Rating: 5
Reviewer: Info Petani -
ItemReviewed: GURAT TANGIS DISENYUM MARINI BAGIAN 2 - 9756people
Info Petani -
BAGIAN 2
Lagu itu kembali mengingatkan aku dengan mas andi., lagu itu pula yang menjadikan memorial yang paling indah bersama mas andi….
“ya Allah….! Mengapa disetiap langkahku kenangan dengan mas andi selalu membayangi hari – hariku, semakin aku berusaha lari menjauh dari kenangan itu malah semakin kuat dia membelenggu ku,
“mengapa ya Allah ?...... cobaan ini terlalu berat aku hadapi” Keluh ku dalam hati, aku sepertinya tidak rela atas cobaan hidup yang dilimpahkan kepadaku.
“neng… masuk aja neng… nampak nya hujan lebat segera turun” sapa seorang ibu yang sudah separuh baya, umurnya kira – kira sudah hampir 50 tahun, sebab jelas nampak dari gurat ketuaan di pipinya. Seketika itu aku tersadar dari lamunanku.
“ya buk..! terima kasih, Tidak apa – apa di sini saja Buk, sebentar lagi nampaknya hujan akan segera reda” tolak ku secara halus terhadap permintaan ibu tersebut. Mungkin ibu tersebut adalah pemilik warung atau mungkin juga hanya sebagai penjaga warung, “pikirku”..
Kemudian Aku mengalihkan pandangan ku ke rintik – rintik hujan yang turun ke bumi dan kedua tanganku semakin mendekapkan tas dan semakin kuat memeluknya di dadaku, aku mencoba mencari kehangatan dari dekapan kedua tanganku dan memang sekidit memberikan rasa nyaman dengan cuaca desa yang memang terasa dingin, lalu kutarik kembali tangan kanan ku dari dekapan dadaku dan ku ulurkan tangan ku untuk mengukur rintik – rintik hujan yang turun ke permukaan bumi. Memang benar…, intensitas dari deraian hujan yang dilimpahkan tidak sebesar tadi dan malah sekarang sudah semakin kecil – kecil, hampir mirip seperti deraian debu, aku mengucapkan syukur dalam hati berarti sebentar lagi nampaknya hujan akan betul – betul segera reda. Aku sedikit bersorak dalam hati.
“Turun di mana dek..?”, Tanya abang tukang ojek ke pada ku.
“Oya…! Di depan sana, dikit lagi bang” jawabku dan tidak lama aku telah sampai ketujuan ku yaitu kantor dimana tempat aku bertugas. Aku mengeluarkan dua lembaran uang seribu dan aku serahkan kepada abang tukang ojek tersebut.
“terima kasih bang” ujarku dan seketika abang tukang ojek tersebut kembali mengemudikan motor dan semakin menjauh dari tempat aku berdiri. Akupun segera berlalu menuju tempat kantor ku berada dan dengan sedikit mengeluarkan tenaga aku harus berjalan kaki lagi ke tempat dimana kantor ku, tapi tidak apa – apa mungkin ini juga sangat baik buat kesehatan ku, sebab selama ini hal tersebut jarang aku lakukan di kota dimana tempat aku tinggal dan dibesarkan, dalam berberapa hitungan detik aku telah sampai ke depan pagar kantorku, dan seketika kaki terhenti. Aku terdiam sejenak, aku pandangi kantor ku yang baru, seperti sebuah bangunan yang tidak begitu besar dan hampir seperti bukan bangunan sebuah kantor tapi mirip seperti bangunan sebuah rumah kuno.”Disinilah aku akan mengabdi, disinilah aku akan memulai kehidupanku yang baru, disinilah aku akan memulai menata hati ku kembali yang pernah hancur berkeping – keping seperti deraian kaca yang dilemparkan ke batu dan hampir tidak berbentuk lagi, disinilah aku akan memulai mengobati luka itu, sanggupkah aku menghadapi semua ini ? mampukah aku menjalaninya ? mampukah aku…. ?” seribu Tanya dan harapan berkecamuk dalam dadaku, dan aku sendiri tidak mampu lagi untuk menjawabnya.
“Assamualaikum buk” sapa seseorang dari belakang ku, aku sedikit terkejut, suara tersebut adalah suara seorang laki – laki dan dengan seketika aku mambalikkan tubuh ku mencari dari arah mana suara itu berada menyapaku, dan aku sedikit terkejut seketika aku lihat raut wajah yang menyapaku, dan aku sedikit gugup membalas sapaan itu.
“Wa wa'alaikum salam” jawab ku gugup, karena aku tidak menyangka sama sekali kalu secara tiba – tiba ada seseorang telah berada dibelakangku. Ganteng pula,”pujiku dalam hati.
“Ibu baru bertugas disini ya” Tanya nya lagi, dan aku hanya menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaannya. Seketika aku lihat dia mengulurkan tangannya kepadaku,dan seketika itu pula aku kembali menjadi gugup melihat uluran tangannya kepadaku. Aku menyambut tangannya, “ Tono” katanya menyebut namanya, “Oya… aku marini” jawabku sedikit singkat menjawab pertanyaan nya, maaf kataku kepadanya sambil aku menarik tanganku dari genggaman tangannya, aku merasa ada desiran halus yang seketika menjalari urat syaraf ku. Duh……… ada apa dengan desiran itu..! (bersambung)
dan sekian itulah artikel GURAT TANGIS DISENYUM MARINI BAGIAN 2 terimakasih ^_^
Tweet
Follow @kackdir