaraf nasional maupun inter nasional.
Tanaman Kentang (Solanum) bentuk tanaman sesungguhnya adalah menyemak dan bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50 – 120 cm dan tidak berkayu (tidak keras bila dipijat). Batang dan daun berwarna hijau kemerah – merahan atau keungua-unguan. Bunganya berwarna kuning keputih-putihan atau ungu, tumbuh diketiak daun teratas dan berkelamin dua. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Akar berwarna keputhi-putihan. Kedalaman daya tembusnya bisa mencapai 45 cm, namun biasanya akar ini banyak yang mengumpul di kedalaman 20 cm.
Selain mempunyai organ tersebut, kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang samping yang masuk kedalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat sehingga membengkak dan bisa dimakan dan umbi inilah yang di gunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan dodol kentang.
Bahan baku utama dalam proses pembuatan dodol kentang
2. Pembuatan Dodol Kentang
Pembuatan dodol kentang menggunakan berbagai peralatan seperti kuali besi, sendok besi, tungku, pisau, cetakan, saringan, baskom dan talenan serta rak penjemuran.
Adapun proses pembuatan dodol kentang yaitu kentang yang akan digunakan terlebih dahulu dikupas lalu dicuci dan kemudian kentang tersebut direbus hingga matang. Setelah perebusan dianggap selesai kentang diangkat lalu didinginkan dan kemudian kentang tersebut digiling sampai halus.
Kelapa yang akan digunakan dikupas dan diparut. Kelapa yang telah diparut tambahkan air bersih kemudian diperas untuk mendapatkan santannya. Bahan-bahan pelengkap untuk pembuatan dodol seperti tepung ketan putih, vanili, garam secukupya, gula dicampur bersama – sama dengan kentang yang telah dihaluskan kemudian dimasukkan kedalam santan dan diaduk sehingga bahan adonan tercampur rata.
Campuran bahan adonan dimasak dengan menggunakan api yang tidak terlalu besar. Selama proses pemasakan adonan terus di aduk agar proses pemasakan adonan merata.
Adonan yang sudah mengental diangkat dari tungku dan dituangkan kedalam cetakan dan diratakan lalu didinginkan. Setelah dingin lalu dipotong-potong setelah itu baru dijemur dirak penjemuran. Penjemuran ini dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Lamanya proses penjemuran selama 2 – 3 hari tergantung dari keadaan cuaca.
Proses Penjemuran Dodol Kentang dengan menggunakan sinar matahari
Tahap akhir dari proses pembuatan dodol kentang ini adalah pengemasan. Pengemasan yang digunakan kertas minyak berwarna putih transparan. Lalu bungkusan – bungkusan kecil diatur dan disusun lagi dalam bungkusan plastik dan kemudian baru dipasarkan. Untuk satu bungkus berisi 25 bungkus kecil sampai 50 bungkus kecil dengan berat 2,5 ons sampai 5 ons dengan harga Rp. 2.300,- sampai Rp. 5.000,-/kotak.
Pemasaran dodol kentang dilakukan oleh pengrajin responden dengan menjualnya ke toko-toko dan pedagang pengumpul serta menjual langsung dengan cara membuat toko/warung didepan rumah pengrajin yang terletak dipinggir jalan lintas kota.
Info Petani -
Itik hasil pemiliharaan petaninjarang sekali dilakukan pengelohan kecuali dibikin daging bakar, direndang atau pun digoereng dan jarang sekali dibikin menjadi abon yang dapat tahan lama.
Sebelum dijadikan abon, daging itik perlu diberi perlakuan tertentu untuk
mengurangi kandungan amonianya dan rasa amis dari daging itik tersebut.
2. BAHAN
1) Daging Itik (10 kg)
2) Bawang merah (1 kg). Sebanyak 750 gram dari bawang ini dijadikan
bawang goreng.
3) Bawang putih (400 gram)
4) Bubuk ketumbar (50 gram)
5) Lengkuas (50 gram
6) Daun salam (15 lembar)
7) Sereh (7 potong)
8) Gula pasir (750 gram)
9) Asam Jawa (50 gram)
10) Santan kental (2000 ml)
3. PERALATAN
1) Pisau dan talenan. Alat ini digunakan untuk menyiangi dan memotong-motong daging itik.
2) Penggiling bumbu. Alat ini digunakan untuk menggiling bumbu sampai halus.
3) Wajan. Alat ini digunakan untuk menggoreng abon.
4) Pemarut. Alat ini digunakan untuk memarut kelapa.
5) Peniris sentrifugal. Alat ini digunakan untuk mengeluarkan minyak dari abon panas yang baru digoreng.
6) Alat press. Alat ini digunakan untuk memeras abon panas sehingga minyaknya keluar.
4. CARA PEMBUATAN
1) Penyiangan dan pemotongan. Itik disiangi. Jeroan, insang dan kepala dibuang. Setelah itu, kulit ayam dikelupaskan, dan tulang dibuang. Selanjutnya daging dipotong kecil-kecil (1x1x1 cm), dicuci dan ditiriskan.
2) Perendaman di dalam larutan garam. Potongan daging ikan direndam di
dalam larutan garam 4% (setiap 1 liter air bersih ditambah 40 gram garam),
kemudian disimpan di dalam lemari pendingin selama semalam. Selama
penyimpanan daging diaduk-aduk sesering mungkin. Setelah dingin, daging itik
dicuci dan ditiriskan.
3) Pengukusan. Setelah ditiriskan, daging itik dikukus selama 1 jam.
4) Pres. Setelah itu, dalam keadaan panas, daging itik dipres sampai cairannya
keluar.
5) Penyuiran. Potongan daging Itik disuir-suir, kemudian ditumbuk pelan-pelan sehingga berupa serat-serat halus. Selanjutnya suiran ini diolah seperti mengolah abon itik yang telah diterangkan sebelumnya.
6) Penyiapan bumbu dan santan. Lengkuas dan sereh dipukul-pukul sampai memar. Bawang merah (250 gram), bawang putih dan ketumbar digiling halus, kemudian ditumis. Setelah agak harum, ditambahkan santan kental, lengkuas, asam jawa, gula, daun salam dan sereh. Pemanasan diteruskan sampai mendidih dan volume santan tinggal setengahnya.
7. Pemasakan abon. Suiran cucut dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam santan mendidih. Sementara itu, api dikecilkan sekedar menjaga santan tetap mendidih. Pemanasan yang disertai pengadukan dilakukan sampai suiran daging itik menjadi setengah kering. Hasil yang diperoleh disebut dengan
abon lembab itik. Abon lembab itik diangkat, kemudian digoreng di dalam minyak panas (suhu 1700 C) sampai garing (bila diremas berkemersik)
8) Penirisan. Abon panas yang baru diangkat dari minyak harus segera ditiriskan. Penirisan dianjurkan dengan menggunakan alat peniris sentrifugal, alat pres ulir, atau pres hidrolik. Setelah ditiriskan dengan alat peniris sentrifugal, atau alat pres, abon dipisah-pisahkan.
9) Pencampuran dengan bawang goreng. Abon itik yang telah ditiriskan dicampur dengan bawang goreng. Hasil yang diperoleh disebut dengan abon itik.
10) Pengemasan. Abon itik dikemas di dalam kemasan yang tertutup rapat.
Kantong plastik merupakan salah satu kemasan yang cukup baik
digunakan untuk mengemas abon.
Info Petani -
Tomat merupakan komoditi hortikultura yang tersedia melimpah karena dibudidayakan di hampir di seluruh wilayah Indonesia ini, dan semua lapisan masyarakat pasti menggunakan tomat untuk membuat bahan masakan maupun minuman jus buah. Buah tomat digemari dan dikonsumsi oleh banyak orang Indonesia.Kebiasaan petani tomat kebanyakan menjualnya sebagai buah segar, begitu juga para pedagang sehingga kalau tidak laku atau harganya jatuh, buahnya banyak menjadi busuk dan diabuang begitu saja, sebagai sampah.
Secara basional produksi tomat besar sekali, sehingga produk olahan manisan tomat ini juga bisa dijadikan peluang usaha, bagi masyarakat pedesaan, dalam upaya menambah pendapatannya karena proses pembuatannya yang sangat mudah dengan bahan baku yang murah dan mudah didapat.Bahan - bahan yang digunakan dalam proses pembuatan torakur adalah sebagai berikut :
☻1 Kg Tomat masak segar dengan diameter 3 – 4 cm, lebih bagus kalau dipetik langsung dari pohon.
☻Gula putih 200 Gram.
☻Air kapur secukupnya (dengan campuran air 1 liter + 1 sendok makan kapur).
Adapun teknik pembuatan torakur ada beberapa tahap yaitu :
☻Buah tomat dicuci bersih dan setelah itu ditusuki dengan tusuk gigi, dibeberapa tempat. Selanjutnya buah tomat ditekan – tekan / dipijit – pijit guna mengeluarkan air dan biji di dalam buah tomat sehingga tuntas, tinggalah daging buahnya saja.
☻Tomat selanjutnya direndam dalam air kapur sampai tenggelam selama 2 jam. Angkat buah tomat kemudian dicuci lagi sampai bersih, lalu tiriskan sampai tidak ada air yang menempel pada buah tomat.
☻Masukkan buah tomat dan gula putih dalam wajan. Masak dengan api sedang supaya hasil manisan warnanya lebih bagus (tidak gosong), diaduk – aduk setiap saat dan pemasakan ini dilakukan selama kurang lebih 1 jam, jadilah manisan.
☻Manisan tomat dijemur diterik matahari selama lebih kurang 1 hari penyinaran, sehingga buah tomat bentuk dan rasanya seperti buah kurma, baru kemudian dikemas dan dapat dipasarkan ke konsumen atau di simpat ditempat yang kering dan tidak lembab atau juga dapat disimpan didalam lemari pendingin.
Info Petani -
Info Petani -
Di Indonesia dikenal dengan istilah April Mop (Mop berasal dari bahasa Belanda yang artinya kelakar)
Di Perancis disebut Poisson d'avril, artinya ikan April (mungkin maksudnya adalah ikan kecil yang gampang tertangkap atau tertipu)
Di Inggris April Mop lebih dikenal dengan istilah April noddie sebutan buat orang-orang yang tertipu
Di Skotlandia di peringati selama 2 hari yang dinamakan April gowk, dan pada hari kedua dinamakan Taily day yang dikhususkan mengarah ke fisik seseorang pada anggota badannya.
Para agamais di Eropa menilai asal muasal April Mop merupakan tanggal lahir dan kematian Judas Iskariot yang menghianati Yesus, gurunya. Yudas identik dengan Iblis yang suka berdusta.
Bahkan ada yang menganggap April mop berasal dari hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara Salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, para tentara salib merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.
Istilah April Mop disinyalir sudah dikenal di Perancis pada abad 16, Sebelum ada penyempurnaan sistim penanggalan seperti yang kita kenal saat ini,tanggal tersebut di anggap sebagai hari pergantian tahun.(kata April diserap dari bahasa Belanda - aprire, artinya membuka) Padahal Paus Gregory telah memperkenalkan sistim penanggalan baru yang diawali dengan bulan Januari, tetapi sosialisasi (mungkin belum ada TV/ Radio) tidak mencapai semua kalangan dan bahkan banyak yang tidak percaya ketika diberitahukan perihal tersebut. Sehingga mereka tetap merayakan tahun baru setiap tanggal 1 April. Merekalah yang disebut April Fools, orang-orang yang tertipu di bulan April.
Ada Teori lain yang dimuat di Washington Post mengatakan bahwa tradisi ini dimulai pada jaman Romawi Kuno. Saat itu ada perayaan kepada dewi Ceres, Dewi Panen. Konon putri sang Dewi diculik oleh Pluto, dewa dunia gaib. Ceres diceritakan mengikuti gema suara teriakan anaknya, hal yang mustahil, sebab gema sangat sulit dicari sumber asalnya. Sehingga Ceres dikatakan melaksanakan “a fools errand” atau tugas orang bodoh.
Banyak hal-hal bodoh yang dilakukan di bulan April, hanya untuk memperingati April Mop. Bulan yang sebenarnya hanyalah bulan biasa saja yang tidak perlu menjadi perhatian khusus. Banyak lagi perayaan yang sebenarnya kita tidak tahu persis apa sejarahnya dan apa urgensinya, tetapi kita berbondong-bondong membeo, seperti orang tolol. yah,,, itulah April Mop.
Info Petani -