728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
PETANI NANAS (Arwrws sativus)




Jenis-jenis nanas antara lain,Nanas Bogor, Nanas Palembang dan Nanas Paris. Ketiga jenis Nanas ini rasanya enak, manis dan tidak terlalu banyak mengandung air. Selain itu kita kenal juga Nanas Merah, Nanas Klacen dan Nanas Cayene. Tiga jenis Nanas yang disebut belakangan ini, rasanya .tidak
semanis nanas Bogor, Nanas Palembang dan Nanas Paris. Lagi pula terlalu banyak mengandung air. Nanas baru merupakan salah satu macam dari sedemikian banyak macam buah-buahan yang tumbuh di Tanah Air kita dengan beraneka ragam jenis maupun rasanya. Maka pada tempatnya jika, kita bangga
dengan negeri kita yang subur ini. Daerah pada ketinggian 100 sampai
700 meter di atas permukaan laut adalah tempat yang sesuai untuk ditanami
tanaman Nanas. Kecuali Nanas jenis Cayene Lise yang, dapat tumbuh pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Yang paling cocok adalah tanah yang gembur dan banyak mengandung humus, lebih lagi kalau tanah itu miring
letaknya. Tanaman Nanas tumbuh dengan baik sekali di daerah yang banyak curah hujannya, tetapi tanaman ini tidak stuka genangan air. Ciri-ciri dari buah Nanas yang manis rasanya adalah buah yang memiliki mata buah yang menonjol., Sedangkan buah-buah, yang memiliki mata buah yang rata, rasanya kurang manis dan banyak mengandung air. Buah Nanas enak dimakan sebagai
makanan segar. Dapat Pula dibuat selai untuk pelengkap makan roti. Dibuat sebagai campuran rujak sangat disukai para muda-mudi. Bahkan orang tua-tuapun tidak akan menolak apabila disuguhi rujak campur Nanas.
Buah Nanas mempunyai kulit Yang berduri, kalau kita tidak berhati-hati
dapat melukai jari-jari tangan kita. Kita dapat mengetahui buah Nanas
yang telah tua dari baunya Yang harum dan jarak mata buahnya yang sudah melebar. Buah Nanas yang masih muda dapat dipergunakan orang untuk melunakkan daging yang akan dimasak. Caranya dengan menumbuk buah
Nanas yang masih muda itu, lalu airnya diperas dan dicampurkan kepada daging Yang akan dimasak itu. Buah Nanas dalam kalengpun tidak asing lagi bagi kita sekarang ini, karena pabrik pengalengan buah Nanas sudah banyak pula berdiri di Negeri kita ini. Tanaman Nanas berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini berupa semak yang berbatang semu. Tingginya lebih kurang 40 cm. Nanas mempunyai beberapa varietas pula, antara lain sebagai berikut; Ananas comosus varietas viridis. kulit buahnya tetap berwarna hijau walaupun buahnya
sudah masak. Daging buahnya berwarna putih kehijau-hijauan. Baunya sedap dan banyak mengandung sari buah. Sayang rasanya tidak semanis Nanas Bogor. Nanas ini dikenal nama Nanas Hijau. Ananos comosus varietas rubens, buahnya berukuran besar. Warna kulitnya malahan lebih hriau dari kulit Nanas
Hijau. Yang kita kenal sebagai Nanas Bogor itu ialah Anonas comosos varietas
dulcis. Sedangkan Nanas Cayenne lisse adalah hasil pembudidayaan yang didatangkan dari luar negeri. Nanas Cayenne ini ditanam secara besarSesaran di perkebunan, karena buahnya baik sekali untuk dijadikan nanas kalengan.


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PETANI NANAS (Arwrws sativus) - 9756people
Info Petani -
PETANI ANGGUR (Vitis Vinivera)




Di Indonesia, daerah Penghasil Anggur yang paling baik adalah Probolinggo
Penghasil angggur Yang Paling baik di dunia adalah Negeri Perancis
Buah Anggur yang sudah masak dapat dihidangkan dan dimakan begitu saja sebagai buah segar. Selain dari itu buah anggur terkenal juga sebagai bahan untuk dijadikan rninuman. Bahkan ada pula yang dijadikan bahan obat-obatan setelah dicampur dengan ramuan-ramuan tertentu, Obat penguat badan sehabis
melahirkan dan sebagainya. Kismis juga dibuat dari buah Anggur, Yaitu buah Anggur yang telah dikeringkan. Tanaman furggur berasal dari Asia Barat dan daerah sekitar Laut Tengah. Nama ilmiahnya dalam bahasa Latin adalah Vitis vinifera. Tanaman Anggur termasuk jenis tanaman yang sangat cepat pertumbuhannya. Terutama jika ditanam pada tanah yang subur dan cukup lembab, Untuk memperbanyak tanaman Anggur dapat dilakukan dengan stek batangnya. Catanya dengan memilih cabang yang sudah setengah tua dan mempunyai mata tunas-tidur yang cukup baik. Setiap stek dipotong dengan ukuran 30 cm. Hendaknya pada setiap stek terdapat 2 sarnpai 4 mata tunas.
Selain cepat tumbuhnya, tanaman anggur dapaf berbuah sesuai dengan keinginan penanamnya. Untuk merangsang agar tanaman Anggur cepat berbuah, caranya adalah dengan memotong semua cabang dan ranting yang masih berwarna hijau Semua daunnya harus dibuang. Kira-kira 2 sampai 3 minggu kemudian, pada setiap mata tunas dari batang yang setengah tua akan keluar bunga. Setelah 3 bulan, buahnya sudah dapat dipetik. Ada juga orang yang menanam Anggur di halaman depan rumahnya. Dibuatkannya para-para yang baik, tanaman anggur sekaligus menjadi pelindung teras rumah dari terik
matahari dan juga penghasil buah yang enak rasanya, Anggapan bahwa buah Anggur yang baik dan bermutu hanya yang diimpor, sudah tidak betul sama sekali. Di Indonesia dewasa ini tidak hanya di daerah Probolinggo saja orang
menanam dan menghasilkan Anggur yang cukup baik dan bermutu, tetapi juga di Ujungpandang, Nusa Tenggara Timur, Tapanuli dan Asahan. Bibit-bibit Anggur yang dimasukkan ke Indonesia dari Timur Tengah pada rnasa lampau, kini telah berkembang menyesuaikan diri dengan iklim dan tanah yang ada di negeri
kita. Kemudian, untuk mendapatkan hasil buah yang lebih manis lagi didatangkan pula bibit-bibit baru varietas Golden Champion, Gros Colman dan
Muscat d'Alexandria. Varietas Muscat d'Alexandria ini bisa juga tumbuh di tanah yang berkapur, Anggur yang cocok untuk ditanam dan dikembangkan di negeri kita, adalah dari varietas Vitis vinfera asal Eropah, seperti Golden Champion,
Gros Colman dan Muscat d'Alaxandria. Ditanam di daerah bertanah liat tak berkapur dan beriklim basah. Khusul Muscat.,d:Alaxandria menghendaki,tanah yang,berkapur banyak.

Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PETANI ANGGUR (Vitis Vinivera) - 9756people
Info Petani -
PETANI SIRSAK (Annaona muricata)




Buah Sirsak sering juga dinamakan orang Nangka Belanda, Nangka Sabrang dan buah Mandalika. Mungkin karena Sirsak rnemang bukan buah asli Indonesia. Tanaman Sirsak berasal dari Hindia Barat. Buah Sirsak yang telah masak dimakan dalam keadaan segar setelah dikupas terlebih dahulu. Selain dari itu juga banyak digunakan untuk membuat sari buah, dodol dan untuk
campuran es sirup. Bentuk buah Sirsak tidak beraturan. Ada yang bulat, ada pula yang lonjong bahkan ada yang , bengkok bentuknya. Dengan kata lain, bentuk buah Sirsak dari berbentuk ginjal sampai berbentuk seperti telur saja.
Kulit buahnya dilengkapi oleh duri-duri lunak yang hijau warnanya.
Sewaktu masih muda buahnya berwarna hijau, setelah masak warnanya
menjadi hij au kehitam-hitaman. Dagrng buahnya berwarna putih dan
mengandung banyak serat. Biji Sirsak berwarna hitam. Bentuknya agak
lonjong dan pipih. Dalam Setiap buah terdapat biji yang cukup banyak.
Pohon Sirsak mempunyai percabangan batang yang rendah. Tinggi pohonnya antara 3 sampai 8 meter. Daunnya memanjang dengan bentuk lanset atau bulat telur terbalik. Bunganya berdiri sendiri berhadapan dengan daun. Bentuk bunga seperti kerucut. Warnanya kuning muda. Dasar bunga cekung, benang sarinya
cukup banyak, begitu pula bakal buahnya. Menanam tanaman Sirsak dengan mempergunakan bijinya. Dapat juga dengan cara tempelan atau okulasi. Musim berbuah adalah pada bulan Januari dan Februari setiap tahunnya. Satu bulan sebelum penanaman lubangnya sudah harus dipersiapkan. Persiapan dilakukan dengan jarak 6 meter. Cara menanamnya sama saja dengan cara, menanam tanaman buah-buahan lainnya. Demikian pula pemeliharaan selanjutnya,
Pohon Sirsak baru dapat dipetik buahnya setelah berumur 3 tahun lebih. Sirsak membutuhkan masa pertumbuhan untuk membentuk dedaunan tajuk pohon selama lebih kurang 2 tahun. Masa peralihan dari masa pertumbuhan ke masa berbuah memerlukan jangka waktu kira-kira 1 tahun. Buah yang terbentuk sebelum pohon berumur 3 tahun, biasanya rontok, apalagi kalau mengalami
kekurangan air pada waktu musim kemarau. Kemungkinan buahnya rontok ini
dapat dicegah. Caranya dengan mengairi tanah di sekitar, Pohon Sirsak sampai cukup lembab. Tetapi rontoknya bunga dan buah dapat juga disebabkan oleh hal yang lain.
Umpamanya perimbangan antara Pemakaian zat Pati untuk Pertumbuhan,
Daun-daunnya dan penimbunan zat pati dalam bakal buah pada masa peralihan itu belum seimbang. Buah yang sudah terbentuk, sering tidak jadi, tumbuh lanjut karena tidak menerima penyaluran bahan makanan yang akan ditimbunnya dengan wajar, Buah yang tidak dapat tumbuh dengan wajar itu, rontok dengan sendirinya. Untuk mengatasi hal Yang demikian itu, pohon Sirsak itu harus diberi
pupuk sebagai Penambah bahan makanan pada masa Peralihan itu.Sehingga dapat pula .dengan segera memasuki masa berbunga dan berbuah. Lebih baik lagr kalau pemupukan itu dilakukan sebelum ada bunga atau buah yang rontok. Pemberian pupuk dilakukan secara teratur sekali setahun. Dipakai pupuk kandang secukupnya.


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PETANI SIRSAK (Annaona muricata) - 9756people
Info Petani -
PETANI JAMBU BIJI (Psidium guayava)




JAMBU BIJI disebut juga Jambu .Batu atau Jambu Klutuk. Nama ilmiahnya adalah Psidium guayava. Pohonnya dapat mencapai tinggi 3 sampai 10 meter dan banyak cabangnya. Permukaan kulit batangnya licin,keras dan terkelupas. Daunnya bertangkai pendek berbentuk bulat panjang atau memanjang. Lebarnya 3 sampai 6 cm sedangkan panjangnya 6 sampai 14 cm. Warnanya hijau. Daun muda agak berbulu,warnanya abu-abu. Bunganya keluar dari ketiak , daun dan warnanya putih. Benang sarinya juga berwarna putih, mudah rontok. Buah jambu biji yang masih muda keras, tetapi kalau sudah cukup tua akan berubah menjadi lunak. Menanam Jambu Biji dengan cara cangkokan atau dengan mempergunakan bijinya.Tunas akarnya juga dapat dipakai sebagai bibit. Jarak tanam yang baik adalah 6 sampai 8 meter. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah. Sekarang telah menyebar di Malaysia, India, SriLangka dan Indonesia. Jambu ini dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah maupun di daerah pegunungan, sampai pada ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Bila ditanarn di daerah yang banyak mengandung air dan mendapat curah hujan yang cukup, maka hasilnya akan baik sekali.
Dewasa ini dapat kita jumpai Jambu Biji hasil dari pembudidayaanmelalui seleksi yang berhasil, yang telah dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, diperoleh jenis jambu yang boleh dikatakan tidak berbiji. Jambu inilah yang dinamakan Jambu Susu. Selain dari itu didapatkan pula jenis jambu yang dapat menghasilkan buah hampir sebesar kobokan. Jambu ini dikenal orang sebagai Jambu Bangkok.
Jambu Biji ini disebut orang dengan berbagai macam nama. Persoalannya sederhana saja. Disebut Jambu Biji karena memang daging buahnya banyak bijinya. Karena waktu dimakan, biji-biii itu ketika dikunyah berbunyi klutuk-klutuk, maka ada pula orang yang menamakannya. Jambu Klutuk. Tambahan lagi, biji-bijinya itu ketika dikunyah terasa keras seperti batu, maka dinamakan pula jambu ini Jambu Batu. Jambu Batu dengan narna-namanya yang lain itu, yang daglng buahnya berwarna merah baik sekali untuk dijadikan bahan pembuat jem. Bahkan sekarang sudah ada pabrik di negeri kita yang membuat minuman
sari buah jambu ini. Sari buah ini baik untuk diminumi, karena jambu ini banyak mengandung vitamin A dan C.
Jambu Susu, karena bliinya tidak banyak dan buahnya pun lebih besar, memang enak dimakan, tetapi rasanya kalah sedap dari Jambu Biji yang. daging buahnya berwarna merah itu.
Jambu Sukun, di pasaran disebut orang Jambu Bangkok. Buahnya besar-besar dan tidak berbiji. Sayang sedikit buahnya terasa lebih hambar dari buah jambu-jambu yang telah disebutkan di atas ini.
Semua jenis jambu yang telah disebutkan itu baik sekali untuk diolah menjadi selai atau jem. Daging buah jambu-jambu biji ini banyak mengandung pektin. Selai mengandung pektin yang dihasilkan menyerupai puding agar-agar. Tidak lagi mengandung bagian-bagian dari buah asalnya, seperti kulit, biji atau daging
buah sebagaimana sering ditemukan pada selai biasa.
Selain dari nrempunyai nuai gizi yang tinggi, buah ini dapat pula dimakan untuk mencegah bocor-bocor (mencret) karena masuk angin. Buah jambu Biji juga mengandung sedikit zat penyamak. Daun Jambu Biji dipakai pula sebagai
bahan pembuat jamu. Obat batuk tradisional yang sudah lama dikenal, ialah dengan cara merebus daun Jambu Biji yang muda dengan gula batu. Air rebusan itu dirninum sebagai obat batuk. Daun Jambu Biji juga mengandung zat penyamak sebesar kurang lebih 9%.


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PETANI JAMBU BIJI (Psidium guayava) - 9756people
Info Petani -
PETANI KEDONDONG (Spondias dulcis)

Pohon Kedondong termasuk pohon yang tinggi. Dapat mencapai ketinggian 20 sampai 30 meter. Malahan kalau dibiarkan terus tumbuh, pohonnya dapat mempunyai garis tengah 50 sampai 60 centimeter. Buah Kedondong yang sudah masak. rasanya manis bercampur sedikit rasa asam. Banyak orang yang suka
memakan buahnya yang belum terlalu masak. Bahkan buahnya yang masih muda dibuat orang untuk bahan rujak. Kedondong yang masak berwarna
kuning kemerah-merahan. Daging buahnya berwarna seperti itu pula. Buah yang masih muda berwarna hijau dan daging buahnya masih berwarna putih dan agak sedikit bergetah. Di samping dimakan sebagai buah segar, Kedondong juga dibuat asinan atau manisan buah. Dengan cara demikian buah Kedondong
ini dapat disimpan agak lama.
Tanaman Kedondong dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah sampai ke daerah pegunungan pada ketinggian 750 meter di atas permukaan laut. Pohon Kedondong sangat mudah tumbuh di daerah yang beriklim kering, tetapi pada tanah yang gembur, pada musim kemarau, seluruh daunnya
rontok, sehingga yang terlihat hanya dahan dan ranting rantingnya saja. Pada musim hujan, sudah gundul itu mulai bertunas lagi, yang diikuti segera dengan tumbuhnya daun-daun yang baru dan kemudian berbunga, Bunga Kedondong bentuknya seperti bunga karang dengan warna kuning. Musim berbunga pada bulan Juni, Agustus. Buahnya masak pada bulan Januari sampai April. Pohon Kedondong yang sudah tua ditebang, setidak-tidaknya kayunya dapat pula dipergunakan untuk jadi kayu bakar. Penanaman baru dengan cara menanam bijinya,selain itu dapat juga dilakukan dengan cara tempelan atau okulasi. Selain buahnya, daunnya pun dimanfaatkan sebagai sayuran atau ralap. Rasa daun yang masih muda asam, begitu pula tangkai daun yang muda.
Yang disebut biji adalah bagian dalam buahnya yang mempunyai serabut seperti akar menembus daging buahnya. Serabut atau akar biji ini merupakan penghalang untuk menikmati dagrng buahnya yang segar itu. Dalam bahasa Latin Kedondong dinamakan.
Spondias dulcis. Nama, lainnya dalam bahasa Latin adalah ; Spondias cythera. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan.Di negeri kita dikenal dua varietas
Kedondong. Pertama, Kedondong Bali, buahnya besar-besar. Kedua,
Kedondong Kerikil, buahnya biasa biasa saja dan mempunyai bau dan rasa yang khas. Buahnya yang muda dibuat rujak petis atau rujak manis, dicampur dengan buah-buahan lainnya, Bagi yang tidak tahan rasa pedas rujak dapat menikmati kedondong yang sudah dibuat manisan. Daunnya yarg muda seperti telah
disebutkan di atas ini, dapat dilalap dengan sambal atau dibuat campuran
sayur asam. Selain dari itu, daun kedondong yang muda dapat pula dipakai untuk melunakkan daging alot. Daging yang alot itu dimasak bersama-sama dengan daun kedondong. Untuk mendapatkan pohon Kedondong yang cepat berbuoh, sebaiknya memakai stek sebagai bibit. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 12 m.


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PETANI KEDONDONG (Spondias dulcis) - 9756people
Info Petani -
PETANI COKLAT

Tanaman Cokelat Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang merupakan salah satu andalan ekspor non migas negara Indonesia. Pada tahun 1997, ekspor kakao dari Indonesia diperkirakan telah mencapai US$ 378 juta. Walaupun nilai tersebut masih merupakan angka estimasi, namun nilai tersebut lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 377,5 juta. Sejak tahun 1995-2000 Indonesia merupakan pemasok terbesar nomor tiga di dunia setelah negara Cote d'Ivoire (Pantai Gading) dan Ghana.
Jenis kakao yang terbanyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis:
• Criollo (Criollo Amerika Tengah dan Amerika Selatan) yang menghasilkan biji kakao bermutu sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia, fine flavour cocoa, ckoiced cocoa atau edel cocoa.
• Forastero yang menghasilkan biji kakao bermutu sedang dan dikenal sebagai ordinary cocoa atau bulk cocoa.
• Trinitario yang merupakan hibrida alam dari Criollo dan Forastero sehingga menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flauour cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah hibrida Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida (Kakao lindak).

Klasifikasi botani tanaman kakao adalah sebagai berikut:
Divisi: Sperrnatophyta
Sub divisi: Angiosperrnae
Kelas: Dicotyledonae
Keluarga: Sterculiaceae
Genus: Theobroma
Spesies: Theobrorna cacao L.

PENANAMAN
Penanaman kakao tidaklah begitu rumit, cokelat ditanam di daerah.daerah yang berada pada 10 derajat LU sampai dengan 10 derajat LS. Hal tersebut berkaitan dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun dengan curah hujan 1.100-3.000 mm/tahun. Suhu udara pun berpengaruh terhadap pertumbuhan cokelat antara 300-320 C (maksimum) dan 18-120 c (minimum) dengan syarat tidak terlalu banyak terkena sinar matahari yang dapat menyebabkan
lilit batang kecil, daun sempit dan tanaman relatif pendek sehingga berpengaruh terhadap kualitas cokelat tersebut.
Dalam pemilihan benih yang baik berasal dari buah berbentuk normal, sehat dan masak di pohon. Buah tersebut berwarna kuning, jika diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain: a) Pertumbuhan bibit normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur. b) Bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya. c) Berumur 4-6 bulan.
Selanjutnya benih sebanyak 20-25 biji yang diambil dari buah yang dipotong membujur di bersihkan dari lendir yang melekat dengan meremas-remasnya dalam serbuk gergaji lalu dicuci dengan air dan direndam dengan fungisida. Benih dijemur di bawah sinar matahari. Benih yang baik memiliki daya kecambah sedikitnya 80%.
Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan penyemaian dengan menyiapkan lokasi bedengan persemaian yang telah dibersihkan dari pohon dan rumput serta batu dan kerikil. Ukuran bedengan 1,2 x 1,5 m panjang 10-15 m dan tinggi 10 clrr arah utara-selatan. Tanah bedengan dicangkul 30 cm, setelah dirapikan diberi lapisan pasir 5-10 cm dan tepi bedengan diberi dinding penahan dari kayu / bata bata. Bedengan diberi naungan dari anyaman daun alang-alang, kelapa / tebu dengan tinggi atap di sisi Timur 1,5 m dan di sisi Barat 1,2 m.
Sebelum disemai benih dicelup ke dalam formalin 2,5% selama 10 menit. Benih dibenamkan (mata benih diletakkan di bagian bawah) ke dalam lapisan pasir sedalam 1/3 bagian dengan jarak tanam 2,5 x 5 cm. Segera setelah penyemaian, benih disiram. Penyiraman selanjutnya dilakukan dua kali sehari dan disemprot insektisida jika perlu. Keping blji terbuka tidak serentak sehingga perlu dibantu dengan tangan. Setelah 4 hari di persemaian benih sudah berkecambah dan siap dipindahtanamkan ke polybag. setelah berumur 4-5 bulan, tinggi 50-60 inch, berdaun 20-45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm dan sehat maka bibit tersebut siap untuk ditanam Dengan jarak tanam 3 x 3 m, kebutuhan bibit untuk satu hektar adalah 1.100 pohon s/d 1250 batang termasuk untuk penyulaman.
Lahan yang digunakan untuk penanaman harus terlindung dari sinar matahari dengan dilindungi oleh tanaman lainnya seperti pohon pelindung sementara.yang diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari tiupan angin dan sinar matahari. Jenis pohon yang dapat ditanam adalah pisang (Musa paradisiaca), turi (Sesbania sp.) , Flerningia congesta atau Clotaralia sp atau dengan pohon pelindung tetap dimana pohon ini harus dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan menghambat kecepatan angin. Jenis pohon yang cocok adalah lamtoro (Leucena sp.), sengon Jawa (Albizia stipula), Dadap (Erythrina sp.) dan Kelapa (Cocos nucifera). Pohon pelindung tetap ditanam dengan jaraktanam 6 x 3 m.
Untuk tanaman kurang dari 2 bulan, penyinaran matahari hanya diperlukan 20%-30% penyinaran, 3 bulan diperlukan 30%- 40%, umur 4 bulan 50% - 70% dan lebih besar dari 5 bulan diperlukan persentase penyinaran 70%. Disamping itu perlu dilakukan pemupukan yang mengandung unsur-unsur Nitrogen, Phospat dan Kalium dalam jumlah yang cukup banyak dan unsur-unsur mikro lainnya yang diberikan dalam jumlah kecil. Jenisnya adalah pupuk urea atau ZA (Sumber N), Triple Super Phospat Gsp) dan KCl. selain penggunaan pupuk tunggal, di pasaran juga tersedia penggunaan pupuk majemuk, yang mana pupuk tersebut berbentuk tablet atau briket dan di dalamnya selain mengandung unsur NpK juga unsur-unsur mikro. Pupuk diberikan sebanyak 2 s/d 3 kali setahun, diletakan di dalam tanah (sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah) serta dilakukan penyebaran disekitar tanaman.
HAMA DAN PENYAKIT
Biasanya tanaman cokelat sering kali terserang hama dan penyakit sebagai berikut:

HAMA
1. Penggerek cabang (Zeuzera coffeae) Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm. Gejala: cabang mati atau mudah patah. Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian dengan predator alami: jamur Beauueria bassiana.
2. Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga. Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mrr-. Pengendalian: membuang bagian yang terserang. Predator: belalang sembah, kepik predator. Selain itu gunakan insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25WfP, Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP.
3. Penggerek buah kakao (Conopomorpha crarnerella atau Cocoa Mot.) Bagian yang diserang adalah buah kakao. Gejala: daging buah busuk. Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan serempak, menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian bawah.
4. Kutu putih (Planococcus citri.) Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah. Gejala: timbul tunas tumbuh tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat pertumbuhan bunga dan calon buah tidak normal. Pengendalian: gunakan insektisida berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon, karbaril.
5. Ijlat kantong (Clania sp., Mahasena sp.) Bagian yang diserang adalah daun dan tunas. Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk. Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimacuIata, Tricholyga psychidarum Selain itu dapat digunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide.
6. Kutu jengkal (Hyfosidra talaca.)
Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua). Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun saja. Pengendalian: gunakan insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,zyo).

PENYAKIT
1. Busuk buah hitam
Penyebab: Phytopthora palrniuzra . Bagian yang diserang adalah buah. Gej ala: bercak kakao di titik pertemuan tangkai buah dan buah atau ujung buah. Gejala pada serangan berat adalah buah diliputi miselium abu-abu keputihan. Pengendalian: dengan cara buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan insektisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3 atau insektisida bahan aktif Manko zeb: Dithan M-45 dan Manzate 200 0,3o/o dengan interval minggu.
2. Kanker batang
Penyebab : Phytopthora pal-rniuora. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: bercak basah berwarna tua pada kulit batang atau cabang keluarnya cairan dari batang atau cabang yang akan mengering dan mengeras. Pengendalian buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cuprav 0,3o/o atau Cobox 0,3o/o. atau ungisida bahan aktif Manko zeb: Dithane M-45 dan Manzate 200 0,3 dengan interval 2 minggu. Keroklah bagian yang sakit dan mengolesinya dengan fungisida.
3. Busuk buah diplodia
Penyebab : Botrydiplodia theobramae jamur Bagian yang diserang buah. Gejala: bercak kek kaoan pada buah, lalu buah menghitam menyeluruh. Pengendalian: cegah timbulnya luka, buah yang sakit dibuang. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Vitigran Blue, Trimiltc Forte, Cupravit OB pada konsentrasi 0,3o/0.
4. Vascular Steak Dieback (VSD)
Penyebab: Oncobasidiurn tkeobrornae (amur Bagian yang diserang adalah daun, ranting/c bang. Gejala: bintik-bintik kecil hijau pada daun terinfeksi dan terbentuk tiga bintik kekakaoa kulit ranting / cabang kasar, pucuk mati (di back). Pengendalian: gunakan bibit bebas VSI perhatikan anitasi tanaman, kurangi kelembaban dan tingkatkan intensitas cahaya matahari dengan memperbaiki drainase dan pemupukan.
5. Bercak daun, mati ranting dan busuk buah
Penyebab: Colletorickurn sp. (amur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting, buah. Gejala bercak nekrotik pada daun, daun gugur, pucuk mati, buah muda keriput kering (busuk kering). Pengendalian: peningkatan sanitasi, memotong ranting dan buah yang terserang, pemupukan berimbang dan perbaikan drainase. Kemudian gunakan fungisida sistemik Karbendazim 0,5 dengan interval 10 hari.
6. Busuk buah monilia
Penyebab: Monilia roreri (amur). Bagian yang diserang buah muda. Gejala: benjolan dan warna belang pada buah berukuran 8-10 cffi, penumpukan lendir di dalam rongga buah, dinding buah mengeras. Pengendalian: menurunkan kelembaban udara dan tanah, membuang buah rusak. Kemudian gunakan fungisida dengan bahan
aktif cu: cobox 0,9%, cupravit 0,3 % selama 34 minggu.
7. Penyakit akar
Penyebab: Rosellinia arcwata R bwrnnodes, Rigidoporus liginosws, Ganoderrna psewd,oerrurn, Fornes larnaoensis (amur). Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: daun menguning dan layu, pada leher akar/pangkal batang terdapat miselium. Pengendalian: pembu atan parit isolasi di sekitar tanaman terserang pemusnahan tanaman sakit. Kemudian oleskan fungisida pada permukaan akar yang lapisan miseliumnya telah dibuang. Fuungisida dengan bahan aktif pNCB:
Fomac 2, Ingro Pasta, shell collar protectant, Calixin Cp.

PETNANENAN
l. Pemetikan Buah
Buah yang sudah masak dipetik dengan menggunakan pisau atau gunting tanaman. Jumlah biji dalam buah berkisar antara20 - 60 biji. Di Sulu*.ii Selatan, untuk mendapatkan 1 kg blji kakao kering itikadar air 8 - 7yl diperlukan sekitar 25 - 35 buah,rnkno. Produksi tanaman ditentukan oleh tingkat kesuaian lahan. Tlngkat kematangan buah dapat dilihat dari perubahan warna buah, yaitu jika alur buah sudah berwarna kuning, maka tingkat kematangannya *ri'nlah c, sedangkan jika alur dan punggung buah berubah kuning, tingkatannya B. Jika seluruh permukaan buah sudah berwarna kuning atau kuning Mffi- maka tingkat kematangannya adalah A dan A+.
Fada umumnya petani sudah memanen buah kakao @a tingkat kematangannya sekurang-kurangnya mncatr ts" Pemetikan buah pada umumnya dilakukan pada pagi hari. Buah-buah tersebut kemudian dikumpulkan di suatu tempat menunggu untuk pecahkan. Kegiatan tersebut dikenal dengan pemeraman ,hillah"
2. Pemecahan Buah
Buah yang sudah terkumpul kemudian dipecahkan dengan alat pemukul yang terbuat dari kayu. Buah tersebut dipukul dengan punggung dengan arah miring. Bila kulit telah terbagi dua, kulit bagian ujung dibuang dan tangan kanan menarik biji dari placenta. Biji kemudian ditempatkan di atas lembaran plastik atau di dalam keranjang bambu. pada prinsipnya blji basah ini sudah dapat dijual langsung ke pasar. Namun demikian harga biji basah atau fermentasi tidak sempurna, rendah harganya.
3. Fermentasi
Fermentasi bjji kakao dimaksudkan untuk mematikan lembaga biji agar tidak dapat tumbuh dan menumbuhkan aroma yang khas coklat. Fermentasi dilakukan di dalam suatu wadah /kotak kayu yang mana tebal tumpukan brji tidak boleh lebih dari 41cm. Fermentasi yang sempurna dilakukan dalam waktu 5 hari, dimana pada hari kedua harus dilakukan pengadukan /pembalikan. Sesudah itu biji dibiarkan dalam tempat fermentasi sampai hari kelima. Selama proses fermentasi sebagi an air yang terkandung dalam biji akan hilang dan aroma seperti asam cuka akan keluar dari tempat fermentasi. Biji yang sudah difermentasikan kemudian diangin-anginkan
sebentar atau direndam dan dicuci sebelum dikeringkan.
4, Perendaman dan Pencucian
Perendaman mempunyai pengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. selama proses perendaman berlangsung, sebagian kulit brji kakao terlarut sehingga kulit bijinya lebih tipis dan rendemennya berkurang. Dengan demikian proses pengeringan menjadi lebih cepat. Sesudah perendaman, dilakukan pencucian. Tujuan pencucian untuk mengurangi sisa-sisa pulp yang masih menempel pada blji dan mengurangi rasa asam pada brji bila kulit biji masih ada sisa-sisa
pulp, blji mudah menyerap air dari udara sehingga mudah terserang jamur dan juga memperlambat proses pengeringan.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air biji dari 60%sampai pada kondisi dimana kandungan air dalam blji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak dapat ditumbuhi cendawan. Pengeringan yang terbaik adalah dengan sinar matahari. Untuk mengeringkan biji sampai pada kadar airnya mencapai 1%-8%diperlukan waktu 2 - 7 hari, tergantung dari kondisi cuaca. Jika cuaca tidak memungkinkan, pengeringan dapat dilakukan denganalat pengering buatan


Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: PETANI COKLAT - 9756people
Info Petani -
BELAJAR MENGHITUNG INDEX KOMPETISI TAJUK POHON
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kayu Jati sampai saat ini masih menjadi pilihan pengusahaan hutan tanaman di Jawa. Keberhasilan akan program hutan tanaman ini dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tujuan penanaman, kebutuhan masyarakat, sistem silvikultur yang digunakan dan kesesuaian antara jenis pohon dengan lingkungannya.
Pola tanam yang efektif dan efisien dapat digunakan pada lahan-lahan yang mempunyai kualita tempat tumbuh dan aksesibilitas yang relatif baik sehingga tidak mengalami kesulitan dalam pemanenannya. Penentuan ruang tumbuh juga penting karena hal itu menentukan tingkat kompetisi pohon dalam mendapatkan sinar matahari, mineral dan air dari tanah. Dengan bertambahnya jumlah pohon per hektar, luas bidang dasar akan bertambah pada setiap pohon, yang menambah jumlah luas bidang dasar yang sama sampai pohon-pohon mulai bersaing satu sama lain (Baskerville, 1965 dalam Daniel. et. al, 1995).
Daun secara umum dipandang sebagai organ utama produsen fotosintesis. Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang, untuk menjelaskan proses pertumbuhan yang terjadi seperti pada pembentukan pada pembentukan biomassa tanaman. Pengamatan daun ini dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis.
Berdasarkan uraian di atas, luas daun dapat menjadi pilihan parameter utama, karena laju fotosintesis per satuan tanaman pada kebanyakan kasus ditentukan sebagian besar oleh luas daun. Dengan pengertian lain, informasi mengenai kemampuan fotosintesis tanaman akan dapat diperoleh. Ketebalan daun yang menentukan absorbsi cahaya dapat juga menarik untuk diamati yang dapat dinyatakan dalam bentuk nisbah berat daun dengan luas daun yang memerlukan pengamatan berat kering daun. Parameter ini juga cukup sensitif terhadap perubahan faktor lingkungan tertentu seperti cahaya (Daniel. et. al (1995)).
Kompetisi berasal dari kata latin yaitu “competere” yang berarti “meminta atau meminta-minta” untuk hal yang sama dengan yang dilakukan pihak lain. Dalam kamus Inggris (Oxford English Dictionary), kompetisi dibatasi dengan pengertian “aksi dari usaha untuk mendapatkan apa yang diusahakan pihak lain untuk didapat pada waktu yang sama (Donald, 1963 dalam Sitompul dkk. (1995)). Pengertian kompetisi yang paling sederhana, dan mungkin lebih realistis, dikemukakan oleh Braakhekke (1980) dalam Daniel. et. al (1995) yang membatasi kompetisi sebagai suatu proses partisi sumberdaya lingkungan yang terdapat dalam keadaan kurang yang disebabkan oleh kebutuhan serentak dari individu-individu tanaman yang dapat membawa kepada pengurangan tingkat pertumbuhan dan kapasitas reproduksinya.
Terjadinya kompetisi dikarenakan adanya pertama, kehadiran suatu individu atau kelompok tanaman lain di sekitar suatu individu atau kelompok tanaman. Kedua adalah kuantitas faktor pertumbuhan yang tersedia, dan kompetisi terjadi apabila ketersediaan faktor pertumbuhan terbatas. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah tanggapan tanaman terhadap dua atau lebih unsur lingkungan. Tanaman yang tumbuh alami atau semi alami akan selalu dihadapkan pada keadaan demikian, karena perubahan satu unsur lingkungan sering disertai dengan perubahan satu atau lebih unsur lain (Sitompul dkk. (1995).
Masing-masing pohon dalam suatu tegakan mempunyai jumlah ruang tumbuh terbatas. Baik ruang untuk mendapatkan sinar matahari maupun ruang untuk mendapatkan air dan unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan. Kekuatan tanaman melawan tekanan yang diberikan tanaman tetangganya atau kemampuan bersaing memperebutkan sumberdaya lingkungan dengan tetangganya yang diasumsikan sama dengan ukuran tanaman itu sendiri. Pemikiran ini didasarkan atas kenyataan bahwa tanaman yang mempunyai ukuran lebih besar, daun yang lebih luas dan akar lebih banyak, akan lebih mampu memperebutkan faktor lingkungan seperti cahaya, unsur hara dan air. Jadi suatu pohon tidak akan melebihi bayangan kanopi tetangga yang lebih tinggi.
Alasan kenapa dipilih kompetisi tajuk dalam memperoleh sinar matahari karena lebar tajuk berkorelasi positif dengan pencapaian akar dalam memperoleh mineral di dalam tanah. Dan juga, luasnya tajuk akan memperbesar proses fotosintesis yang terjadi pada pohon yang bersangkutan, sehingga pertumbuhan pohon juga akan semakin cepat. Ekspresi kebiasaan pertumbuhan tertentu ini biasanya dihubungkan dengan pertumbuhan relatif pucuk puncak dan cabang lateral. Pada semua conifer, puncak lebih cepat tumbuh daripada cabang lateral bawah, yang menimbulkan bentuk kerucut atau perilaku percabangan yang teratur dengan pusat batang dapat dilihat jelas. Pada semua pohon dikotil, cabang lateral tumbuh secepat atau lebih cepat daripada pucuk puncak, mengakibatkan perilaku pertumbuhan percabangan tidak teratur, yaitu pusat batang biasanya tidak tampak lagi karena percabangan yang berulang-ulang untuk membentuk tajuk yang menyebar dan meluas Daniel. et. al (1995).
Brown (1971) dalam Daniel. et. al (1995) menunjukkan, kebanyakan rimbawan berasumsi bahwa perilaku percabangan teratur pada conifer merupakan ekspresi dominasi yang kuat, dan bahwa daun lebar dengan perilaku percabangan tidak teratur dan banyak, mempunyai dominasi apikal lemah. Brown mengatakan bahwa situasinya sangat lebih kompleks pada pohon daripada situasi pada tanaman herba, jika yang pertama kali dilukiskan adalah fenomena dominasi apikalnya. Pada conifer, perkembangan kuncup bahwa hanya mengalalmi sedikit hambatan, sedangkan pada daun lebar, hampir semua kuncup lateral pada pucuk tahun yang berjalan terhalang penuh. Pada bentuk percabangan tidak teratur (tersebar), selama musim pertumbuhan kedua sesudah periode dorman, satu atau lebih kuncup sisi memanjang secepat atau lebih cepat daripada kuncup terminal. Hal ini memberikan karakteristik percabangan batang yang berulangkali. Pola percabangan sama ini kadang-kadang dapat timbul selama musim yang berjalan jika pucuk lammas terbentuk.
Dasar pemikiran di atas menunjukkan pentingnya mengenal dan menelaah masalah-masalah yang ada kaitannya dengan pertumbuhan Jati dan perlakuan silvikultur yang mungkin dapat dijadikan acuan dalam pengelolaannya, agar memberikan hasil yang maksimal. Penelitian ini sebagai langkah awal untuk mengetahui dan mengkaji faktor-faktor yang berkaitan dengan pertumbuhan dan ruang tumbuh yang diperlukan Jati.

1.2. Perumusan Masalah
Batang merupakan bagian tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta kedudukan bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Menurut tingkat kelurusan yang diinginkan, yang mengacu pada aspek kegunaan teknis suatu batang pohon, yaitu: telihat bagus (bebas/sedikit cacat), silindris dengan tinggi bebas cabang yang panjang, batang yang lurus, dan tentunya berdiameter besar merupakan tujuan akhir dari pembangunan hutan tanaman monokultur. Bentuk batang ini dipengaruhi oleh kondisi tegakan dan perlakuan silvikultur yang memodifikasi rasio tajuk aktif.
Persaingan yang terlalu tinggi mengakibatkan terjadinya penghambatan perkembangan cabang dari lapisan yang lebih rendah atau membayangi batang pohon tetangganya, abrasi batang dan batasan tajuk yang sempit. Hal ini akan menghasilkan kualitas batang berdiameter kecil tetapi lurus dan panjang dengan percabangan yang sedikit.
Sedangkan pohon yang hidup soliter hanya akan memenuhi luasan yang mampu untuk pohon itu tumbuh. Maksudnya adalah suatu pohon hanya mampu memenuhi luasan tertentu dan tidak dapat lebih dari itu. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan lateralnya lebih besar dari pada pertumbuhan apikalnya sehingga kelurusan batang pohon daun lebar, mempunyai kecenderungan berkembang menggantung dan membengkok jika jarak tanam lebar atau tidak teratur.
Untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas kayu jati yang tinggi maka faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pohon harus dimanipulasi sedemikian rupa agar dapat menunjang pertumbuhan pohon. Salah satunya adalah dengan menciptakan ruang tumbuh yang sesuai untuk pertumbuhan pohon. Tindakan yang dilakukan adalah mempertahankan kerapatan maksimal yang selaras dengan pertumbuhan maksimalnya, dengan estimasi okuler penutupan tajuk dan perkembangan tajuknya. Permasalahannya adalah sampai saat ini, belum ada penelitian yang menyatakan tingkat kerapatan tajuk jati, sehingga kita belum bisa menentukan estimasi penutupan tajuk dan perkembangan tajuk.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk:
Menentukan metode yang tepat dalam menghitung indeks kompetisi tajuk individu pohon dari beberapa metode perhitungan yang digunakan.

1.4. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat diantaranya:
1. Mengetahui metode perhitungan indeks kompetisi pohon pada jati KU I
2. Dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan jarak antar pohon



Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: BELAJAR MENGHITUNG INDEX KOMPETISI TAJUK POHON - 9756people
Info Petani -
Agricultural Potency of Purbalingga Regency
Purbalingga Regency is one of the 35 regencies in the Central Java Province. Located in its west side, geographical coordinates of Purbalingga are 7.10 o – 7.29 o S and 101.11 o – 109.35 o E. Purbalingga is about 77,764 hectare wide or 2.39 % from the total of the width of Central Java Province. Purbalingga is divided by 18 sub districts (third level autonomous region), 224 villages and 15 Kelurahan (fourth level autonomous region). Purbalingga is surrounded by Pemalang Regency in North, Banjarnegara Regency in the east and Banyumas Regency in the west and south.

In Purbalingga, the utmost use of land is in agricultural activities. It is about 43.273 hectare or 56.65% from the total width. The agriculture area is divided into several types of area: 18,311 hectare for the rice field, dry field for about 20,317 hectare, 4,532 hectare of mixed plantation, single plantation for about 16.4 hectare and 95.3 hectare of fishery.

Purbalingga area lay from the lowlands in the south with 42 meter height above sea level to highland in the north with 3.100 meter height. These unique differences cause wide climate variation and, as a result, promote diverse possibilities to develop various agriculture commodities.

Food crop commodities

Southern Purbalingga is lowlands and it is good to develop the food crop commodities such as grains and crops which are supported by its fertile soil; its nice climate and its sufficient water to irrigate the field. Food crops are mostly planted in sub districts of Bukateja, Kemangkon, Kalimanah, Padamara, and half of Kutasari and Bojongsari. Even in the higher area like sub district of Karanganyar, Kertanegara and Karangmoncol, the food crops could also grow well.

Rice

Rice is staple foods of almost all Indonesian people, including those living in Purbalingga. Paddy field has the widest land area for about 33,357 hectare. It produces in average 2.33 quintal per hectare and the total rice grains productions are 207,916 ton per year. Rice is also produced from different kind of irrigation technique, such as those produced from dry field. It is estimated that as many as 3,426 ton per year is acquired from 759 hectare. This rice grain production exceeds the need of house hold and industry which resulted in its success to produce surplus for about 30,000 ton per year.

Corn

The corn harvest area is about 9,841 hectare. The corn production in average is 31.81 quintal per hectare. The corn production in average is 31.81 quintal per hectare and the total corn production is about 31,302 ton per year. Ever since that corn is not a popular staple food in Purbalingga, people rarely consume it, rather, they use corn as cattle food. Given the fact, the chance to process corn into maize flour, popcorn and corn porridge is wide opened. Moreover, as corn’s production has not sufficiently met the needs of the consumption of household and industry, there might be wide possibilities to develop the capacity of its production in Purbalingga.

Cassava

The biggest cassava area is in sub districts of Pengadegan, Kejobong and Rembang. The total area is about 9,098 hectare. It produces in average 278.87 quintal per hectare with the total cassava production is about 253,716 ton per year. Cassava is mostly processed into tapioca flour and nearly half of them are consumed as or turned into traditional food.

Peanut

The total area is around 2,363 hectare. It produces in average 12.78 quintal per hectare, which is relatively smaller than other crops. It appears that because most of the farmers treat the peanut not as the primary crop, rather as an optional one. Peanut is the main goods of home industry, preferably snack and it’s by products can be utilized as cattle foods. The local peanut production has not met the market needs in Purabalingga.

Sweet Potato

The total area is 234 hectare. It produces in average 55.33 quintal per hectare. The total sweet potato production is 1,329 ton per year. Sweet potato is usually consumed as traditional food.

Soya bean

The total area is around 551 hectare. It produces in average 13.52 quintal per hectare and yielded 13.52 ton per year. Soya bean is processed into one of traditional foods with simple technology (tofu and tempe) and also the main goods of ketchup production. The soya bean production is still very low and the local production has not met the consumers need. Even worse, the production has not met the consumers need. Even worse, the production of tempe and tofu largely relies on imported white soya bean as its main goods. Given these circumstances, the possibilities to invest in soya bean plantation, either the white soya bean or the black one, is still wide open.

Horticulture

The horticulture crops are developed mostly in northern highland Purbalingga. The vegetables and fruits are planted in sub districts of Karangreja and half of that Mrebet.

Potato

The total area is 445 hectare. It produces in average 183.71 quintal per hectare with total potato production around 8,175 ton per year. Potato is the most wanted commodity due to its constant price and its higher margin. In addition to meet the need of local consumption, the potato is also traded in other regions, especially in big cities like Jakarta and Semarang.

Cabbage

The total area is 348 hectare. It produces in average 183.47 quintal per hectare with 6,524 ton total cabbage production per year. People use the cabbages as the main ingredient for vegetable soup. Cabbage produce experienced surplus and is traded to other regions.

Carrot

The total area is 198 hectare. It produces in average 194.04 quintal per hectare with 3,842 ton total carrot production per year.

Beans

The total area is 496 hectare. It produces in average 36.59 quintal per hectare and its total beans production is 1,815 ton per year.

Chili

The total area is 170 hectare. It produces in average 60.35 quintal per hectare and its total chili production is 1,026 ton per year.

Leek

The total area is 176 hectare. It produces in average 47.73 quintal per hectare with 840 ton total leek production per year.

Fruits

Half of Purbalingga area is really good to plant fruits. Several kinds of fruits are grown in Purbalingga, such as: orange, duku, durian, banana, and Salacca. The fruits are planted in the dry area surround sub districts of Kaligondang, Pengadegan, Kejobong and Bukateja.

Siem Orange

Siem orange is planted mostly in Bukateja. The siem orange total production is 127,203 quintal per year with 196,543 total productive crops.

Banana

Purbalingga has various types of banana. The banana total production is 89,884 quintal per year with 537,568 total productive crops.

Durian

The durian is grown in sub districts of Kemangkon, Kejobong and Pengadegan. With its specific taste, Purbalingga durian has its own merit if we compare with other regions’ durian. The durian total production is 52,226 quintal per year with 28,868 total productive crops.

Salacca

With total production crops, Salacca total production is 45,609 quintal per year. Purbalingga Salacca has similar taste with other regions’ produce.

Rambutan

As one of the exotic fruits which grow in tropical zone, rambutan is also well grown in Purbalingga. With 80,630 ton total production crops, rambutan total produce is 41,005 quintal per year.

Duku

Duku is one of Purbalingga prime fruits. Duku grows in specific region and not every region has duku as their specific fruit. With its unique taste, duku has been sold to big cities in Indonesia. The duku total produce is 33,604 quintal per year with 49,793 total productive crops.
Also, Purbalingga has small amount of produce of sour soup, mangosteen, pineapple, tan, mango, avocado and guava.

Plantation

Until recently, the plantation commodity in Purbalingga has not been well cultivated. The nature potency such as its fertile soil and its good climate has not been maximized. However, many peasants and the government have pioneered several kinds of plantation crops development, such as pepper, nilam, sugarcane, coconut, and Gambier jasmine.

Pepper

Purbalingga is the biggest exporter of pepper in Central Java. A percentage of 46% of pepper in Central Java market is produced in Purbalingga. Pepper is mostly cultivated in Pengadegan and Kejobong with 212.40 hectare total area and 307 ton total dry seed produce per year. The pepper plantation’s development is still open either in the on farm stage by increasing population and rising productivity or by means of processed goods. The pepper market chance in Indonesia or abroad is still wide opened.

Nilam

Nilam Commodity is needed by the market. Nilam is the main goods of perfume, soap and medicines. The total area is 607.10 hectare. The total production of dry nilam leaves are 5,039 ton per year. The export chance to international market is still open because the product is favoured mostly in Japan, India and Europe.

Dalam Coconut

Coconut tree is widely grown in almost every area of Purbalingga. People plant the coconut in every agricultural farm, plantation and village. Of 12,032 hectare of the total area, this sector can produce 12,366 ton copra per year. This coconut is the main goods of coconut oil production.

Deres Coconut

The half of the coconut produce in Pubalingga is aimed at producing the palm sugar. Of 5,168 hectare of the total area, Deres coconut produces 52,879 to of palm sugar per year. The development of deres coconut’s plantation is still open either in increasing the number of coconut trees or the implementation of modern technology in palm sugar processing in order to increase palm sugar productivity. Palm sugar industry also supports ketchup industry as the secondary industry of palm sugar commodity.

Sugarcane

As the main goods of sugar, the number of sugarcane crop in Indonesia is very low. Purbalingga, the sugarcane area is just 56 hectare with 215 to total production per year. The opportunity to invest more in Purbalingga is still open mostly for the dry sugarcane plantation. The sugarcane areas include sub districts of Kaligondang, Kemangkon, Mrebet and half of Bojongsari.

Gambier Jasmine

Gambier jasmine is planted in Bukateja with total area around 425.23 hectare and produces as many as 3.269 ton wet flower each year. This commodity promotes high economic value commodity but it needs specific soil and climate. For that reason, the Gambier jasmine can not well developed in other areas.

Source: Vision of Purbalingga, Drs. Triyono Budi Sasongko, M.Si.
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: Agricultural Potency of Purbalingga Regency - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit