728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
1 (Satu) Desa 70 (Tujuh Puluh) Penyuluh
Program Pemerintah Republik Indonesia Untuk Pertanian adalah komitmen Revitalisasi Pertanian dan salah satu cara mencapainya adalah mewujudkan program 1 desa 1 penyuluh. Oh betapa dasyatnya, betapa mulianya. Tentulah kesemua itu lahir dari jernih nya olah fikir dan kesungguhan tekad para pengambil keputusan untuk mengembalikan kedaulatan pertanian Indonesia kepada para Petani sekali lagi kepada Petani. Dengan 1 desa 1 penyuluh tentunya adalah langkah berani yang menjadi “keharusan” untuk menyiapkan petani agar mampu “mengolah dan memanajemeni” peradaban dan teknologi pertanian dengan memberi informasi informasi yang paling akurat kepada petani. Informasi yang utuh dan lengkap tentang dunia, bagaimana dunia “was-was”tentang ketersediaan pangan bagi penghuninya, Sehingga petani-petani Indonesia akan mendapatkan dirinya sebagai simpul simpul penyedia pangan bukan hanya untuk Indonesia bahkan penyedia pangan bagi “Dunia” Maka tegakkanlah pandangmu kaum petani Indonesia.

Kalau itu bukan khayal maka paling tidak keharusan untuk berdaulat di bidang panganlah alasan untuk mewujudkan 1 desa 1 penyuluh. Dengan alasan itu pula maka ribuan THL TBPP di rekrut. Mengembalikan gairah petani dan pertanian, ribuan sarjana pertanian di rekrut dari berbagai disiplin keahlian: budidaya, teknologi, pengolahan,hama penyakit, peternakan. Betapa lengkap dan utuhnya kekuatan THL TBPP sebagai darah segar penyuluhan, sebagai generasi baru pertanian.


Kuperkenalkan kampungku yang jauh di sana, di antara Pati, Kudus, Demak, Sragen, Boyolali, Sukoharjo, Blora. Di masa kecilku dulu, di kampung desaku bukan hanya 1 desa 1 penyuluh. Di Kampungku kulihat setiap hari 1 desa terdapat 70 “penyuluh”. Bahkan setiap petani adalah juga “penyuluh”. Tentu saja hadir sebagai “guru” petani di kampungku adalah bapak Penyuluh Pertanian dari Dinas pertanian. Lalu siapa 69 penyuluh penyuluh yang lain itu?. Petani –petani di kampungku ketika pagi dan siang hari mereka tekun dan giat bekerja di sawah, ketikan malam hari mereka kembali lagi kesawah dengan alat penerangan berupa obor, senter, lampu karbit atau lampu petromak menyusuri kembali pematang dan hamparan sawah untuk mencari(berburu) belut, keong,katak, sebagai tambahan penghasilan atau sekedar untuk lauk pauk. Ketika kemudian merebak hama umpamanya belalang, ulat grayak dll mereka juga kembali ke sawah di malam hari dengan alat-alat penerangan untuk mengendalikan hama hama itu. Aktifitas para petani di kampungku di sawah pada malam hari dengan berbagai alat penerang itu di sebut “Nyuluh” para petaninya di sebut “penyuluh” jadi di kampungku jauh sebelum terdengar Revitalisasi Pertanian dengan berupaya mewujudkan 1 desa 1 Penyuluh, dikampungku 1 desa 70 Penyuluh, bahkan setiap Petani adalah Penyuluh.

1 tahun lebih kucicipi aktifitas sebagai THL TBPP, oleh para petani sering di panggil “pak mantri” di samakan dan sama sekali tidak di bedakan dengan para Penyuluh Pertanian (PNS) yang setiap hari mengasuhku. Ada kenikmatan yang tidak ternilai yang tak bisa di hitung dengan lembaran upah ku. Melihat petani tersenyum dengan panenannya, merasakan getirnya petani ketika gagal panennya, merasakan marah kala susah cari pupuk,

Penyuluhan adalah Penerangan

Penyuluhan adalah membawa cahaya

Penyuluhan adalah menunjukkan jalan

Penyuluhan adalah menginformasikan kebenaran

Penyuluhan adalah energi untuk menyampaikan cahaya

Penyuluhan adalah mendistribusikan terang untuk maslahat bersama

Namun ketika kudengar sesuatu yang samar samar, ku lihat sesuatu yang remang remang tentang “durasi 30 bulan” energi untuk mennyampaikan terang itu sudah sewajarnya aku juga minta penerangan, kami juga butuh terang, kami ingin ketegasan tentang terang. Agar samar dan gelap itu tidak bertabrakan dengan keharusan kami menyampaikan terang.

Kepada siapa kami minta penerangan? (Deptan, DPR,atau….)

Kepada siapa kami bisa dapatkan penerangan?(Deptan, DPR atau………)

Keharusan kami untuk selalu membagikan “terang”

Beri kami juga dong “terang”itu

Kami tidak mengeluh, dan tidak ingin “ngrepoti” .yang kami inginkan adalah ketegasan dan ke”terang”an walaupun itu sebenarnya adalah “gelap” yang disampaikan secara tegas dan terang.

Kami mengkhayalkan SILATURAHMI NASIONAL THL TBPP, khayal bagiku tapi tentu tidak bagi teman temanku sesama THL TBPP

SILATURAHMI NASIONAL THL TBPP masih ku khayalkan

SILATURAHMI adalah cek and ricek menurut infotaiment

SILATURAHMI adalah konfirmasi kepada pihak yang melahirkan THL TBPP

SILATURAHMI adalah TABAYYUN

SILATURAHMI adalah utuhnya persaudaraan

SILATURAHMI adalah ketegasan dan kejantanan bahwa ada yang harus lebih di selamatkan dan menjadi titik pandang, menurut khayalku adalah PERSAUDARAAN THL TBPP

(arif-thl-tangerang)
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: 1 (Satu) Desa 70 (Tujuh Puluh) Penyuluh - 9756people
Info Petani -
THL Padi, THL Gabah, THL Beras, THL Nasi
Dalam bahasa Inggris keempat kata semua di sebut Rice, Rakyat Indonesia mampu menjelaskan ke empatnya menjadi lebih spesifik, Padi ketika masih di sawah, Gabah sesudah di rontokkan, Beras sesudah di tumbuk, Nasi Sesudah di tanak.

Di Acara Jambore Penyuluh dan Karya di Cibodas Cianjur Dr Djafar Hafsah yang mantan Dirjen di Deptan dan sekarang menjadi politisi membenturkan idiom “Seperti Ilmu Padi Makin Berisi Semakin Merunduk” pada kenyataannya tidak setiap saat idiom itu berlaku di dalam kehidupan. Menurut Bapak kita itu, kadang kadang perlu menerapkan Ilmu “Gandum” dimana Yang mampu “ tegak” dalam kenyataan gandum adalah justru gandum gandum yang berisi, yang bulu bulu tajam di sekitar bulir bulir nya mampu melindungi ke”tegak”annya. Berbalik dengan Ilmu Padi, gandum yang merunduk”loyo” justru adalah gandum gandum yang “kopong”


Dalam ilmu bercocok tanam padi, setelah benih terpilih di sebar dan di semai di persemaian yang terbatas, kemudian di pindah tanam di sawah yang lebih lapang. Dalam perkembangannya tanaman padi harus di cukupi kebutuhan air ,pupuk dan di lindungi dari gangguan gulma dan hama. Tibalah saat berbunga,dan bulir bulir padi berisi sari pati nutrisi yang di serap oleh akar dari dalam tanah. Setelah berproses beberapa lama tercapailah kematangan bulir menjadi Padi yang siap panen.

Sekolah dan kampus bertugas menyemai dan menanam bibit padi dan menaburinya dengan berbagai macam pupuk dan di perkenalkan bermacam bentuk gangguan di luar dirinya. Sekolah dan kampus me”lulus”kan dan me”wisuda” siswa dan murid sebagai “Padi” dengan ketentuan prasyarat lengkap sebagai “Padi”

THL TBPP Indonesia sebagai diri manusia masuk di wilayah manakah? Sebagai diri Padi? Sebagai Gabah? Sebagai Beras atau sudah menjadi Nasi?

Setelah lulus sebagai manusia “Padi” di panen menjadi bentuk “Gabah” bertaburan di jemur di halaman kehidupan.

Gabah gabah bertaburan di penjuru halaman untuk kemudian di kumpulkan, di persentuhkan gabah satu dan lainnya.Ribuan gabah bersentuhan, bergesekan,di tumbuk dengan alu-alu di “lesung-lesung”, di tumbuk terus menerus agar kulit keras”sekam” nya mengelupas. Kulit kulit keras itu harus benar benar “tanggal dan mengelupas” agar gabah –gabah lulus menjadi “beras”. Lulus sebagai beras belum juga bisa di makan dan di nikmati keberadaan dan fungsinya. Maka beras beras harus bersedia di”panaskan” dan di tanak di kuali dengan panas yang terukur agar matang sempurna menjadi “nasi” tidak boleh menjadi gosong karena terlalu panas atau matang luarnya saja”nglenis”. Nasi adalah “sempurnanya” kematangan. Barulah nasi nasi menjadi manfaat bagi manusia.

Sungguh GR diriku menyebut sebagai manusia “gabah” walau pernah di “luluskan” sebagai “Padi”. Maka aku ingin bersentuhan dengan ribuan gabah-gabah yang lain agar terkelupas kulit keras “keakuanku”.

Teman temanku yang sudah lulus sebagai “nasi”tolong ajari aku untuk itu.

SILATURAHMI NASIONAL THL TBPP yang melayang layang itu, aku lamunkan adalah lesung-lesung dimana gabah gabah saling bertemu yang “menyediakan dan merelakan” dirinya bersentuhan dengan gabah gabah yang lain dan bersedia di tumbuk dengan alu-alu, agar tanggal dan terkelupas kulit keras “keakuan” gabah untuk kemudian lulus sebagai beras. Dan nanti setelah di rumahmu masing masing tanak dan masaklah beras beras menjadi “nasi”agar bisa kita selenggarakan “kenduri-kenduri” dengan petani-petani di desa mu.

Sungguh GR diri ini, berani-beraninya menyebut diri sebagai ”gabah”. Jauh di kesadaranku jangan jangan aku belum pernah lulus dan matang sebagai “Padi”

Di sarikan dari JM”KC”Jkt

NN Warga THL
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: THL Padi, THL Gabah, THL Beras, THL Nasi - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit