728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
BERBUNGA





anak ku bilang itu kaktus.... saat ini kaktus itu telah mengeluarkan bunganya... cukup indah... tapi kok bunga nya banyak di dekati dan di keruminin sama lalat hijau... padahal bau nya tidak busuk atau berbau tidak enak... padahal dia bukan bunga bangkai yang katanya ketika mengeluarkan bunga nya akan menyebarkan bau tidak sedap... kenapa ya ?
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: BERBUNGA - 9756people
Info Petani -
MANFAAT LIDAH BUAYA (Aloevera)
Siapa yang tidak mengenal lidah buaya (Aloe vera)? Lidah buaya adalah satu jenis tanaman sukulen yang dewasa ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi, bahan kosmetika dan berbagai produk olahan makanan dan minuman. Mengingat begitu banyak manfaat dan khasiat yang terkandung didalamnya, tanaman ini sering dijuluki sebagai “Tanaman Ajaib”, “Tanaman untuk Luka Bakar”, “Tanaman Penyembuh”, “Mutiara Hijau”, atau “Tanaman Keabadian”. Bahkan lidah buaya menjadi salah satu dari 10 jenis tanaman terlaris dan terfavorit di dunia yang dikembangkan secara luas di Amerika Serikat, Meksiko, Karibia, Israel, Australia, Thailand, dan beberapa negara di Eropa.

Tanaman Lidah buaya dibudidayakan secara intensif di Indonesia mulai beberapa tahun yang lalu, utamanya di Pontianak, Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan untuk memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor terutama ke Jepang. Jepang adalah negara pengguna lidah buaya terbesar di dunia, kebutuhan akan lidah buaya segar tidak kurang 20 kontainer (300 ton) per bulan yang sementara ini banyak dipasok oleh Brazil dan Thailand.

Walaupun dikenal 350 jenis Aloe, hanya lima jenis yang diusahakan secara komersial, yaitu Aloe vera (Aloe barbadensis Miller atau Caracao aloe), Aloe perryi, Aloe ferox, Aloe Arborescens dan Aloe Saponaria. Dari kelima jenis Aloe tersebut, hanya Aloe vera yang paling berpotensi dikembangkan guna memenuhi kebutuhan industri farmasi, pangan dan kosmetika.

Tanaman ini mudah diperbanyak dan relatif tidak menuntut pemeliharaan intensif baik di lahan pekarangan, dalam pot atau polibag. Lidah buaya dapat tumbuh mulai di daerah dataran rendah sampai pegunungan. Untuk berproduks i secara optimal, lidah buaya menghendaki ketinggian 200 – 700 m dpl. dengan jenis tanah aluvial, latosol, podsolik, andosol, atau regosol dengan drainase yang cukup baik. Di daerah yang bersuhu antara 16oC – 33oC , lidah buaya dapat tumbuh baik dengan curah hujan 1.000 – 3.000 mm kubik per tahun dan musim kering agak panjang.

Budidaya lidah buaya sebaiknya dilakukan secara organik (dengan pupuk kandang dan tanpa pestisida) serta menjaga sanitasi lingkungan dan pemeliharaan lainnya yang intensif. Apalagi, tanaman ini relatif sedikit hama dan penyakit yang mengganggunya, maka besar kemungkinan produktivitasnya akan tinggi. Dengan asumsi penanaman lidah buaya dilakukan secara intensif, berat panenan setiap pelepah bisa mencapai 0,8 – 1 kg dan populasi per hektar mencapai 7.000-10.000 tanaman. Dengan demikian, 1 ha lahan dapat menghasilkan 5,6 -10 ton berat basah. Di pasaran, harga pelepah segar Rp 1.300 per kg dan biasanya dijual dalam bentuk cendol lidah buaya untuk dikonsumsi. Produk olahan berupa minuman sari lidah buaya biasanya dijual dengan harga Rp 1.500 – 2.000 per gelas (cup).

Sebanyak 95% lidah buaya mengandung air, sisanya adalah bahan aktif (active ingredients) seperti: minyak esensial, asam amino, mineral, vitamin, enzim dan glikoprotein. Lidah buaya mengandung cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam tanaman ini adalah barbaolin, isobarbaloin, aloe-imodin, aloenin dan aloesin yang mengandung antibiotik. Efek farmakologis lidah buaya diantaranya adalah obat luka bakar, pencahar (laxatic), parasiticide dan memperbaiki pancreas. Juga, tanaman ini sebagai obat sakit kepala, pusing, sembelit (constipation), kejang pada anak, kurang gizi (malnutrition), batuk rejan (pertussis), muntah darah, kencing manis, wasir, dan meluruhkan haid. Dan tak kalah pentingnya, lidah buaya dapat dijadikan sebagai obat alamiah untuk penderita HIV/AIDS karena kandungan polisakarida dan acelated mannose.

Daun lidah buaya digunakan sebagai dasar kosmetika karena mengandung Zn, K, Fe, Vitamin A, asam folat dan kholin. Gel/lendir lidah buaya mengandung vitamin B1, B2, B6, B12, C, E, inositol dan asam folat. Kandungan mineral lidah buaya antara lain adalah kalsium, fosfor, besi, sodium, magnesium, mangan, tembaga dan chromium dan zinc, sedangkan enzim yang terkandung adalah amylase, catalase, cellulose, carboxypeptidase, carboxyhelolase, phophatase, lipase, catalase, creatine phoshokinase, nucelotidase, alkaline, proteolytase, dan lain-lain.
Namun, apabila digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama, lidah buaya berakibat efek samping, misalnya: urine berwarna merah muda (pink) atau merah, dan kerusakan pada ginjal atau diare yang akut, atau jantung berdebar karena kurangnya kadar potasium dalam darah. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berhenti mengkonsumsi lidah buaya dan segera berkonsultasi dengan dokter!

Disamping itu, perlu kehati-hatian dalam mengkonsumsi lidah buaya utamanya bagi: anak-anak dibawah usia 12 tahun, wanita hamil atau merencanakan kehamilan, wanita yang sedang haid dengan pengeluaran darah yang banyak, ibu sedang menyusui, Orang yang mengalami gangguan pada perut dan usus, orang yang mengkonsumsi obat-obatan dari jenis licorine, diuretik, atau kortikosteroid, pengidap penyakit Crohn’s, orang yang mengkonsumsi obat antiarrythimic, dan orang yang setelah operasi laparotomy .

Di negara Hongkong, Taiwan dan Cina, mengkonsumsi lidah buaya sudah membudaya. Masyarakat di sana mengkonsumsi lidah buaya dalam bentuk juice, manisan bahkan dicampur dengan teh. Jika ingin lebih kreatif, daging lidah buaya sebenarnya lezat untuk dijadikan beragam masakan. Produk olahan lidah buaya antara lain: nata the aloe, krupuk, instant lidah buaya, sirup, dodol, selai, tepung, aloe leather dan koktail sampai Aloe vera gel. Kare na teksturnya kenyal dengan rasanya menyegarkan, lidah buaya juga cocok untuk campuran salad dan tumisan.

Melihat berbagai peluang usaha tersebut, baik sebagai bahan baku maupun olahan, lidah buaya menjadi salah satu lahan bisnis domestik maupun ekspor yang sangat menggiurkan. Apalagi, negara kita masih sebagai pengimpor lidah buaya seperti untuk industri sabun, sampho, tepung aloe, dan sari aloe, serta olahan lainnya.***

(Dari berbagai sumber)
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: MANFAAT LIDAH BUAYA (Aloevera) - 9756people
Info Petani -
Budidaya Kacang Panjang ( Vigna spp.)
I. UMUM

1.1. Sejarah


Masyarakat dunia menyebutkan dengan nama Yardlong Beans/Cow Peas. Plasma nutfah tanaman kacang panjang berasal dari India dan Cina. Adapun yang menduga berasal dari kawasan benua Afrika. Plasma nutfah kacang uci (Vigna umbellata) diketemukan tumbuh liar di daerah Himalaya India, sedangkan plasma nutfah kacang tunggak ( Vigna unguiculata) merupakan asli dari Afrika. Oleh karena itu, tanaman kacang panjang tipe merambat berasal dari daerah tropis dan Afrika, terutama Abbisinia dan Ethiopia. Perkembangan paling pesat di negara beriklim panas tropis seperti Indonesia.

1.2. Sentra Penanaman
Sentra penanaman kacang panjang didominasi oleh Pulau Jawa terutama Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, DI Aceh, Sumatra Utara, Lampung dan Bengkulu.

1.3. Jenis Tanaman

Klasifikasi botani tanaman kacang panjang adalah sebagai berikut:
a) Divisi : Spermathophyta
b) Sub Divisi : Angiospermae
c) Class : Dycotyledoneae
d) Ordo : Leguminales
e) Famili : Papiolinaceae
f) Genus : Vigna
g) Spesies : Vigna spp.

Tanaman ini membentuk bintil akar yang memfiksasi nitrogen, sehingga pemupukan N untuk tanaman ini dapat dikurangi.

Spesies kacang panjang yang umum dibudidayakan antara lain:

Kacang panjang tipe merambat (V. sinensis var. sesquipedalis) yang kita kenal sebagai kacang panjang biasa. Varietas yang ditanam adalah varietas unggul KP1 dan KP2, varitas lokal Purwokerto, no 1494 Cikole, Subang, Super Subang , Usus hijau Subang dll.
Kacang panjang tipe tegak yaitu kacang tunggak/tolo/dadap/sapu (V. unguiculata L.), dan kacang uci/ondel (V. umbellata ). Varitas unggul adalah KT1, KT2, KT3.
Kacang panjang hibrida (V. sinensis ssp. Hybridus) seperti kacang bushitao. Varitas yang dirilis adalah No. 10/a, 12/a, 13/a, 14/a, 17/a, 18/a dan EG BS/2.

1.4. Manfaat Tanaman
Buah yang berbentuk polong adalah sumber protein, energi dan mineral yang berguna untuk memenuhi gizi.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

a) Suhu idealnya antara 20-30 derajat C.
b) Tempat terbuka (mendapat sinar matahari penuh).
c) Iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun.

2.2. Media Tanam

a) Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, tetapi yang paling baik adalah tanah Latosol/lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik.
b) Tanah kemasaman (pH) sekitar 5,5-6,5. Bila pH terlalu basa (diatas pH 6,5) menyebabkan pecahnya nodula-nodula akar.

2.3. Ketinggian Tempat

Tanaman ini tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi ± 1500 m dpl, tetapi yang paling baik di dataran rendah. Penanaman di dataran tinggi, umur panen relatif lama dari waktu tanam, tingkat produksi maupun produktivitasnya lebih rendah bila dibanding dengan dataran rendah. Ketinggian optimum adalah kurang dari 800 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIK BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit kacang panjang yang baik dan bermutu adalah sebagai berikut: Penampilan bernas/kusam, daya kecambah tinggi di atas 85%, tidak rusak/cacat, tidak mengandung wabah hama dan penyakit. Keperluan benih untuk 1 hektar antara 15-20 kg.

3.1.2. Penyiapan Bibit
Benih tidak usah disemaikan secara khusus, tetapi benih langsung tanam pada lubang tanam yang sudah disiapkan.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Pembentukan Bedengan

Lahan dibersihkan dari rumput-rumput liar, dicangkul/dibajak sedalam 30 cm hingga tanah menjadi gembur. Buat parit keliling, biarkan tanah dikeringkan selama 15-30 hari. Setelah 30 hari buatlah bedengan dengan ukuran lebar 60-80 cm, jarak antara bedengan 30 cm, tinggi 30 cm, panjang tergantung lahan. Untuk sistem guludan lebar dasar 30-40 cm dan lebar atas 30-50 cm, tinggi 30 cm dan jarak antara guludan 30-40 cm.

3.2.2. Pengapuran

Pengapuran dilakukan jika pH tanah lebih rendah dari 5,5 dengan dosis tergantung kemasaman tanah. Berikan kapur pertanian dalam bentuk kalsit, dolomit, atau zeagro sebanyak 1-2 ton/ha tergantung dari pH awal dan jumlah Alumunium. Kapur dicampur secara merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm.

3.2.3. Pemupukan
Pada saat pembentukan bedengan atau guludan tambahkan 10-20 ton/ha pupuk kandang/pupuk organik Super TW Plus, dengan dosis 4-5 ton/ha dicampur merata dengan tanah sambil dibalikkan

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai.

3.3.2. Cara Penanaman
Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah tipis/dengan abu dapur.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyulaman
Benih kacang panjang akan tumbuh 3-5 hari kemudian. Benih yang tidak tumbuh segera disulam.

3.4.2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam, tergantung pertumbuhan rumput di kebun. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.

3.4.3. Pemangkasan/Perempalan
Kacang panjang yang terlalu rimbun perlu diadakan pemangkasan daun maupun ujung batang. Tanaman yang terlalu rimbun dapat menghambat pertumbuhan bunga.

3.4.4. Pemupukan

Pupuk Dasar
Kacang panjang tipe merambat: Urea 150 kg + TSP 100 kg + 100 kg/ha.
Kacang panjang tipe tegak: Urea 22,5 kg + TSP 45 kg + KCl 45 kg/ha.
Kacang hibrida: 85 kg Urea + 310-420 kg TSP + 210 kg KCl/ha.

Pupuk diberikan di dalam lubang pupuk yang terletak di kiri-kanan lubang tanam. Jumlah pupuk yang diberikan untuk satu tanaman tergantung dari jarak tanam.
Pupuk Susulan
Pupuk susulan tanaman kacang panjang tipe merambat, diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 150 kg/ha. Sedangkan pupuk susulan untuk kacang panjang tipe tegak diberikan 4 minggu setelah tanam, pupuk berupa urea 85 kg/ha.

3.4.5. Pengairan
Pada fase awal pertumbuhan benih hingga tanaman muda, penyiraman dilakukan rutin tiap hari. Pengairan berikutnya tergantung musim.


3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon)
Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan dan penyemprotan dengan insektisida Orthene 75 SP 1 cc/liter.
Kutu daun (Aphis cracivora Koch)
Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman dan penurunan hasil panen. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dengan tanaman bukan famili kacang-kacangan dan penyemprotan insektisida Furadan 3G dan Carbofuran 80 kg/ha.
Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan peraikan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak, perangkap hama kimiawi dan insektisida Suoracide 0,1-0,2%.
Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L)
Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
Ulat bunga ( Maruca testualis)
Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman. Disemprot dengan insektisida yang efektif seperti Sevin pada kosentrasi 0,1%-0,2%.

3.5.2. Penyakit

Antraknose
Penyebab: jamur Colletotricum lindemuthianum. Gejala: serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan fungisida Dithane M-45 dan Cupravit OB 21 0,1-0,2% dan membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman.
Penyakit mozaik
Penyebab: virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV. Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendalian: dengan menggunakan benih yang sehat dan bebas virus, disemprot dengan insektisida yang efektif untuk kutu daun dan tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.
Penyakit sapu
Penyebab: virus Cowpea Witches-broom Virus/Cowpea Stunt Virus. Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang sangat pendek, tunas ketiak memendek dan membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit mosaik.
Layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum E.F. Smith. Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyeabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan mencabut tanaman yang mati.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Panen kacang panjang dibedakan dua macam, yaitu panen polong muda dan polong tua atau biji-bijinya.

Panen polong muda
Dilakukan pada jenis kacang panjang lanjaran (tipe merambat) dan kacang busitao (tipe tegak). Ciri-ciri polong yang siap dipanen adalah ukuran polong telah maksimal, mudah dipatahkan dan biji-bijinya di dalam polong tidak menonjol Waktu panen yang paling baik pada pagi/sore hari. Umur tanaman siap panen 3,5-4 bulan
Panen polong tua
Dilakukan pada jenis kacang panjang tipe tegak seperti kacang tunggak dan kacang uci dan busitao. Ciri-ciri kacang tunggak yang siap panen adalah polong-polongnya telah cukup tua, biji-biji menonjol dan kulit luar berwarna hijau kekuningan. Umur panen 3-3,5 bulan dan waktu panen pada pagi/sore hari.

3.6.2 Cara Panen

Cara panen pada tanaman kacang panjang tipe merambat dengan memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Sedangkan untuk kacang pancang tipe tegak dengan cara mencabut/memotong pangkal batang tanaman setinggi 10-15 cm dari permukaan tanah.

3.6.3. Perkiraan Produksi
Produksi polong muda per satuan luas dapat mencapai minimal 2,0 ton/ha, tergantung varietasnya. Pada varietas KP-I dapat mencapai 6,2 ton/ha dan KP-2 sebesar 2,1 ton/ha. Dan produksi kacang panjang tipe tegak berkisar antara 2,0-5,0 ton biji kering.

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan
Selepas panen, polong kacang panjang dikumpulkan di tempat penampungan, lalu dicuci dan ditiriskan. Untuk polong tua setelah dikumpulkan, lalu polong dikeringkan dengan cara dijemur sampai kadar air 12-14%.

3.7.2. Penyortiran

Memisahkan polong muda yang baik dengan yang rusak. Untuk sasaran pasar ekspor, kriteria mutu polong muda yaitu ukuran polong minimal 20 cm, tingkat ketuaan polong tergolong muda, penampakan biji tidak menonjol dan warna hijau dan segar. Sedangkan untuk polong tua yang sudah kering dipisahkan dari kulit polong, dan biji dikeringkan sampai 12%-14% kadar airnya.

3.7.3. Penyimpanan
Untuk mempertahankan kesegaran polong, penyimpanan sementara sebelum dipasarkan sebaiknya di tempat teduh. Penggunaan remukan es/lemari pendingin, sedangkan polong tua disimpan di dalam kaleng dan diletakkan di tempat yang kering dan sirkulasi udara baik.


3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg. Ikatan dikemas dalam karung goni yang berventilasi/dikemas dalam kantong plastik polytelyne. Alat angkut yang digunakan dapat dengan cara dipikul, menggunakan jasa kendaraan/alat transportasi lainnya. Untuk polong tua dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah sebaiknya dicampur dulu dengan minyak jagung supaya terhindar dari hama penggerek biji.

Penanganan dalam pengemasan kacang panjang dalam bentuk polong tua adalah sebagai berikut:
a) Campurkan biji kacang dengan minyak jagung (10 cc/kg biji).
b) Biji kacang ditempatkan dalam wadah bersih dan ditutup rapat.
c) Biji kacang disimpan di ruangan yang kering dan bersih.

IV. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

4.1. Analisis Usaha Budidaya

Biaya produksi 1 ha kacang panjang adalah Rp. 5.336.500. Dengan hasil panen 8.000 kg dan harga jual Rp. 1.000, maka keuntungan dari satu musim tanam adalah Rp. 2.663.500. Berikut ini dicantumkan perkiraan analisis budidaya kacang panjang tipe menjalar seluas 1 ha selama 1 musim tanam (4 bulan) di daerah Bandung, Jawa Barat tahun 1999.

Biaya produksi
Sewa lahan 1 hektar (4 bulan)
Benih: 10 kg
Pupuk
- Pupuk kandang: 10 ton @ Rp. 150.000,-
- Urea: 300 kg @ Rp. 1.100,-
- SP-36: 100 kg @ Rp. 1.900,-
- KCl: 100 kg @ Rp. 1.650,-
Pestisida
Penanaman dan pemeliharaan
- Pemupukan dan penanaman: 5 HKP + 10 HKW
- Turus: 10.000 batang @ Rp. 50
- Pemnyiangan, turus dan semprot 5 HKP+35 HKW
Panen dan pasca panen 5 HKP + 25 HKW
Biaya tidak terduga
Jumlah biaya produksi
Pendapatan : 6.000 kg @ Rp. 2.000,-
Keuntungan

4.2. Gambran Peluang Agribisnis

Kacang panjang di Indonesia merupakan mata dagangan sehari-hari. Pendayagunaan kacang panjang sangat beragam, yakni dihidangkan untuk berbagai masakan mulai dari bentuk mentah sampai masak. Prospek ekonomi dan sosial kacang panjang sangat cerah, sehingga budidaya kacang panjang cukup menjanjikan.

Dalam tahun-tahun terakhir banyak permintaan baik dalam maupun luar negeri, dimana permintaan tersebut belum terpenuhi. Kacang panjang juga dipromosikan sebagai sumber protein dan mineral. Dengan demikian sayuran ini menarik perhatian konsumen yang mengerti arti nilai gizi dan kualitas makanan.

V. STANDAR PRODUKSI

5.1. Ruang Lingkup
Standar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan kacang panjang.

5.2. Diskripsi
5.3. Klasifikasi dan Standar Mutu
5.4. Pengambilan Contoh

Contoh diambil secara acak dari sejumlah kemasan, setiap kemasan diambil sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat sampai diperoleh contoh paling sedikit 3 kg untuk di analisis. Jumlah Kemasan yang diambil dalam pengambilan contoh dalam lot adalah:
a) Jumlah kemasan 1 sampai 100, contoh yang diambil=5.
b) Jumlah kemasan 101 sampai 300, contoh yang diambil=7.
c) Jumlah kemasan 301 sampai 500, contoh yang diambil=9.
d) Jumlah kemasan 501 sampai 1000, contoh yang diambil=10.
e) Jumlah kemasan lebih dari 1000, contoh yang diambil=minimum 15.

5.5. Pengemasan

Polong kacang panjang diikat dengan bobot maksimal 1 kg. Ikatan dikemas dalam karung goni yang berventilasi/dikemas dalam kantong plastik polytelyne. Untuk polong tua dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah sebaiknya dicampur dulu dengan minyak jagung supaya terhindar dari hama penggerek biji.

Pemberian merek dibagian luar keranjang dengan memberi label dengan tulisan sebagai berikut:
a) Nama barang.
b) Jenis mutu.
c) Nama/Kode perusahaan/eksportir.
d) Produksi Indonesia.
e) Negara/tempat tujuan.

VI. REFERENSI

6.1. Daftar Pustaka

a) Rahmat Rukmana, Ir. 1995. Bertanam Kacang Panjang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
b) Trubus No. 183. 1995.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Budidaya Kacang Panjang ( Vigna spp.) - 9756people
Info Petani -
Tenaga Kerja Keluarga dalam usahatani Padi Sawah
I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian di Kabupaten Kerinci merupakan suatu sektor pembangunan yang sangat penting diperhatikan dalam perannya terhadap perekonomian daerah, terlebih lagi di wilayah pedesaan. Pembangunan dan pertanian diprioritaskan pada sub sektor tanaman pangan melalui upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani untuk terwujudnya kesejahteraan petani dan keluarganya.
Pembangunan sub sektor tanaman pangan di wilayah pedesaan Kabupaten Kerinci, cirinya adalah peningkatan pendapatan melalui Intensifikasi, khususnya tanaman padi sawah. Ciri ini erat kaitannya dengan keterbatasan lahan yang dihubungkan dengan pelestarian kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Kemudian ciri lain pembangunan pertanian pedesaan adalah mengarah kepada perluasan kesempatan kerja pertanian dan luar sektor pertanian. Dampak dari pembangunan pertanian diharapkan adalah semakin luasnya lapangan kerja di pedesaan sebagai alternatif pengurangan tenaga pengangguran musiman dan sumber penghasilan petani dan keluarganya.
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan petani dalam pelaksanaan usahataninya. Tenaga kerja adalah suatu faktor produksi yang utama, sebab faktor tersebut menentukan kedudukan petani dalam usahataninya, dengan artian bahwa petani dalam usahataninya tidak hanya menyumbangkan tenaga kerja saja, tetapi adalah pemimpin usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan. Tenaga kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga, yang terdiri dari tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak dan tenaga kerja ternak.
Dilihat dari curahan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian Kabupaten Kerinci untuk setiap 100 orang pria yang bekerja di desa, 77 orang bekerja di sektor pertanian dan 23 orang bekerja di sektor non pertanian dan untuk setiap 100 orang wanita bekerja di desa, 80 orang di sektor pertanian dan 20 orang bekerja di sektor non pertanian. Wanita pada umumnya bekerja 29 jam perminggu dan pria pada umumnya bekerja 35 jam perminggu. Potensi tenaga kerja dalam keluarga merupakan hal yang penting karena merupakan dasar pertimbangan dalam penetapan alternatif usahatani.

II. Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi

Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja terlihat dari tersedianya tenaga kerja, tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhatikan. Selanjutnya dikatakan bahwa setiap produksi diperlukan tenaga kerja yang memadai, jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai dengan tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal.
Dalam usahatani, sebagian besar tenaga kerja berasal dari tenaga kerja keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri dan anak-anak petani, tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang.
Potensi tenaga kerja keluarga petani merupakan jumlah tenaga kerja potensial yang selalu tersedia tetap pada suatu keluarga petani yang dapat meliputi bapak, ibu, anak dan keluarga lain dalam suatu rumah tangga yang merupakan tanggungan petani.
Potensi tenaga kerja dalam keluarga merupakan hal yang penting karena dapat dijadikan dasar perkembangan dalam pemilikan alternatif usahatani.
Untuk mengetahui potensi tenaga kerja keluarga harus dilipatkan atau dikalikan pencurahan dalam satu tahun seorang tenaga kerja pria 330 HK dalam setahun, tenaga kerja wanita 226 HK dalam setahun dan anak-anak 140 HK dalam setahun. Hal ini dihitung optimal tersedia pekerjaan dalam kondisi normal.
Potensi tenaga kerja keluarga harus dilipatkan atau dikalikan pencurahannya dalam satu tahun, seorang tenaga kerja pria akan bekerja 300 HK (hari kerja) dalam satu tahun, tenaga kerja wanita 220 HK dan anak-anak 140 HK dalam satu tahun.

III. Pengelolaan Usahatani

Kegiatan awal yang dilakukan dalam usahatani padi sawah adalah pengolahan tanah dengan maksud agar tanah lebih mudah ditanami, kegiatan awal dari pengolahan tanah adalah mencangkul tanah tersebut. Kemudian dilakukan pengemburan agar tanah tidak lagi berbentuk bongkahan, bersamaan dengan penggemburan dilakukan pembersihan pematang sawah dari ruput agar pematang sawah bersih alat yang digunakan biasanya cangkul parang dan sabit.
Kegiatan yang kedua dalam usahatani padi sawah adalah penyemaian yang waktunya hampir bersamaan dengan pengolahan tanah, lahan penyemaian dibuat dalam petakan sawah dengan ukuran yang sesuai sehingga benih yang disemaikan mencukupi untuk luas lahan yang diusahakan, kegiatan ini diawali dengan mencangkul lahan sawah dan membuat tanah menjadi lunak lalu didatarkan untuk menyebar bibit persemaian, setelah bibit berumur 27 hari paling lama 1 bulan maka benih dicabut dan siap ditanam pada lahan yang diusahakan.
Kegiatan selanjutnya adalah pencabutan benih dan persemaian dan penanaman benih kelahan sawah dengan jarak tanam yang bervariasi sesuai dengan kebiasaan petani di daerah tersebut dan umumnya kegiatan ini dilakukan oleh wanita, sebelum penanaman biasanya dilakukan pemupukan untuk kesuburan tanah.
Satu bulan setelah tanam dilakukan penyiangan agar tanaman bersih dari tumbuhan pengganggu sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, alat yang digunakan dalam penyiangan biasanya sabit dan parang, penyiangan di daerah penelitian biasanya dilakukan oleh tenaga kerja wanita.
Kegiatan terakhir pada usahatani padi sawah adalah panen, kegiatan ini diawali dengan pemotongan batang padi dengan menggunakan sabit, setelah batang padi dipisahkan, barulah dilakukan perontokan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia, dimana batang padi dipukulkan kekayu atau benda keras lainya agar padi dapat terpisahkan dari tangkainya, kemudian dilakukan pemisahan sampah atau daun padi yang tertinggal pada saat melakukan perontokkan.

Pengelolaan usahatani padi sawah di Kabupaten Kerinci pada umumnya yang bekerja adalah tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita, sedangkan untuk tenaga kerja anak-anak tidak ditemukan. Tenaga kerja yang bekerja pada usahatani padi sawah selain tenaga kerja dari dalam keluarga juga terdapat tenaga kerja dari luar keluarga ini untuk menutupi kekurangan tenaga kerja yang ada dalam keluarga. Biasanya tenaga kerja dari luar keluarga ini disebut dengan tenaga kerja upahan.


IV. Curahan Jam Kerja Pada Usahatani Padi Sawah

Curahan jam kerja usahatani keluarga dan curahan jam kerja upahan adalah waktu yang digunakan secara langsung tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja upahan dalam pengelolaan usahatani padi sawah dalam bentuk curahan jam kerja selama satu kali musim tanam.
Kegiatan yang dihitung curahan jam kerjanya selama satu musim tanam meliputi kegiatan pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, penyiangan dan panen. Untuk melihat jam kerja pada pengelolaan usahatani baik jam kerja upahan maupun jam kerja keluarga pada pengelolaan
Rata-rata jumlah jam kerja upahan adalah sebesar 48,42 HK/musim/Ha (45,47%) untuk tenaga kerja upahan pria, 58,07% HK/musim/Ha (54,53%) untuk tenaga kerja upahan wanita, sedangkan rata-rata jumlah jam kerja keluarga yakni sebesar 7,21 HK/musim/Ha (45,40%) untuk tenaga kerja keluarga pria dan 8,67 HK/musim/Ha (54,60%) untuk tenaga kerja keluarga wanita.
Dari rata-rata jumlah jam kerja upahan pria lebih kecil dari jumlah jam kerja upahan wanita, sedangkan rata-rata jumlah jam kerja keluarga untuk rata-rata jam kerja keluarga pria lebih kecil dari rata-rata jumlah jam kerja keluarga wanita.
Adapun perbedaan jam kerja tenaga kerja upahan pria dan tenaga kerja keluarga pria dengan tenaga kerja upahan wanita dan tenaga kerja keluarga wanita ini erat kaitannya dengan gender dimana kebiasaan masyarakat setempat untuk kegiatan penyemaian, penanaman, dan penyiangan mereka menggunakan tenaga kerja upahan wanita dengan anggapan bahwa kegiatan tersebut lebih
ringan dan tidak memerlukan tenaga yang lebih besar serta memerlukan ketelitian, disamping itu juga untuk mengurangi biaya produksi, dimana biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja wanita lebih kecil dibandingkan dengan upah tenaga kerja pria.
Untuk pengolahan tanah dan panen tenaga kerja pria yang biasa digunakan baik untuk tenaga kerja upahan maupun tenaga kerja keluarga. Tenaga pria biasa digunakan karena tenaga kerja pria mempunyai tenaga yang lebih besar dibandingkan tenaga kerja wanita.
Gender adalah pembagian peran kedudukan dan tugas antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan yang dianggap pantas menurut norma-norma adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat.

V. Curahan Jam Kerja Upahan

1. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dalam usahatani padi sawah di Kabupaten Kerinci pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita. Curahan tenaga kerja upahan pria sebesar 22,75 HK/musim/Ha (95,75%) dan curahan tenaga kerja upahan wanita yakni 1,01 HK/musim/Ha (4,25%).
Dalam pengolahan tanah tenaga kerja upahan pria lebih banyak digunakan dibandingkan dengan tenaga kerja wanita, karena pada kegiatan pengolahan tanah ini diperlukan tenaga yang cukup besar sehingga kegiatan pengolahan tanah ini lebih didominasi oleh tenaga pria. Walaupun ada diantaranya tenaga kerja wanita yang ikut dalam kegiatan pengolahan tanah tapi hanya sekedar membantu.

2. Penyemaian
Penyemaian bibit adalah salah satu kegiatan dalam usahatani padi sawah yang meliputi kegiatan pembuatan tempat penyemaian, penyebaran bibit dan pencabutan bibit dari persemaian.
Curahan jam kerja upahan pria 0,06 HK/musim/Ha (0,34%) lebih kecil dibandingkan dengan curahan jam kerja upahan wanita 0,50 HK/musim/Ha ( 99,66%). Penggunaan tenaga wanita untuk kegiatan penyemaian biasa dilakukan karena pada kegiatan penyemaian ini memerlukan ketelitian dan tidak memerlukan tenaga yang lebih besar.
Adanya waktu musim tanam yang berbeda-beda sehingga setelah dilakukan pengolahan tanah oleh tenaga kerja pria pada waktu musim tanam pertama maka tenaga kerja pria akan berpindah lagi untuk melakukan pengolahan tanah pada hamparan yang lain

3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam yang bervariasi untuk setiap petaninya sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaan yang mereka lakukan. Curahan jamkerja upahan pria pada kegiatan penanaman sebesar 0,08 HK/musim/Ha (0,34%), tenaga kerja upahan wanita sebesar 23,65 HK/musim/Ha (99,66%), ini berarti kegiatan penanaman dilakukan oleh tenaga kerja upahan wanita.
Menurut norma dan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat diKabupaten Kerinci kegiatan penanaman dilakukan oleh tenaga kerja wanita, hal ini juga disebabkan oleh karena di daerah Kabupaten Kerinci lebih kurang ada enam waktu musim tanam. Tenaga kerja pria umumnya melakukan kegiatan yang memerlukan tenaga yang lebih besar dan selalu berpindah-pindah sesuai dengan waktu musim tanam, dimana setelah melakukan kegiatan pengolahan tanah pada hamparan I akan pindah lagi melakukan kegiatan pengolahan tanah pada hamparan II dan seterusnya. Tenaga kerja upahan pria selalu bekerja pada kegiatan pengolahan tanah, dan hanya sebagian kecil tenaga kerja upahan pria yang membantu dalam kegiatan penanaman, karena tenaga kerja upahan pria lebih banyak bekerja pada kegiatan pengolahan tanah pada hamparan yang berbeda-beda dengan waktu musim tanam yang berbeda pula.

4. Penyiangan
Penyiangan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuang atau memisahkan tanaman pengganggu dari tanaman padi sawah. Untuk lebih jelasnya distribusi penggunaan tenaga kerja upahan pada kegiatan penyiangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Curahan jam kerja upahan pria sebesar 0,14 HK/musim/Ha (0,47%) dan curahan jam kerja upahan wanita sebasar 29,90 HK/musim/Ha (99,53%). Tenaga kerja wanita lebih besar digunakan dalam kegiatan penyiangan karena pada kegiatan penyiangan memerlukan ketekunan dan ketelitian sehingga kebiasaan masyarakat pada umumnya di
daerah Kabupaten Kerinci menggunakan tenaga kerja wanita karena pada kegiatan penyiangan tidak memerlukan tenaga yang besar sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan tenaga kerja wanita.

5. Panen
Panen adalah kegiatan pengambilan hasil usahatani padi sawah kegiatan ini diawali dengan pemotongan batang padi dengan menggunakan sabit setelah batang padi dipisahkan maka kegiatan berikutnya adalah perontokan dari tangkainya.
Curahan jam kerja upahan pria lebih besar dari curahan jam kerja upahan wanita. Curahan jam kerja upahan pria sebesar 25,39 HK/musim/Ha (89,40%) dan curahan jam kerja upahan wanita sebesar 3,01 HK/musim/Ha 10,60%).
Pada kegiatan panen penggunaan tenaga kerja upahan pria lebih banyak dari tenaga upahan wanita karena pada kegiatan panen memerlukan tenaga yang
cukup besar dan menurut norma dan kebiasaan yang berlaku di daerah Kabupaten Kerinci tenaga kerja upahan pria melekukan kegiatan ini. Walapun tenaga kerja wanita ikut terlibat, tetapi hanya membantu tenaga kerja pria seperti pada kegiatan pembersihan dan pengalengan dan kegiatan yang ringan lainnya..


VI. Curahan Jam Kerja Keluarga

Penggunaan tenaga kerja keluarga pada umumnya berakar pada keyakinan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dapat memberikan keuntungan terutama penghematan penggunaan tenaga kerja luar keluarga atau mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan. Sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat dikurangi.
Pada tabel berikut disajikan rata-rata curahan jam kerja keluarga yang digunakan dalam usahatani padi sawah dihitung dalam HK/musim/Ha.
Rata-Rata Curahan Jam Kerja Keluarga Pada Usahatani Padi Sawah.

Kegiatan Usahatani
Padi Sawah Rata – rata Hari Jam Kerja Keluarga HK / Musim / Ha
Jenis Tenaga Kerja Persentase ( % )
Pria Wanita Jumlah Pria Wanita Jumlah
Pengolahan Tanah
Penyemaian
Penanaman
Penyiangan
Panen 2,10
1,08
1,28
1,25
1,50 1,53
1,79
1,85
1,81
1,69 3,63
2,87
3,13
3,06
3,19 57,85
37,63
40,89
40,85
47,02 42,15
62,37
59,11
59,15
52,98 100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
TOTAL 7,21 8,67 15,88 45,40 54,60 100,00

Dari tabel diatas dapat dilihat total tenaga kerja keluarga pria yang diserap dalam kegiatan usahatani padi sawah yang meliputi kegiatan pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, penyiangan dan panen sebesar 7,21 HK / Musim / Ha ( 45,40 % ) dan total tenaga kerja keluarga wanita sebesar 8,67 HK / Musim / Ha ( 54,60 % ).
Penggunaan tenaga kerja keluarga dipengaruhi dari jumlah tanggungan keluarga, dimana semakin banyak tanggungan keluarga akan semakin banyak pula membantu dalam kegiatan usahatani padi sawah tersebut.
Peran aktif tenaga kerja dalam rumah tangga dapat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan pengelolaan usahatani padi sawahnya. Semakin banyak tanggungan dalam rumah tangga maka semakin besar dorongan petani untuk meningkatkan usahanya dan semakin besar pula tenaga kerja keluarga yang membantu dalam kegiatan usahataninya, sehingga dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan.
Peran tenaga kerja keluarga dapat dilihat dari curahan jam kerja keluarga dalam usahatani padi sawah. Yang dimaksud dengan curahan jam kerja keluarga pada
usahatani padi sawah adalah waktu yang digunakan tenaga kerja keluarga dalam usahatani padi sawah pada kegiatan pengolahan tanah, penyemaian, penanaman, penyiangan, dan panen.
Total rata – rata tenaga kerja keluarga yang diserap untuk usahatani padi sawah adalah sebesar 15,88 HK / Musim / Ha (12,98%) dari keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani padi sawah. Apabila total tenaga kerja yang diserap pada kegiatan usahatani padi sawah dikurangi dengan total tenaga kerja upahan yang digunakan merupakan selisih penggunaan tenaga kerja keluarga. Selisih tersebut diartikan sebagai jumlah penghematan penggunaan tenaga kerja upahan sebagai akibat penggunaan tenaga kerja keluarga. Besarnya penghematan tenaga kerja upahan adalah sebesar 15,88 HK / Musim / Ha ( 12,98 % ). Penghematan tenaga kerja tersebut secara langsung akan mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam melaksanakan kegiatan usahataninya.
Penggunaan tenaga kerja keluarga dapat mengurangi jumlah penggunaan tenaga kerja upahan sebesar 12,98 % ( 15,88 HK / Musim / Ha )* dari total tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahataninya. Penggunaan tenaga kerja keluarga secara langsung dapat mengurangi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga.
Mengingat pentingnya tenaga kerja keluarga dalam mengurangi penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga / upahan sehingga biaya produksi dapat dikurangi dan hal ini akan dapat mempengaruhi pendapatan petani maka penggunaan tenaga kerja keluarga ini harus terus dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani padi sawah.








DAFTAR PUSTAKA

Agung, I.G.N. dkk. 1994. Teori Ekonomi Makro, Suatu Analisis Produksi Terapan. Penerbit FE. UI. Jakarta.
Anonymous. 1991. Laporan Penelitian Pengukuran Kemampuan Daerah Tingkat II dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Nyata dan Bertanggung Jawab. Buku II Kab. Kerinci. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jambi.
_________. 1993. Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I Jambi Tahun Anggaran 1995/1996 – 1998/1999. Buku III Bapedda Jambi. Jambi.
_________. 1995. Rencana Pembangunan Lima Tahun ke Enam Daerah tingkat I Prop. Jambi. Pemerintah Daerah Tingakat I Jambi. Jambi.
_________. 1998. Wanita dan Pria di Prop. Jambi. Kerjasama Bapedda dan BPS Prop. Jambi. Jambi.
Fitri. 2000. Analisis Distribusi Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Gunung Kerinci Kab. Kerinci. Skripsi Fakultas Pertanian Univ. jambi. Jambi.
Gilarso, T. 1992. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Kanisius. Yogyakarta.
Hernanto. 1994. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nuraini, Ida dan Hidayat, Herman. 2001. Manajemen Usaha Tani. Universitas Terbuka. Dep. Pendidikan Nasional Jakarta.
Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. PT. Bina Aksara. Jakarta.
Syofia, Khamri. 2005. Analisis Curahan Jam Kerja Keluarga Pada Usahatani Padi Sawah (Skripsi). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mosher, AT. 1987. Menggerak dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.
Soekartawi. 1991. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. Penerbit Rajawali Pres. Jakarta.
Tohir, Ak. 1993. Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani Indonesia Bagian I dan II. Penerbit Aksara. Jakarta.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Tenaga Kerja Keluarga dalam usahatani Padi Sawah - 9756people
Info Petani -
MURBAI (Morus alba L.)
Pohon murbai selama ini banyak dikenal sebagai penghasil buah untuk bahan dasar selai. Daunnya merupakan makanan ulat sutra. Namun, pemanfaatan daun dan ranting pohon murbai sebagai makanan ternak seperti sapi, kambing dan kelinci belum banyak diketahui. Buah murbai juga terbukti dapat meningkatkan kesehatan ayam.




Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: MURBAI (Morus alba L.) - 9756people
Info Petani -
BAWANG DAUN
Bawang daun merupakan jenis sayuran dari kelompok bawang yang banyak digunakan dalam masakan. Dalam seni masak Indonesia, daun bawang bisa ditemukan misalnya dalam martabak telur, sebagai bagian dari sop, atau sebagai bumbu tabur seperti pada soto.
Bawang daun sebenarnya istilah umum yang dapat terdiri dari spesies yang berbeda. Jenis yang paling umum dijumpai adalah bawang daun (Allium fistulosum). Jenis lainnya adalah A. ascalonicum, yang masih sejenis dengan bawang merah.

Bawang daun bisa tumbuh di dataran rendah maupun tinggi. Dataran rendah yang terlalu dekat pantai bukanlah lokasi yang tepat karena pertumbuhan bawang daun menginginkan ketinggian sekitar 250-1.500 m dpl. Di daerah dataran rendah produksi anakan bawang daun juga tak seberapa banyak. Curah hujan yang tepat sekitar 1.500-2.000 mm/tahun. Daerah tersebut sebaiknya juga memiliki suhu udara harian 18-25°C. Tanah dengan pH netral (6,5-7,5) cocok untuk budi daya bawang daun. Bila tanah bersifat asam lakukan pengapuran pada saat pengolahan tanah. Jenis tanah yang cocok ialah andosol (bekas lahan gunung berapi) dan tanah lempung yang mengandung pasir.

Daun dan umbi bawang daun mengandung saponin, tanin serta daunnya juga mengandung minyak atsiri. Berkhasiat diuretic, diaforetik dan antiradang. Kegunaan Bawang Daun antara lain sebagai berikut :
• Perut kembung
Cuci sekitar 15 gr bawang daun segar, potong-potong seperlunya. Rebus dengan 2 gelas air selama 15 menit sampai air tinggal 1 gelas. Dinginkan, saring lalu diminum.
• Sesak napas karena flu
Masukkan rajangan daun bawang mentah ke dalam wadah dan campur dengan air panas. Kemudian hiruplah uapnya. Lakukan hal ini beberapa kali sampai hidung terasa lega.
• Bengkak dan bisul
Ambil beberapa helai bawang daun, campur dengan sedikit air remas-remas sampai lembut. Tempelkan remasan itu pada bisul atau bagian tubuh yang bengkak.
• Gigitan serangga
Potong-potong bawang daun, gunakan sebagai obat luar yang ditempelkan pada bagian tubuh yang disengat lebah, gigitan serangga atau gatal berbintik-bintik merah.
• Batuk, flu

Buatlah jus dari 4 helai bawang daun ukuran besar ditambah 1 liter air panas. Saring, lalu minumlah.
• Nyeri sendi
Seduhlah kulit luar bawang daun yang sudah dibersihkan secukupnya. Buatlah semacam teh hangat yang akan memperbaiki sirkulasi darah, khususnya untuk kasus nyeri sendi.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: BAWANG DAUN - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit