728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
“Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Konsumsi Pangan dan Non Pangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)”...(5)

Kenaikan harga BBM memang merupakan momok bagi Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Muhammad Jusuf Kalla (MJK), karena dengan adanya keputusan untuk menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan melahirkan permasalahan yang komplek bagi semua bidang. Pada tanggal 1 Oktober 2005 Pemerintah resmi memasukkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 50%-80% dengan perincian sebagai berikut Premium Rp.4500,00/liter, Minyak tanah Rp.2500,00/liter, beras Rp. 3000,00/kilogram. Dengan adanya kenaikan harga ini, sebagai gantinya pihak Pemerintah berjanji akan memberikan kompensasi sebesar Rp. 10,5 Trilyun Rupiah untuk rakyat miskin. Dana tersebut akan dialokasikan untuk biaya pendidikan, layanan kesehatan, pembanggunan infrastruktur didesa tertinggal diseluruh Indonesia.
Berdasarkan latar belakang diatas maka data dirumuskan perasalahan yang ada yaitu: Bagaimana Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Konsumsi Pangan dan Non Pangan? sedangkan Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah: Untuk mengetahui dampak kenaikan harga BBM terhadap konsumsi pangan dan konsumsi non pangan.Dari hasil out put terlihat bahwa Mean 70,570 dengan t tabel 1,66 Karena t hitung 8,770 > t tabel 1,66, maka disimpulkan tolak Ho artinya ada perbedaan antara pengeluaran mahasiswa secara statistik pada waktu sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Hal ini bisa dilihat pada signifikan 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan bahwa hipotesis Ho yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara pengeluaran mahasiswa pada waktu sebelum dan sesudah kenaikan harga Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ditolak, dengan kata lain bahwa ternyata pada waktu kenaikan harga Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak terhadap pengeluaran Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: “Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Terhadap Konsumsi Pangan dan Non Pangan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)”...(5) - 9756people
Info Petani -
Analisa Nilai Tambah Agroindustri Sirup Markisa ( Studi Kasus Di Koperasi Peran Serta Masyarakat (Kopermas) Kec.Rembang Kabupaten Rembang )) …(4)

Peranan sektor industri dalam kegiatan dalam kegiatan pembangunan semakin penting. Pemerintah terus berusaha menyeimbangkan peranan sektor industri terhadap sektor pertanian, untuk menciptakan struktur ekonomi yang seimbang dimana terdapat kemampuan industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Berdasarkan kenyataan diatas, maka industri yang mengolah hasil-hasil pertanian di Indonesia memegang peranan yang strategis.
Akan tetapi dengan perkembangan dalam tahun terakhir akibat dampak El Nino yang meyebabkan kemarau panjang, kebakaran hutan dan krisis moneter yang melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan ketahanan pangan mengalami situasi yang sangat berubah. Dengan perkembangan situasi perekonomian dalam tahun terakhir ini telah menyebabkan peningkatan jumlah penduduk miskin yang cukup nyata pada tahun 1998 ( A. M. Saefuddin, 1998 ).
Oleh karena itu pemerintah telah melakukan pendekatan melalui penerapan sistem agribisnis yang telah diamanatkan dalam GBHN 1993, yang pokok tujuannya adalah mengembangkan sektor pertanian menjadi pertanian modern yang didukung oleh sektor industri ( agroindustri ). Agribisnis itu sendiri merupakan suatu sistem yang memadukan antara sub sistem saran produksi, pra panen, pasca panen dan pemasaran. Adanya kesatuan sistem tersebut mutlak diperlukan untuk tercapainya tujuan usaha yang menguntungkan dan meningkatkan pendapatan.
Sektor pertanian dalam wawasan agribisnis dengan perannya dalam perekonomian nasional memberikan beberapa hal yang menunjukan keunggulan yang patut dipertimbangkan dalam pembangunan nasional. Keunggulan tersebut antara lain melihat tingginya nilai tambah agroindustri. Dengan kontribusi tersebut dalam perekonomian nasional maka sektor agribisnis semakin dipacu mengenai pengembangan teknologi yang ada.
Pengembangan teknologi tersebut karena masih ada yang salah yang dihadapi oleh agroindustri yaitu antara lain ; pertama, penyediaan bahan baku yang teratur dalam bentuk kuantitas maupun kualitas yang memadai, serta harga yang bersaing menjadi persoalan pelik bagi agroindustri. Apalagi bahan baku tersebut harus dibeli di pasar bebas dari petani kecil yang lokasinya berpencar-pencar. Kedua, pemasaran sering menjadi persoalan karena produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang kurang baik, sering sangat sulit memasarkan produk-produk dengan kemasan dan label yang menarik. Ketiga, pengangkutan produk agroindustri cenderung mahal karena soal jarak yang jauh.
Dengan demikian pengembangan agroindustri berlokasi didaerah sentra produksi atau didaerah produksi bahan baku itu sendiri perlu menjadi perhatian. Karena pengembangan agroindustri ada keterkaitan dengan tujuan pembangunan wilayah pedesaan dan keterlibatan sumber daya manusia pedesaan. Sehingga dapat memperkenalkan tambahan kegiatan atau perlakuan terhadap komoditas setelah di panen, yang nantinya dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas yang dihasilkan.
Dengan tetap memberikan prioritas yang tinggi kepada pembangunan pertanian maka peran pemerintah sangat penting sekali. Dalam politik pemerintahan, perekonomian Indonesia antara sektor pertanian dan sektor industri mempunyai keterkaitan dan saling mendukung. Bagi sektor industri menghasilkan kebutuhan pokok rakyat yang mendukung sektor pertanian dalam mengolah sumber daya alam yang tersedia. Tampak bahwa peranan pertanian masih dominan dan semakin nyata, bahwa sektor perekonomian dipengaruhi sektor pertanian. Walaupun jumlah usaha tani pada saat sekarang ini arealnya semakin berkurang, namun penting untuk dipertahankan dan meningkatkan produksi dengan cara mengubah bahan baku pertanian menjadi produk olahan agar komoditas pertanian mempunyai nilai yang tinggi.
Markisa ( Passifloraceae ) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai potensi tinggi untuk dibudidayakan. Kendati bukan buah asli Nusantara, tanaman jenis ini telah tersebar luas ke sejumlah kawasan, utamanya sepanjang daerah Lampung, sebagian Sumatera Selatan dan sedikit di Jawa Timur. Hanya markisa memang belum sepopuler ”saudara-saudara”-nya yang lain semacam anggur, apel, pear, strawberry. Tetapi justru karena ketidakpopulerannya ini, penanam markisa menjadi lumayan menjanjikan sebab produksinya menjadi tidak banyak pesaing. Ada beberapa kelebihan tanaman asal Amerika latin itu, Pertama, ia secara teknis memiliki keistimewaan sebagai jenis yang tidak manja. Artinya dengan perlakuan yang “ alakadarnya”. pun, markisa mampu tumbuh normal, bahkan ditanam dilahan kurang produktif sekalipun. Dan kedua, pasar buah ini masih terbuka luas ( Anonymous, 2000 ).
Markisa memiliki kandungan vitamin A, B6 dan C yang sangat tinggi. Ia sering dikonsumsi dalam bentuk bahan minuman kemasan, sirup, coktail, dan serbuk. Permintaan akan buah markisa selain datang dari pasar dalam negeri, juga berasal dari Timur Tengah, Jepang dan Taiwan. Keistimewaan lain, tingkat produksinya mampu mencapai 30 ton pertanian hektar dalam kurun waktu satu periode tanam. Tetapi untuk mencapai angka maksimal itu, dibutuhkan peralatan yang memadai. Markisa dari jenis rola adalah tanaman tropis yang tahan kemarau panjang dan berbuah cepat ( 6 - 8 bulan ) secara terus menerus (Anonymous, 2000).
Untuk menangani kelebihan produksi serta mempertahankan kualitas bahan baku maka perlu dilakukan pengawetan. Pengawetan merupakan rangkaian tahapan penanganan dan pengolahan produk markisa yang bertujuan untuk mempertahankan bahan baku agar tetap memenuhi syarat. Pada prinsipnya industri pengolahan pangan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan pangan, menambah daya guna dan meningkatkan daya simpan.



Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Analisa Nilai Tambah Agroindustri Sirup Markisa ( Studi Kasus Di Koperasi Peran Serta Masyarakat (Kopermas) Kec.Rembang Kabupaten Rembang )) …(4) - 9756people
Info Petani -
Analisis Daya Dukung Saluran Distribusi Terhadap Marjin Penjualan Gula Lokal Di Malang Raya ... (3)

Penelitian tentang analisis daya dukung distribusi terhadap marjin penjualan gula Lokal di Malang Raya, dilakukan mulai awal Juli sampai dengan akhir Oktober 2004. Lingkup masalah utama yang diteliti ialah marjin harga gula dari produsen sampai ke konsumen akhir. Mahalnya harga gula karena beberapa hal, diantaranya ialah panen, pasca panen dan jalur distribusi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan marjin penjualan pada masing-masing tingkat saluran yang ada di kawasan Malang Raya. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat begi semua fihak. Diantaranya ialah bisa menurunkan harga gula yang harus dibayar oleh konsumen (pengguna akhir). Pengukuran sasaran ditujukan ke produsen, pedagang besar, grosir dan pengecer. Jenis penelitian adalah Deskriptif kuantitatip. Dari data primer, sekunder maupun tersier dapat dihimpun bahwa:
Produksi gula Nasional tahun 2004 sebanyak 1.701.293 ton. Sedangkan kebutuhannya 3.326.904 ton. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah terpaksa impor gula. Industri gula Indonesia pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1930, memproduksi sebanyak 2.907.078 ton, namun saat ini menjadi negara pengimpor gula. Kemunduran pergulaan di Indonesia disebabkan oleh produktivitas dan efisiensi yang rendah. Dengan adanya kesepakatan multilateral (AFTA, APEC, WTO) Indonesia pada posisi tawar yang lemah. Mahalnya harga gula lokal disebabkan oleh kelemahan di semua sektor produksi, mulai dari pra panen, panen, pasca panen sampai jalur distribusi. Perdagangan gula (impor gula) diatur dalam SK Diperindag no: 643/MPP/KEP/9/2002 tanggal 23 September 2002.
Pabrik gula Kebun Agung adalah satu-satunya produsen dalam penelitian ini, menghasilkan gula kristal putih dengan proses sulfitasi, kapasitas giling 3000 ton tebu per hari. Pada tahun 2004 tebu digiling 832.010 ton, produksi gula 60.175 ton, rendemen 7,23%. Dari operasional tersebut didapat keuntungan perusahaan berturut-turut Rp. 29.371.188.050, tahun 2004. Rp. 25.523.035.514 tahun 2003, Rp. 25.707.195.900 tahun 2002 (rata-rata dalam tiga tahun Rp. 26.867.139.820). Untuk tahun 2004 didapat Gross Margin 45,45%, Operating Margin 40,79%, Profit Margin 54,55%. Pada kondisi ini bisa dikatakan sebagai suatu perusahaan yang sehat. Pesaing PG.Kebon Agung ialah PG.Krebet Baru. Dalam evaluasi didapat Pg.Kebon Agung mempunyai total skor 3,20 sedang PG.Krebet Baru 2,70. Obyek yang dinilai ialah Pangsa pasar, Penerapan harga, Posisi keuangan, Kualitas produksi serta Kapasitas giling. Harga pokok penjualan (HPP) mengacu pada angka-angka 2004.
Pabrik gula (produsen) Rp. 3.398,-. Dijual ke Pedagang besar Rp. 3.606,-. Dari Pedagang besar ke Grosir Rp. 4.356,-. Dari Grosir ke Pengecer Rp. 4.554,-. Dari pengecer ke konsumen Rp. 4.950,-. Di tingkat penyalur, Net profit Margin yang didapat ialah: tingkat pedagang besar 8,32%, tingkat grosir 3,00%, tingkat pengecer 5,61%.
Biaya terbesar (dalam struktur komponen biaya) di tingkat Pedagang besar ialah biaya transportasi, yaitu biaya muat 32,9%, biaya angkut 24,7% dan biaya bongkar 32,9%. Di tingkat Grosir juga biaya transportasi, yaitu biaya muat 37,42%, biaya angkut 28,06% dan biaya bongkar 22,45%. Di tingkat Pengecer biaya transportasi, yaitu biaya muat 18,91%, biaya angkut 4,73% dan biaya bongkar 7,09%.
Sedang di pos upah karyawan, pekerja dll sebesar 47,29%. Besarnya hal ini bisa dimengerti mengingat jumlah barang yang dijual cukup kecil jumlahnya (hanya 200 kg/minggu).
Dari hasil penelitian ini dapat direkomendasikan perlunya pemangkasan jalur distribusi yang ada sekarang. Dengan adanya modifikasi penyaluran didapat penghematan biaya distribusi sebesar Rp.3.141.736.750,- (lebih dari 3 Milyar rupiah) dalam 1 tahun operasional (1 musim giling).


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Analisis Daya Dukung Saluran Distribusi Terhadap Marjin Penjualan Gula Lokal Di Malang Raya ... (3) - 9756people
Info Petani -
Analisi Marjin Pemasaran Gabah di Kabupaten Bojonegoro...(2)

Petani gabah sering melibatkan lembaga pemasaran didalam mejual produknya. Disamping itu terdapat pula sejumlah fasilitator yaitu golongan yang membantu kegiatan distribusi seperti alat tranportasi, gudang, penjemuran dan lain-lain
Dengan adanya lembaga pemasaran, beberapa proses pemasaran dapat dialihtugaskan dari petani sehingga tugas petani menjadi lebih terbatas pada usaha tani saja. Tetapi perlu diperhitungkan pula didalam pemasaran agar bagian yang diterima petani tidak terlampau kecil. Pada pemasaran komoditi pertanian, sering terjadi pendugaan didalam pemasaran, yaitu banyak sedikitnya keuntungan yang diterima petani tergantung pada panjang pendeknnya rantai pemasaran. Karena setiap lembaga pemasaran merupakan satu badan yang tujuanya untuk memperoleh keuntungan, maka tingkat hargapun akan semakin tinggi seiring dengan banyaknya biaya-biaya dari fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pamasaran.
Tujuan Penelitian ini untuk 1) Mengetahui saluran distribusi gabah di Desa Mojorejo, Kecamatan Kedung Adem, Kabupatan Bojonegoro. 2) Mengetahui perbandingan marjin pemasaran gabah di Desa Mojorejo, Kecamatan Kedung Adem, Kabupatan Bojonegoro.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat 2 jenis saluran pemasaran gabah di desa Mojorejo. Adapun jenis-jenis saluran pemasaran yang banyak melibatkan lembaga-lembaga pemasaran sebagai perantara dapat dilihat dari bagan sebagai berikut:
1. Saluran I
Petani Tengkulak Pedagang Besar  Bulog
2. Saluran II
Petani Pedagang Desa  Pedagang Pengumpul  Pedagang Besar Bulog
Dari penelitian didapatkan hasil petani di Desa Mojorejo tidak menjual gabah langsung ke konsumen, melainkan melalui lembaga-lembaga pemasaran, yaitu tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar dan sistem pasar gabah di Desa Mojorejo merupakan pasar monopoli karena di daerah itu hanya ada 2 pedagang desa dengan 2 saluran pemasaran. Saluran pemsaran pertama memiliki margin pemasaran yang lebih menguntungkan yaitu Rp 515,- dan saluran pemasaran kedua memiliki margin pemasaran sebesar Rp 690,-. Sedangkan Uji t hitung untuk harga jual pada pedagang besar tidak dapat dihitung, hal ini disebabkan penjualan gabah pada pedagang besar ke Bulog sudah diatur dalam peraturan pemerintah sehingga harga jual pedagang besar ke bulog untuk masing-masing saluran adalah sama.


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Analisi Marjin Pemasaran Gabah di Kabupaten Bojonegoro...(2) - 9756people
Info Petani -
Upaya Menentukan Ukuran Bisnis Antara Pabrik Gula & Petani Melalui Perhit. Rendemen dgn Metode Fak.Rendemen,Fak.Overall Recovery &Fak.Kristal ..(1)

Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal sekitar 350 ribu ha pada periode 2000-2005, industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja langsung yang terlibat mencapai sekitar 1,3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif murah. Oleh karena itu, maka dinamika harga gula dalam industri gula nasional akan berpengaruh langsung terhadap laju inflasi, kesempatan kerja dalam distribusi pendapatan serta alokasi sumber daya lahan yang makin kompetitif. Sejarah pernah menunjukkan bahwa Indonesia mengalami era kejayaan industri gula pada tahun 1930-an, produktivitas habluh 14,8 ton/ha dan rendemen mencapai 11% - 13,8%. Dengan produksi puncak mencapai sekitar 3 juta ton, ekspor gula pernah mencapai sekitar 2,4 juta ton. Kini, Indonesia merupakan salah satu importir gula terbesar di dunia dengan volume impor rata-rata sekitar 1,5 juta ton pada dekade terakhir, (Susila dan Supriono, 2006).
Program akselerasi peningkatan produktivitas gula nasional tahun 2002-2007, diharapkan produksi gula ditargetkan meningkat rata-rata 9,6% per tahun sehingga pada tahun 2007, Indonesia bisa menghasilkan 3,0 juta ton gula (Rini S., 2006).
Penurunan produksi berjalan sejak diberlakukannya Inpres no. 9 tahun 1975 dan diperparah dengan deregulasi bidang pertanian berupa UU no. 5 tahun 1992 serta Demonopoli BULOG pada tahun 1998, perlu dicegah dengan meningkatkan keunggulan daya saing industri gula (Anonim, 2004).
Produksi gula nasional, luas areal produktivitas lahan, inefisiensi on-farm dan off-farm, pergeseran areal ke lahan marginal, kebijakan pergulaan nasional dan perdagangan pasar inernasional yang sangat distorsif merupakan kemelut permasalahan industri gula di Indonesia. Berbagai alternatif solusi bersifat komprehensif dan menyeluruh yang dapat melindungi semua pihak, terasa masih jauh dari harapan padahal era liberalisasi perdagangan sungguh tidak mungkin ditolak. Kalangan fabrikan dan petani tebu bukannya tidak menyadari kalau kunci utama penyelesaian kemelut itu adalah peningkatkan produktivitas, harga pokok produksi (HPP) rendah tanpa batas. Persoalannya, mengapa produktivitas yang berdaya saing tidak kunjung terjawab, lamban, cenderung jalan di tempat? (Adig Suwandi, 2003).
Peningkatan produktivitas gula dapat dilaksanakan dengan meningkatkan hasil bobot tebu dan meningkatkan rendemen. Diantara kedua metode tersebut, meningkatkan rendemen mempunyai nilai keunggulan karena tidak perlu meningkatkan kapasitas giling, dan efisiensi biaya tebang angkut serta biaya prosesing gula (Anonymous, 2004).
Sesuai Surat Edaran (SE) Meneg BUMN perihal Gerakan Peningkatan Rendemen Tebu, diilustrasikan bila rendemen berhasil naik 1% saja di tahun 2006, produksi gula nasional akan mengalami kenaikan 310.000 ton. Artinya jika produksi gula nasional saat ini 2,24 juta ton ditambah 310.000 maka jumlah produksi gula nasional sudah mencapai 2,55 ton. Industri gula nasional telah bangkit (Agus Pakpahan, 2006).
Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 45 tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Peningkatan Rendemen Tebu di Jawa Timur, merupakan langkah lanjutan atas keberhasilan program akselerasi peningkatan produktivitas gula di Jawa Timur yang telah mampu meningkatkan areal, produksi namun belum diikuti peningkatan rendemen yang memadai.
Paradigma petani tebu rakyat, bobot sudah lama menjadi orientasi dan tolok ukur pendapatan produksi. Transfer teknologi budidaya terhambat akibat tidak dirasakan adanya perbedaan nilai tambah secara signifikan dari penerapan teknologi budidaya yang benar. Bisnis pembelian tebu serta bobot pada petani daun semakin subur menjadikan orientasi pemeliharaan dengan maksimalisasi pemupukan Nitrogen.
Salah satu hambatan ketidakpercayaan petani kepada pabrik gula adalah perhitungan rendemen atas pasok tebu rakyat. Belajar dari pengalaman hancurnya banyak usaha bisnis disebabkan karena tidak adanya kepercayaan (trust); kehormatan (respect), kebenaran menyatakan apa adanya (candor), maka kesenjangan hubungan petani tebu dan pabrik gula atas penilaian rendemen harus mendapat perhatian serius (Anonymous, 2004).
Agar program peningkatan rendemen dapat terlaksana, maka diperlukan perubahan sistem yang menghargai prestasi petani secara individual maupun pabrik gula. Untuk itu perlu dikaji formula yang dapat menilai mutu (rendemen) bahan baku tebu dan efisiensi pabrik secara lebih akurat, sehingga hubungan bisnis dan kemitraan petani - pabrik gula terjalin dengan kondusif (Anonymous, 2004)
Beberapa metode perhitungan rendemen tebu antara lain menggunakan faktor rendemen, Faktor Overal Recovery, dan Factor Eksternal. Saat ini yang umum dilakukan adalah menggunakan faktor rendemen.
Rendemen merupakan tema tertinggi dalam produktivitas dan berskala ekonomi bagi pelaku bisnis industri gula, maka ketepatan perhitungan rendemen sesuatu hal yang mendesak, sehingga kepercayaan antara pabrik gula dan petani sebagai mitra bisnis terbangun. Dari metode-metode perhitungan rendemen tersebut, apakah didapatkan hasil rendemen yang berbeda?. Dan metode manakah yang lebih bisa diterima oleh semua pelaku bisnis tebu (stakeholder) dipandang dari skala bisnis?



Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Upaya Menentukan Ukuran Bisnis Antara Pabrik Gula & Petani Melalui Perhit. Rendemen dgn Metode Fak.Rendemen,Fak.Overall Recovery &Fak.Kristal ..(1) - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit