728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
SOLUSI ITU BERNAMA PERTANIAN ORGANIK
Semua bilang kita dilanda krisis global, padahal jawabannya berserak di tingkat lokal, ada di desa-desa atau kotakota kecil. Pertanian organik adalah suatu solusi dan keharusan yang harus dilakukan petani. disamping itu, pertanian organik harus berprinsip pertanian terpadu yang berarti
meletakkan kegiatan pertanian sebagai bagian yang utuh bersama dengan peternakan, umah potong hewan, perikanan, perkebunan, dan industri pengolahan hasil pertanian.
Bahkan pengelolaan sampah kota, dimana menjadi masalah besar bagi penduduknya juga dapat dikelola dengan baik asal ada kemauan dari berbagai pihak. Berpikir global bertindak lokal.
Kian beragam komoditas yang dipadukan, kian besar manfaatnya. Pertanian terpadu menghemat banyak hal.
Pertanian terpadu menyediakan jawaban untuk pertanian dan peternakan. Ternak butuh pakan, pertanian butuh pupuk. Keduanya bisa saling menunjang. Petani dapat memanfaatkan gulma sebagai pakan ternak. Begitu juga limbah hasil peftanian seperti dedak, bekatul, batang jagung, jerami, dan kulit kakao. Dari hewan ternak, petani memperoleh sumber nutrisi tanaman berupa urine, kotoran, dan sisa pakan yang dikom poskan. Pola mengelola ladang terpadu seperti itu memungkinkan bila asupan bagi ternak dan kebun berbasis sumberdaya lokal.
Contoh kecil keterpaduan itu mampu mereduksi keempat jenis krisis yang tak hanya mendera orang kota, tetapi juga masyarakat di pelosok Memang baru sebatas lokal. Andai saja model pertanian terpadu diterapkan di semua desa atau kota kecil di seluruh dunia. Bukankah ia menjadi jawaban untuk krisis global? SAMPAH
Krisis pangan antara lain bermula dari penurunan produksi komoditas penghasil pangan. Produksi anjlok karena kesuburan ladang menurun akibat penggunaan pupuk buatan yang kian tahun kian besar penggunaannya. Selain itu ongkos produksi meningkat karena petani tergantung pada pupuk dan pestisida pabrikan. Sebuah kota kecil menghasilkan sampah 130-150 m3 sehari. Kira-kira 75% dari volume itu merupakan sampah organik atau 97,5-1L2,5 m3, Dari jumlah itu dapat dihasilkan 50 ton kompos. ltu sehari!
Padahal setiap 2-2,5 kg kompos cukup untuk memupuk t0 m2 lahan hortikultura. Artinya, setiap hari tersedia kompos untuk lahan seluas 20-25 hektar. Usaha pengomposan
sampah kota memberi sumbangan berarti pada kebutuhan pupuk di kota yang bersangkutan. ltu sekaligus menyelesaikan masalah klise persampahan kota, yakni keterbatasan ruang. Tentu saja, efek domino pengolahan sampah kota menjadi pupuk sangat panjang. Selain meningkatkan kebersihan,kesehatan, estetika, pengolahan itu juga meningkatkan anggaran belanja daerah. Kompos dari sampah kota memiliki nilai jual sebagai sumber pendapatan asli daerah. Pengolahan sampah kota menjadi kompos memiliki multimanfaat. Tentu saja pengomposan sampah kota menjadi alternatif penyelesaian beberapa jenis krisis global saat ini.
Energi baru. Model pertanian terpadu sangat memungkinkan petani untuk membudidayakan tanaman pangan sekaligus memelihara hewan dengan biaya terjangkau. Pertanian berkaitan dengan energi, terutama bahan bakar minyak. Akibat krisis energi biaya transportasi menjadi mahal . Harga pupuk dan pestisida juga melambung.
Krisis ekonomi boleh saja menggoyangkan keuangan sebuah negara, tapi tidak menyentuh petani. Lebih-lebih karena dalam hal pangan, petani berdaulat. Pertanian terpadu memberi kontribusi lebih ketika keterpaduan diisi oleh lebih dari dua
jenis kegiatan.
AYO KITA MULAI DAB!!!
jangan lupa komentarnya yah..

Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: SOLUSI ITU BERNAMA PERTANIAN ORGANIK - 9756people
Info Petani -
Pemuda Petani Indonesia Siap Belajar di Jepang
Oleh
*Muhamad Nasrul Pradana

Pada hari Kamis (4/23), bertempat di National Olympics Memorial Youth Center (NYC), Shibuya Ward, Tokyo telah diadakan upacara penerimaan trainee yang berasal dari Indonesia, Thailand, Malaysia dan Filipina untuk mengikuti pelatihan kepemimpian di Jepang selama satu hingga tiga tahun ke depan. Program pelatihan ini terselenggara atas dukungan dari Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (MAFF) sebagai bentuk realisasi atas bantuan dana yang diberikan Jepang untuk pembangunan sosial ekonomi di Indonesia yang berupa “Bantuan Pembangunan Pemerintah (Official Development Assistance, ODA)”. Adapun pelaksana program utama pelatihan ini adalah Japan Agricultural Exchange Council (JAEC), disamping JICA (Japan International Cooperation Agency) yang telah lama memberikan bantuan dalam proyek kerjasama teknik untuk pengembangan Sumber Daya Manusia di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.

Para peserta trainee yang datang ke Jepang ini, sebelumnya telah mengikuti proses seleksi yang sangat ketat di negara mereka masing-masing selama kurang lebih satu tahun. Untuk trainee Indonesia dikoordinir oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Pertanian, RI. Kemudian, mereka juga telah belajar bahasa Jepang selama kurang lebih 1 (satu) sampai 2 (dua) bulan sebelum berangkat ke Jepang agar dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mereka datang ke Jepang, mereka langsung diberikan pembekalan ilmu-ilmu dasar pertanian di Jepang yang sangat berguna selama kegiatan pelatihan berlangsung.

Mereka juga diikutsertakan kembali dalam pembelajaran khusus bahasa Jepang dengan para guru dan pelatih yang siap membantu mereka sebelum ditempatkan di berbagai daerah, antara lain: Prefektur Chiba, Aichi, Wakayama, Nara, Nagano, Niigata, Kumamoto, Gifu, Miyagi dan lain sebagainya . Namun karena singkatnya waktu belajar, hanya sekitar tiga minggu, mereka masih memiliki banyak kendala dalam berkomunikasi dengan orang Jepang. Disinilah, para trainee perlu berusaha keras untuk selalu belajar dan menggunakan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari sambil bekerja di lapangan nantinya, ungkap salah seorang staf JAEC, Mr. Sakamoto. Tidak ada jalan lain selain belajar keras untuk dapat menerima segala ilmu yang akan diajarkan oleh para induk semang (petani) selama di Jepang.

Peserta trainee ini sengaja dikirimkan dari Indonesia ke Jepang untuk menuntut ilmu pertanian, terutama mengenai teknik bercocok tanam, teknologi pertanian, manajemen pertanian sampai dengan pemasaran produk di sentra-sentra penjualan. Atase Pertanian, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo – Jepang, Bapak Pudjiatmoko, PhD melalui sambutan tertulis karena berhalangan hadir pada upacara pembukaan ini, menyampaikan bahwa tidak hanya ilmu bertani saja yang akan mereka pelajari, namun budaya kerja keras, disiplin dan kerjasama yang kuat perlu juga dipelajari untuk kemudian diterapkan dalam membangun pertanian negara Indonesia. Hasil pelatihan yang didapat oleh para peserta trainee diharapkan dapat berguna dalam melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik “change for the better (kaizen)” dan membangun pertanian di daerah masing-masing setelah kembali ke Indonesia serta menjadi bekal dimasa depan untuk menjadi petani yang tangguh dan teladan.

Diharapkan melalui program pelatihan kepemimpinan petani ini, hubungan persahabatan Indonesia – Jepang dapat semakin meningkat terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia serta “transfer of technology” yang dimiliki oleh petani Jepang kepada para petani Indonesia.

Ketigabelas peserta trainee dari Indonesia ini akan berusaha keras dalam mempelajari teknik pertanian Jepang yang dimulai dari proses produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran. Beberapa trainee mengungkapkan permasalahan utama Pertanian Indonesia saat ini lebih terletak pada proses penentuan harga yang tidak seimbang (terkadang berat sebelah) antara para petani dan tengkulak. Selain itu, dari segi strategi pemasaran juga masih terdapat berbagai kendala bagi petani-petani kecil yang salah satunya disebabkan oleh daya beli masyarakat yang rendah sehingga para petani juga terpaksa menjual produknya dengan harga rendah agar masyarakat kecil dapat mengkonsumsi produk mereka.

Di sela-sela waktu diskusi, salah satu peserta trainee menceritakan pengalamannya dalam menjual produk beras. Para petani menginginkan harga beras tersebut dapat dijual cukup tinggi di pasaran. Namun, jika dijual dengan harga tinggi maka rata-rata karyawan pabrik tidak mampu untuk membeli karena upah yang terlalu minim, sehingga memungkinkan terjadinya masalah kelaparan di suatu daerah. Masalah lainnya, para petani harus siap bersaing dengan hasil produk pertanian murah yang diimpor dari negara-negara tetangga, seperti China dan Thailand. Akibat persaingan harga di pasar setempat, para petani harus menurunkan harga produknya untuk dapat bersaing dengan harga produk impor. Hal ini membuat para petani merasa dirugikan karena terkadang hasil penjualan produk pertanian mereka tidak mampu menutupi biaya produksinya. Permasalahan ini merupakan suatu dilema bagi para petani terutama dalam mencari jalan keluar yang terbaik.

Untuk memecahkan masalah-masalah pertanian Indonesia yang ada saat ini, para peserta trainee bertekad untuk berusaha menemukan jawabannya

Petani teladan selama mengikuti kegiatan program pelatihan ini yang akan memakan waktu sekitar 1 (satu) hingga 3 (tiga) tahun ke depan di Jepang ini. Para petani juga mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah untuk dapat selalu mendukung usaha bisnis pertanian mereka sepulang dari Jepang nantinya. Tanpa dukungan dari pemerintah, para petani tidak dapat berbuat banyak karena terbentur dengan kebijakan perdagangan produk pertanian yang berbelit serta modal yang sangat terbatas. Ketigabelas petani juga mengajak seluruh penduduk Indonesia untuk dapat “mencintai produk dalam negeri” dan mereka akan selalu berusaha memproduksi produk pertanian yang berkulitas agar dapat bersaing dengan produk impor.

Mr. Sakamoto-san dari JAEC juga menambahkan, jika rekan-rekan ingin melakukan perubahan terhadap pertanian Indonesia, hal-hal yang harus dilakukan oleh para peserta trainee adalah selalu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan selalu berpikir maju ke depan dibarengi dengan peningkatan sumber daya manusia. Sakamoto-san juga mengharapkan kepada para trainee agar memiliki keinginan dan keyakinan yang kuat dalam mengikuti program pelatihan ini dengan baik, sehingga para induk semang (petani Jepang) merasa sangat senang dan bangga atas jerih payah yang dilakukan oleh rekan-rekan trainee sekalian selama di lapangan nantinya. Satu hal penting yang harus ditanamkan adalah jagalah nama baik bangsa negara Indonesia selama tinggal di negeri Sakura ini. Ditambahkan pula bahwa para trainee diharapkan “banyak belajar, banyak bekerja dan banyak makan” selama program pelatihan ini berlangsung.

Akhir kata, hal sekecil apapun yang kita pelajari pasti mempunyai makna dan arti, sehingga kita tetap harus terus belajar dan berkarya secara positif untuk menjadi petani kebanggaan bangsa Indonesia.

Minasan, Ganbatte kudasai!!!

*Sekretaris Umum IASA (Indonesian Agricultural Sciences Association) /
Interpreter JAEC (Japan Agricultural Exchange Council)
Tokyo University of Agriculture, Graduate School of Agriculture, Department of International Bio-Business (MSc. Candidate)
3-9-37, Sakuragaoka, Setagaya-ku, Tokyo 156-0054

Sumber: IASA, 26 April 2009
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Pemuda Petani Indonesia Siap Belajar di Jepang - 9756people
Info Petani -
Tanggapan atas rencana Temu Nasional (2)
Kami THL-TBPP Kabupaten Lombok Tengah NTB sangat mendukung ide rencana penyelenggaraan Temu Nasional / Silaturrohmi THL-TBPP Indonesia I.

Tawaran ini sangat menarik karena kami sudah memulai perjuangan sejak beberapa bulan yang lalu, perjuangan untuk nasib kita THL TBPP ini kedepan mau dibawa kemana.

Alhamdulillah kami di Lombok Tengah dan Lombok Timur mendapat appresiasi yang sangat baik dari Masing-masing Pemerintah Daerah dengan merekomendasikan / mengusulkan kami THL TBPP untuk menjadi CPNS dalam surat Bupati Lombok Tengah dan Lombok Timur yang ditujukan kepada Menteri Pertanian dan ditembuskan ke Kementerian terkait dan Gubernur yang Alhamdulillah sudah kami antar lansung ke Kantor Pusat Deptan. Akan tetapi hingga saat ini belum ada respon yang memuaskan dari Pusat atas usulan tersebut.

Keinginan untuk menyatukan visi dan misi THL TBPP se Indonesia Alhamdulillah akhirnya... InsyaAllah akan terlaksana melalui ide Penyelenggaraan Temu Nasional ini, semoga, Aamiin. Salut buat kawan2 panitia yang sudah bersusah payah untuk terselenggaranya acara ini.

Sedikit kami tanggapi Blue Print Proposal Temu Nasional ini:
1. Bahwa Blue Print Proposal sudah bagus namun sedikit kami usul / sarankan agar Nara Sumber ditambah jika bisa Bapak Presiden juga dihadirkan dalam acara tersebut.
2. Agar segera ditetapkan / dimantapkan Penyelenggaraan Acara ini mengenai waktu dan tempat, hal ini menyangkut koordinasi kami dengan kawan2 di kabupaten lain di daerah.
3. No Rek Bank u/ penggalangan dana agar segera diinformasikan.
4. No HP Kontak Person Panitia Penyelenggara yang bisa dihubungi supaya segera diinformasikan.

Demikian tanggapan kami dari Forum THL-TBPP NTB.
(Lalu Satria Negara, SP/081 805 296 081)
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Tanggapan atas rencana Temu Nasional (2) - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit