728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
BAGAIMANA MENGAKTUALISASIKAN POTENSI DIRI SEBAGAI THL-TBPP?
Sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 ini Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian (Deptan) RI, telah merekrut Tenaga Harian Lepas - Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 3 gelombang perekrutan. THL-TBPP 2007 (Angkatan I) telah direkrut sebanyak sekitar 6000 orang, disusul THL-TBPP 2008 (Angkatan II) sebanyak 10.000 orang, dan terakhir THL-TBPP 2009 (Angkatan III) sebanyak 10.000 orang. Proyek besar ini adalah sebagian implementasi dari Revitalisasi Pertanian dan Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UUSP3K). Evaluasi terakhir dari Badan Pengembangan SDM Pertanian Deptan cukup memberi kabar gembira bagi kita para THL-TBPP, bahwa sekitar 88% THL-TBPP Angkatan I dan II telah menunjukkan kinerja yang baik. Realitas ini semoga mampu memberi efek umpan balik (motivasi) yang sangat baik bagi kita, namun sebaiknya kita jangan cepat berpuas diri sehingga membuat kita terbuai dan lalai.

Sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, tugas dan tanggung jawab THL-TBPP yang merupakan bagian dari jajaran penyuluh pertanian sungguh berat. Di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur, Pemerintah Daerah - dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluihan Pertanian (BKP-PPP) - telah memberikan perlakuan yang sama antara Penyuluh Pertanian PNS dan THL-TBPP dalam hal tanggung jawab pelaksanaan tugas. Sebagaimana Penyuluh Pertanian PNS, THL-TBPP menerima Surat Perintah (SP) untuk melaksanakan tugas dengan wilayah desa binaan yang telah ditentukan dengan tanggung jawab penuh dan dimulai sejak tahun pertama bertugas. Hal ini merupakan penghargaan yang patut kita syukuri, sekaligus merupakan tantangan yang harus kita jawab. Pertanyaannya adalah mampukah kita sebagai THL-TBPP (terutama THL-TBPP 2009) mengemban amanat SP itu? Jawabannya sudah tentu: Harus mampu (baca : Harus bisa)!

Bagaimana Memulai Tugas?

Sebagai THL-TBPP kita telah melewati tahapan rekrutmen yang cukup ketat dan menyisihkan begitu banyak pesaing, yaitu peserta THL-TBPP yang lain. Hal ini berarti seorang THL-TBPP layak dianggap telah memiliki standar minimal kemampuan atau kompetensi sebagai seorang penyuluh pertanian. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa para THL-TBPP berangkat dari pengalaman yang beragam sebelum menjadi THL-TBPP. Sebagian dari kita mungkin banyak yang sudah terbiasa berbicara di depan forum pertemuan, karena sebelumnya telah memiliki pengalaman dalam organisasi, menjadi guru, bekerja sebagai formulator pestisida atau berbagai bentuk pekerjaan pendampingan lainnya. Bagi THL-TBPP yang termasuk dalam kelompok ini relatif tidak sulit untuk menyesuaikan diri ketika menghadapi tugas-tugas penyuluhan dalam pertemuan-pertemuan kelompok tani. Tapi tidak sedikit pula THL-TBPP yang pekerjaan sebelumnya tidak terkait dengan pendampingan masyarakat atau bahkan belum memiliki pengalaman pekerjaan/berorganisasi sama sekali. Bagi THL-TBPP yang tergolong dalam kelompok ini, menghadapi forum petani boleh jadi merupakan beban tersendiri. Sebagai bentuk empati, tulisan ini lebih ditujukan kepada THL-TBPP kelompok kedua di atas.

Segala Sesuatu Terjadi Melalui Proses

Ketika menyadari bahwa menghadapi forum petani masih merupakan beban, patutkah kita berkecil hati? Lalu apa yang harus kita lakukan? Pertama, tentu kita harus memotivasi diri kuat-kuat bahwa segala sesuatu itu berproses alias tidak terjadi secara instan. Seperti tanaman yang sedang tumbuh dan berkembang. Seperti bayi yang merangkak, belajar berdiri, belajar berjalan, dan selanjutnya berlari. Seperti kita semua, ketika belajar bersepeda pancal dulu. Ada proses jatuh bangun dan itu lumrah.
Salah satu tupoksi penyuluh pertanian (termasuk THL-TBPP) adalah menyampaikan informasi yang terkait dengan teknologi pertanian dan pemasaran serta memberi motivasi kepada petani dalam menjalankan usaha taninya. Posisi dan fungsi penyuluh pertanian dalam hal ini adalah sebagai jembatan informasi antara peneliti (para ahli) dan praktisi (para petani). Dengan demikian salah satu tugas penting seorang penyuluh pertanian adalah mengkomunikasikan informasi yang diperoleh atau dimilikinya kepada petani dalam bahasa dan gaya penyajian yang mudah dicerna oleh mereka. Dalam konteks ini slogan 'diam itu emas' bukanlah ungkapan seorang petugas lapangan. Seorang penyuluh pertanian dituntut untuk cakap, lugas dan cermat dalam berbicara di depan forum serta piawai dan sistematis dalam membuat tulisan (menyusun materi penyuluhan). Inilah target utama yang harus kita capai secepatnya di masa-masa awal bertugas. Bagaimana cara menuju ke sana?

Gunakan Setiap Sarana dan Peluang Yang Memungkinkan Untuk Berlatih

Menjadi penyuluh pertanian yang ideal tentu bukan pekerjaan yang mudah. Menjadi pembicara atau penulis yang handal dan menarik tidaklah muncul secara tiba-tiba. Tetapi dengan kemauan, tekad dan kesungguhan dalam berlatih, semua itu akan dapat kita capai. Kita perlu menganggap tahun pertama bertugas menjadi THL-TBPP sebagai tahun "pelatihan", tetapi dengan semangat berlatih yang sungguh-sungguh, tertata dan sistematis sehingga tidak sampai merugikan petani sebagai mitra kita. Harus ada tahapan target pribadi dalam hal mengasah kemampuan dan keterampilan. Berikut ini beberapa tip yang bisa digunakan untuk meng-up grade kemampuan kita :

1. Kita perlu menemukan sosok penyuluh pertanian senior (PNS) sebagai panutan atau rujukan selama kita "memproses diri". Amati dan cermati gaya dan langgam berbicaranya ketika sedang memberikan penyuluhan di depan forum petani. Tetapi ingat, kita hanya merujuk, bukan untuk meniru total gaya senior itu. Target pertama yang harus kita capai adalah memiliki gaya dan langgam berbicara yang khas dan menarik. Ini potensi yang unik. Kita harus mengenali diri sendiri, menemukan potensi diri dan selanjutnya menjadi diri sendiri, termasuk dalam hal gaya berbicara.

2. Biasakan menulis atau menyiapkan materi yang akan disajikan berikut ringkasannya. Pentingnya tulisan adalah sebagai panduan agar pembicaraan kita terarah dan runtut. Selain itu, kebiasaan menulis materi akan memberi keuntungan pada saat kita mengumpulkan angka kredit. (Semoga akan tiba saatnya di mana kita semua, para THL-TBPP mendapatkan kesempatan untuk menjadi PNS. Amin). Bobot angka kredit untuk item tulisan materi cukup tinggi.

3. Manfaatkan sarana kegiatan Pelatihan Petugas (LAKU) di BPP masing-masing sebagai sarana berlatih secara maksimal. Kegiatan LAKU yang diselenggarakan 2 minggu sekali pada setiap hari Kamis merupakan media berlatih yang efektif. Karena itu jangan takut dan ragu dalam berlatih. Lebih baik kita ditertawakan teman kerja (kantor) daripada ditertawakan petani.

4. Perkaya perbendaharaan pengetahuan kita dengan sebanyak-banyaknya mengakses informasi-informasi terbaru yang terkait profesi, baik lewat media cetak maupun elektronik.

Sebagaimana pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak, begitu pula kiranya dengan kita. Tak ada petugas lapangan (penyuluh pertanian) yang sempurna. Masing-masing kita lahir dengan potensi atau bakat yang khas. Tugas kita hanyalah terus berlatih untuk mengaktualisasikan potensi itu secara maksimal. Sekali lagi, jangan pernah surut langkah dan berkecil hati. Kita adalah orang-orang yang terpilih untuk mengemban tugas menjadi THL-TBPP. Selamat bekerja, selamat berlatih. Semoga sukses selalu menyertai dan masa depan yang baik akan menyambut kita, Saudara-saudaraku, THL-TBPP se-Indonesia.

Harapan Pada Pemerintah

Paparan tulisan singkat ini setidaknya memberikan gambaran kepada kita semua bahwa tidak mudah dan butuh proses cukup panjang untuk mencetak seorang penyuluh pertanian yang handal. Dengan asumsi seorang penyuluh pertanian baru (dalam hal ini THL-TBPP) memanfaatkan tahun pertamanya bertugas untuk melatih diri, maka baru pada tahun kedua atau ketiga penyuluh pertanian tadi akan memiliki performa yang selayaknya. Maka dapat kita simpulkan bahwa rata-rata penyuluh pertanian atau petugas lapangan baru akan "jadi" dalam rentang waktu 2 atau 3 tahun.
Terkait dengan kebijakan Pemerintah, dalam hal ini Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Men PAN) tentang periode maksimal masa kontrak yang hanya 3 kali masa kontrak, maka sungguh ironis ketika seorang THL-TBPP yang sudah "jadi" pada tahun ke-tiga itu justru kontraknya diputus. Akal sehat tentu lebih menyetujui jika THL-TBPP tadi lebih patut ditingkatkan statusnya atau sekurang-kurangnya kontraknya diperpanjang. Menjelang akhir dasawarsa ini, si saat dunia ditimpa krisis pangan, Pemerintah Indonesia justru mendapatkan apresiasi khusus dalam forum FAO di bidang ketahanan pangan. Ini prestasi pemerintah, prestasi Deptan, dan tentunya prestasi jajaran penyuluh pertanian secara nasional. Kita telah mencapai swa sembada beras dan jagung. Kita akan menyongsong swa sembada kedelai dan daging. Tantangan ke depan semakin berat dan kita semua tentu sepakat bahwa tugas-tugas pendampingan petani di masa depan belumlah usai. Apakah dalam situasi yang semakin penuh tantangan itu kita akan membiarkan petani untuk selalu didampingi oleh petugas-petugas baru hasil rekrutmen baru, atau bahkan mengendorkan intensitas pendampingan, sementara petugas-petugas lama (THL-TBPP pasca tahun ke-tiga masa kontrak) yang sudah memiliki chemistry yang baik dengan petani justru terpinggirkan. Mari kita semua, para pihak terkait, untuk berpikir dan bertindak (mengambil keputusan) dari sudut pandang ini. Mari kita tetap berpegang pada komitmen untuk mewujudkan SATU DESA, SATU PENYULUH dan SATU PENYULUH, SATU DESA. Janganlah semangat Revitalisasi Pertanian hanya gegap gempita di awal, sayup-sayup di pertengahan, kemudian nyaris tak terdengar dan akhirnya tak terdengar sama sekali. Naudzubilalhi min dzallik.
(@ Ir. Nur Samsu THL-TBPP 2008 BPP Paiton, Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur)
Rating: 5 Reviewer: Info Petani - ItemReviewed: BAGAIMANA MENGAKTUALISASIKAN POTENSI DIRI SEBAGAI THL-TBPP? - 9756people
Info Petani -
728x90 , banner , kackdir , space iklan space banner
 
5 Info Petani © 2012 Design Themes By Blog Davit