728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
SRIKAYA SEBAGAI RACUN BAGI HAMA
SRIKAYA SEBAGAI RACUN BAGI HAMA-Tanaman srikaya mengandung annonain yang memiliki daya bunuh sebagai racun perut atau racun kontak terhadap hama-hama: Aphis fabae;
Macrosiphoniella sanbomi; M. saloniolii; sitophillus zeamais; s. orizae;
dan Tr ib o I ium c o s t anu m. Kandungan Annonain tertinggi terdapat dalam biji.
Pestisida alami dari biji srikaya diperoleh dengan cara ekstraksi pengadukan
atau celupan.

Tanaman bengkuang mengandung racun pachyrrhizid yangmempunyai
daya bunuh terhadap tlat Plutella rylostella dan crocidolomio binotalis pada
tanaman kubis-kubisan. Kandungan pachyrrhizid tertinggi terdapat dalam biji.
Bunga pyrethrum mengandung racun pyrethrin yang memiliki daya
bunuh terhadap berbagai macam serangga, namun bukan merupakan racun
bagi binatang berdarah panas. Akar tuba mengandung racun derris. pada
mulanya, akar tuba digunakan sebagai racun ikan, namun kemudian banyak
digunakan untuk mengendalikan hama pada berbagai tanaman sa)rur-sa)ruran,
tembakau, kelapa, kina, lada, teh, cokelat, dan lain-lain.
Dalam perkembangan selanjutnya, ditemukan berbagai tanaman lain
yang berpotensi sebagai penghasil pestisida alami. Balai penelitian Tanaman
Sayuran (Balittsa), Lembang, meneliti tentang penggunaan daun tanaman
salira (Lantana camara),kipahit (Tithonia diversifulia),serai wangi (Andropogon
nardus), tikotok (Tagetes erecta), tembakau (Nicotipna tabacum),
nllam (Pogostemon cablin) , kacang babi (kphrosia candida), cengkeh (Euginia
syz i gium), babadotan (Ageratum hous t onianum), day ang (S e s trum
noctornum), dan nimba (Azadirachta indica) untuk mengendalikan hama
Phthorimaea operculella pada umbi kentang. Hasil penelitian tersebut me-
nunjukkan bahwa daun tanampn kacang babi dan nimba memiliki kemampuan
paling tinggi dan hampir sebanding dengan insektisida sintetis Karbaril
dalam menekan serangan Phthorimaea operculella pada umbi kentang, selama
masa penyimpanan.SRIKAYA SEBAGAI RACUN BAGI HAMA
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: SRIKAYA SEBAGAI RACUN BAGI HAMA - 9756people
Info Petani -
Potensi Tanaman Penghasil Pestisida
Potensi Tanaman Penghasil Pestisida-Dalam dunia pertanian, pestisida yang berasal dari tanaman mulai dilirik
kembali. Indonesia cukup kaya akan potensi alamiah aneka sumber daya tanaman penghasil pestisida alami.
Potensi Tanaman Penghasil Pestisida Sejak dulu hingga sekarang, pemakaian pestisida merupakan salah satu
altematif untuk mengamankan produksi pertanian dunia. Sukses besar yang dicapai dalam pengendalian hama dan penyakit dengan penggunaan pestisida adalah setelah Perang Dunia II, yaitu sebagai awal era baru pemakaian insektisida organik sintetis, misalnya DDT dan BHC.

Penggunaan pestisida kimia memang dapat mengamankan produksi pertanian secara ekonomis, karena
pestisida kimia memiliki keunggulan komparatif sebagai berikut.
1. Sangat mangkus (efektif).
2. Praktis dan luwes, dalam pengertian mudah dikerjakan kapan saja dan
oleh siapa saja, baik pada keadaan rutin ataupun darurat'
3. Cocok atau kompatibel dengan teknik pengendalian yang lain'
Dalam perkembangan selanjutnya, penggunaan pestisida semakin meningkat dengan pesat, baik jenis, dosis, maupun interval pemakaiannya. Di Indonesia, terdapat lebih dari 25 jenis pestisida yang digunakan oleh petani, 16jenis di antaranya adalah insektisida yang digunakan oleh petani sayuran datarantinggi. Petani sayuran datatanrendah, misalnya di Kabupaten Tegal dan Brebes, telah menggunakan 15 jenis insektisida untuk mengendalikan hama-hama tanaman cabai, dan 12 jenis insektisida untuk mengendalikan hama-hama tanaman bawang merah.Potensi Tanaman Penghasil Pestisida Potensi
Tanaman Penghasil Pestisida
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Potensi Tanaman Penghasil Pestisida - 9756people
Info Petani -
Pestisida Organik
Pestisida Organik- Penggunaan pestisida sintetis (kimia) telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Ketergantungan terhadap penggunaan pestisida sintetis mengakibatkan pengembangan metode-metode lain untuk mengendalikan hama dan penyakit menjadi terlupakan atau bahkan ditinggalkan.


Sebenarnya, usaha tani (agribisnis) tanpa pestisida sintetis bukanlah hal yang mustahil. Harus diakui bahwa teknologi pertanian tradisional (konvensional) merupakan teknologi yang mempunyai peranan besar untuk menjaga




kelestarian lingkungan hidup. Namun, pertambahan jumlah penduduk mengharuskan adanya peningkatan produksi tanaman. 
Pertanian masa depan yang ideal seharusnya memadukan teknologi tradisional dan teknologi modern


yang diaktualisasikan sebagai pertanian berwawasan lingkungan. Salah satu alternatif pengembangan pertanian berwawasan lingkungan adalah dengan menggunakan tanaman-tanaman penghasil pestisida alami,


misalnya tanaman nimba.  
Pestisida Organik  asal nimba mempunyai tingkat efektifitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme pengganggu. Pestisida Organik- Bahan aktif nimba juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu,  residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun, sehingga aman atau ramah bagi lingkungan.


Pestisida Organik dalam hal ini membahas tentang tanaman nimba sebagai penghasil pestisida


alami atau pestisida nabati. Para ahli menyatakan bahwa tanaman nimba (Pestisida Organik)


berpotensi sebagai penghasil pestisida alami. Meskipun demikian, perkembangan di lapangan masih terbatas pada fungsi sebagai insektisida. Pokok bahasan dalam topik Pestisida Organik ini mencakup penjelasan mengenai tanaman penghasil pestisida, potensi tanaman nimba sebagai penghasil pestisida alami, cara pembuatan Pestisida Organik dari tanaman nimba, dan penggunaannya (aplikasinya).


Kami berharap tulisan ini dapat menjadi sumber informasi yang berguna bagi semua pihak yang menjadi pelaku pembangunan pertanian dan menjadi acuan bagi pembaca pertanian sekalian.
Pestisida Organik
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Pestisida Organik - 9756people
Info Petani -
Ketahanan Pangan Butuh Totalitas
oleh Mukhamad Najib *

Jakarta - Pada World Summit on Food Security di Roma yang baru lalu Wakil Presiden Budiono menyatakan kesiapan Indonesia untuk menjadi salah satu supplier pangan dunia. Keberhasilan swasembada pangan yang terjadi saat ini menjadi alasan penting mengenai kesiapan ini.

Benarkah kita siap menjadi supplier penting kebutuhan pangan dunia? Apakah kita benar-benar telah mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri? Sudah tidak ada lagikah warga Indonesia yang kesulitan dalam mengakses bahan pangan?

Belum Swasembada Pangan
Jika kita mau jujur dengan keadaan sesungguhnya swasembada pangan yang saat ini terjadi masih terlalu premature untuk bisa dianggap sebagai keberhasilan dalam mengembangkan ketahanan pangan. Karena, memang apa yang disebut sebagai swasembada pangan saat itu tidak lain hanyalah sebatas kecukupan produksi beras namun bukan kecukupan pangan secara keseluruhan.

Jika kita cermati terjadinya kecukupan beras ini bukan saja disebabkan produksi beras yang berlebih. Melainkan juga didorong oleh beralihnya konsumsi beras ke produk pangan lain. Terutama gandum. Konsumsi gandum di Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya industri pengolahan makanan berbasis gandum.

Pada tahun 1999 tingkat konsumsi gandum baru mencapai 17,9 gram per kapita per hari. Tahun 2003 mencapai 19,8 gram per kapita per hari. Lalu, tahun 2005 naik lagi menjadi 23,03 gram per kapita per hari. Tahun 2006 naik lagi menjadi 22,60 gram per kapita per hari. Selanjutnya di tahun 2008 sudah menjadi 38 gram per kapita per hari.

Peningkatan konsumsi gandum berbanding terbalik dengan penurunan konsumsi beras. Tahun 1999 konsumsi beras di Indonesia mencapai 319,1 gram per kapita per hari. Tahun 2003 turun menjadi 300,56 gram per kapita per hari. Kemudian tahun 2005 turun lagi menjadi 288,30 gram per kapita per hari. Selanjutnya di tahun 2006 turun lagi hingga hanya mencapai 285,04 gram per kapita per hari.

Tingkat konsumsi gandum pada saat ini telah mencapai 5 juta ton per tahun. Impor gandum diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga 100% selama 10 tahun mendatang. Artinya akan ada potensi impor gandum hingga 10 juta ton.

Jika peningkatan konsumsi gandum ini terjadi secara terus menerus tentu kita tidak pernah mencapai swasembada pangan. Karena, sebagian besar bahan pangan kita harus kita penuhi dari petani-petani asing.

Sampai hari ini masih banyak kebutuhan pangan kita yang bergantung pada luar negeri. Kita membutuhkan gandum dan kedelai dari petani Amerika. Kita membutuhkan daging dan susu dari peternak Australia. Kita juga membutuhkan jagung dan kebutuhan pangan lainnya dari negara-negara asing.

Setiap tahun lebih dari 5 miliar Dolar AS atau setara Rp 50 triliun lebih devisa habis untuk mengimpor pangan. Mulai dari gandum, kedelai, jagung, daging, telur, susu, sayuran, dan buah-buahan, bahkan garam yang kebutuhannya masih dapat dipenuhi oleh produsen garam lokal juga dimpor dengan nilai Rp 900 miliar.

Petani Aktor Utama
Usaha-usaha membangun ketahanan pangan tidak bisa dilakukan kecuali melibatkan petani sebagai aktor utama. Selama ini petani selalu diharapkan untuk bisa meningkatkan produktivitas mereka agar tidak terjadi kelangkaan pangan.

Petani mendapat mandat yang tidak ringan karena mereka diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dasar dari seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi besarnya mandat yang diberikan kepada petani ini sama sekali tidak sebanding dengan insentif yang diperoleh petani. Khususnya insentif kesejahteraan.

Jika kita lihat kondisi petani kita saat ini, 56,5% dari 25,4 juta keluarga petani yang ada di Indonesia ternyata adalah petani gurem, yang memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha. Padahal, untuk sekedar survive petani minimal harus memiliki lahan 1 Ha. Maka tidak heran, bahwa hampir 60% dari petani Indonesia adalah masuk dalam kategori miskin (pendapatan di bawah $US 2 per hari).

Bagaimana mungkin petani yang miskin akan menjadi penyangga utama penyedia pangan untuk seluruh rakyat Indonesia?

Pertanian sesungguhnya menyangkut hajat hidup orang banyak. Ia merupakan syarat dasar bagi keberlanjutan kehidupan rakyat Indonesia. Oleh karenanya tidak selayaknya petani berjuang sendiri melaksanakan mandat yang berat ini. Tidak selayaknya petani berjuang sendiri untuk menyelamatkan keberlangsungan manusia yang hidup di bumi pertiwi.

Aksi Total
Kita memerlukan keterlibatan semua kalangan untuk membantu petani melaksanakan mandatnya dalam memproduksi pangan yang cukup bagi kebutuhan rakyat Indonesia. Kita memerlukan aksi total untuk pertanian yang lebih produktif. Sehingga, apa yang dikatakan oleh wakil presiden di Roma mengenai kesiapan Indonesia menjadi supplier pangan dunia bukanlah sekedar wacana kosong yang tak bermakna.

Aksi total untuk pertanian diartikan sebagai adanya keterlibatan dan keberfihakan total dari segenap komponen masyarakat terhadap dunia pertanian. Seluruh kekuatan harus bisa dimobilisasi untuk membangun sektor yang mempengaruhi keberlajutan manusia ini.

Oleh karenanya semua perkembangan peradaban yang kita bangun. Semua ilmu pengetahuan yang kita kembangkan tidak boleh meninggalkan dunia pertanian dalam agendanya. Kita tidak mungkin mengkonversi semua lahan-lahan pertanian menjadi lahan-lahan industri karena itu artinya kita berkontribusi dalam mempercepat terjadinya krisis pangan. Dan, itu juga berarti kita membiarkan dunia berakhir lebih cepat.

Sedianya kita bisa fokus untuk mengembangkan Indonesia sebagai negara pertanian dan bahari. Jepang tidak memiliki lahan cukup. Namun, mereka serius mengembangkan pertaniannya.

Kemajuan pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan tidak pernah melupakan dunia pertanian. Pertanian berbasis pengetahuan dan teknologi menjadikan pertanian Jepang berada pada tingkat produktifitas dan efisiensi yang tinggi. Walau lahannya sangat sempit namun Jepang mampu menyediakan pangan masyarakatnya dengan baik.

Indonesia sebagai negara yang memiliki kelimpahan lahan, memiliki tanah-tanah yang subur, memiliki sumber daya air yang berlimpah seharusnya memiliki dan membangun kemampuan yang lebih besar di bidang pertanian ini. Bukankah penjajah datang silih berganti untuk menikmati benefit ekonomi dari kesuburan lahan-lahan pertanian kita?

Rasanya aneh kalau kemajuan yang ingin kita ciptakan kita lakukan dengan mengabaikan dunia pertanian. Aksi total untuk dunia pertanian sesungguhnya merupakan agenda dasar yang perlu kita lakukan segera jika kita ingin menyelamatkan negeri ini dari bahaya kebergantungan dan kelaparan di masa depan.

*Penulis adalah Dosen Institut Pertanian Bogor dan Sekretaris Indonesian Agriculture Sciences Association (IASA)
Sumber: http://suarapembaca.detik.com/read/2010/01/21/101047/1283088/471/ketahanan-pangan-butuh-totalitas?882205470
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Ketahanan Pangan Butuh Totalitas - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit